HabibUmar bin Abdurrahman Al-Attas wafat pada 23 Rabiulakhir 1072 H/1652 M, dan jenazahnya dimakamkan di Desa Nafhun dekat Huraidhoh Hadramaut Yaman. * Rotib Al-Attas adalah susunan dzikir yang disusun oleh Habib Umar bin Abdurrahman Alattas. yang selalu di baca baik itu di majlis-majlis ta'lim maupun di amalkan secara individu.

Profil Biografi Al Habib Umar bin Abdurrahman Al Attas Lengkap - Beliau adalah Umar bin Abdurrahman bin Agil bin Salim bin Ubaidullah bin Abdurrahman bin Abdullah bin Syeikh al Ghauts Abdurrahman as-Seggaf bin Muhammad Maula Dawilah bin Ali bin Alawi al Ghoyur bin Sayyidina al Faqih al Muqaddam Muhammad bin Ali bin Imam Muhammad Shahib Mirbath bin Ali bin Alwi bin Muhammad bin Alwi bin Ubaidullah bin Imam al Muhajir Ahmad bin Isa bin Muhammad an Naqib bin Imam Ali al Uraidhi bin Jaafar as Shadiq bin Imam Muhammad al Baqir bin Imam Ali Zainal Abidin bin Imam Hussein as Sibith bin Imam Ali bin Abi Thalib dan bin Batul Fatimah az-Zahra binti Rasullullah Asal dinamakan Al Attas Kata al-Faqih Abdullah bin Umar Baโ€™ubad โ€œBeliau dinamakan al-Attas yang bermaksud bersin, karena beliau pernah bersin ketika masih berada di dalam perut ibunyaโ€. Kata al- Habib Ali bin Hassan al-Attas โ€œSebenarnya apa yang diucapkan oleh Syeikh al-Faqih Abdullah bin Umar Baโ€™ubad adalah benar, hanya saja menurut khabar yang paling benar dikatakan bahwa pertama kali bersin ketika masih berada di perut ibunya adalah Habib Aqil yang terkenal hanya Habib Umar bin Abdurrahman al-Attas, sehingga berita itu hanya dikenal pada diri beliau dan anak beliau dan anak cucu Aqil dan Abdullah, saudara beliau. Sedangkan anak cucu Sayyidina Aqil bin Salim yang lain dikenal dengan nama keluarga Aqil bin Salimโ€. Berkata al-Habib Ali bin Hassan โ€œTidak henti-hentinya didengar dari mereka suara bersin di perut-perut sebahagian ibu waktu demi waktu, sebagaimana yang diberitahukan oleh isteriku, seorang wanita solehah. Syeikha binti Sahal bin Abi Bakar bin Syaiban bin Ahmad bin Ishaq, katanya โ€œPada suatu hari sewaktu aku duduk bersama Sharifah Fatimah bin Habib Muhammad Basurah Baโ€™alawi, waktu itu aku sedang mengandung puteramu yang bernama al Hasan yang pertama, aku terdengar ia bersin ketika ia masih di dalam perutku, aku dan Sharifah Fatimah mendengar suara bersin itu dengan jelas, dan ia dilahirkan pada waktu 1147 H, tetapi ia wafat waktu masih kecilโ€. Al Habib Ali bin Hussain al-Attas menyebutkan di dalam kitabnya Taโ€™jul Aโ€™raas juz pertama halaman 40. bahwa di Mekah pernah didengar suara bersin dari anak yang masih di dalam perut ibunya, tentunya kejadian itu termasuk kejadian karamah yang diakui oleh kalangan Ahlu Sunnah, sebagaimana yang disebutkan di dalam kitab-kitab Tauhid dan Aqoid mereka beserta dalil-dalilnya yang terkenal yang bersumber dari al-Quran dan as-Sunnah. Imam Nawawi pernah menyebutkan di dalam kitabnya Riyaadhus Shalihin di dalam bab al-Karamat. Disebutkan dalam kitab itu sebuah hadith yang memberitakan kisah seorang rahib yaang bernama Juraij, yang kerananya Allah menakdirkan seorang bayi bercakap-cakap untuk memberikan kesaksian tentang diri Juraij, tentunya bersin ketika seorang bayi masih di dalam kandungan ibunya tidak berbeda jauh dengan seorang bayi yang bisa bercakap-cakap setelah ia lahir, kejadian-kejadian semacam ini tidak sulit bagi Allah sebab Allah Maha Kuasa untuk mentakdirkan apa saja yang Dia kehendaki. Tempat Kelahiran Beliau dilahirkan di desa Lisk dekat dengan desa Ainat, di bagian bawah negeri Hadhramaut, di akhir abad ke-10, tepatnya pada tahun 229H. Sejak kecilnya beliau diasuh dan dididik oleh ayah beliau sendiri, al-Habib Abdur Rahman bin Aqil. Meskipun mata beliau buta sejak kecil, tetapi Allah memberinya kecerdasan otak dan pandangan hati Bashirah, sehingga beliau mudah menghafal apa saja yang pernah didengarnya. Ayah beliau, al-Habib Abdul Rahman bin Aqil pernah berkata pada Syeikh Abdurrahman bin Aqil al-Junied Bawazir yang dikenal dengan panggilan al-Muโ€™allim โ€œHendaknya anda lebih banyak memberikan perhatian kepada Umar, karena kedua matanya tidak dapat melihatโ€. Jawab Syeikh Abdurrahman โ€œMeskipun kedua mata Umar tidak dapat melihat, tetapi pandangan Bashirahnya dapat melihat, disebabkan hatinya bersinarโ€. Sejak kecil beliau anak yang tekun beribadah, hidup zuhud berpaling dari dunia dan sejak kecil sudah terlihat tanda-tanda kebesaran pada diri beliau. Sejak kecil, beliau sering ke kota Tarim dari dusunnya Lisk dan melakukan sholat dua rakaat di setiap masjid yang ada di kota Tarim, bahkan kadang menimba air dari sumur untuk mengisi kolam-kolam masjid. Di masa kecilnya, beliau senantiasa dibimbing oleh ayah beliau dan guru-guru beliau, misalnya al-Habib Hussien, al-Habib Hamid, al-Habib Muhdhor, putra-putra Saiyidina Syeikh Abu Bakar bin Salim yang sering dikunjungi oleh ayah beliau, yaitu al-Habib Abdul Rahman bin Aqil. Ayah Beliau Al-Habib Abdul Rahman bin Aqil adalah seorang Arif Billah, seorang ulama yang taat menjalani hukum-hukum Allah, beliau tokoh para wali terkemuka, beliau pernah menerima ilmu dan wilayah dari pamannya, yaitu Syeikh abu Bakar bin Salim, pamannya yang satu ini amat cinta kepada Sayyid Abdul Rahman dan kepada ayah beliau yaitu al-Habib Aqil. Al-Habib Aqil adalah saudara sekandung dengan Syeikh abu Bakar bin Salim, yang mana Syeikh Abu Bakar bin Salim ada menyebut tentang saudaranya yang satu ini โ€œApa yang ada di Wali Masyhur yaitu dirinya , tidak lain hanyalah berkat Wali Mastur yaitu saudaranya yang bernama Aqil โ€ Al-Habib Abdul Rahman bin Aqil adalah seorang yang mulia, suci dan hati yang bersih, beliau sering mengunjungi Wadi Amed dan Wadi Kaser, penduduk kawasan-kawasan itu senantiasa menghormatinya, mengagungkannya dan memohon barokah beliau. Beliau mempunyai berbagai karomah, di antaranya adalah pada suatu hari beliau berkunjung di suatu desa yang ada di Wadi Amed. Ketika itu hujan turun lebat sehingga beliau berkata kepada untanya โ€œPergilah engkau dan carilah sebuah tempat berteduh dan akupun akan berbuat yang sama dan besok kita bertemu di desa Qaran bin Adwanโ€. Keesokan harinya ketika beliau tiba di desa Qaran, maka beliiau tidak mendapati untanya, sehingga beliau bertanya kepada pembantunya โ€œKe manakah perginya unta?โ€ Tetapi sang pembantu tidak dapat menemukannya. Pada keesokan paginya, unta itu datang lengkap dengan barang-barangnya. Ketika al-Habib Abdul Rahman wafat di kota Huraidhah, maka al-habib Umar menyuruh pembantunya untuk membantu pencari tanah yang cocok untuk dijadikan sebagai kuburan ayahnya, akhirnya sang pembantu mendapatkan sebidang tanah yang ditandai dengan sebuah tiang dari cahaya, akhirnya al-Habib Abdul Rahman dimakamkan di tempat tersebut. Biasanya jika al-Habib Umar berziarah ke makam ayahnya, maka beliau bercakap-cakap dengan ayah beliau dari balik kubur. Al-Habib Abdul Rahman bin Aqil menikah dengan dua orang wanita, yaitu Syarifah Muznah binti Muhammad bin Ahmad bin Alawi al-Jufri. Syarifah ini adalah bunda bagi al-Habib Umar dan saudara-saudara sekandungnya, yaitu al-Habib Abdullah dan al-Hababah Alawiyah. Selanjutnya beliau menikah dengan seorang wanita dari Yemen dari keluarga al-Bathouq salah satu dari kabilah Bani Ahmad yaitu Arobiyah binti Yamani Bathouq. Isteri beliau yang kedua ini melahirkan beberapa orang anak di antaranya Aqil, Sholeh, Musyayakh dan Maryam. Pada umumnya beliau berdomisili di Lisk, tetapi beliau sering berkunjung ke Ainat, Tarim, Wadi Amed, al-Qaser dan Doโ€™an. Akhirnya beliau ditakdirkan pindah di Huraidzah beberapa saat sebelum beliau wafat yaitu bertepatan ketika al-Habib Umar telah mendapat petunjuk dari kedua guru beliau yaitu al-Habib Hussein adn al-Habib Hamid putra Syeikh Abu Bakar bin Salim untuk pindah ke Huraidzah. Di desa Huraidzah inilah beliau wafat. Ibu Beliau Ibu beliau bernama Syarifah Muznah binti Muhammad bin Alawi al-Jufri. Ibu beliau termasuk seorang yang shalih. Dikisahkan bahawa putra Syarifah Muznah meninggal dunia dalam usia kecil, ia bernama Ahmad. Setelah beberapa hari dari saat kematiannya, maka ada seekor burung kecil berwarna hijau yang sering datang mengunjungi Syarifah Muznah ini, sampai beliau berkata. โ€œJika engkau adalah ruh putraku yang telah wafat, maka datanglah ke tangankuโ€. Setelah Syarifah Muznah mengulurkan tangannya, maka burung kecil itu hinggap ke tangannya dan menciumnya, kemudian beliau melepaskannya kembali, sehingga burung itu terbang dari tangan beliau. Saudara Beliau Beliau mempunyai empat orang saudara lelaki dan dua perempuan. Adapun yang sekandung dengan beliau adalah Abdullah dan Alawiyah, sedangkan Sholeh, Aqil, Musyayakh dan Maryam saudara dari ayah, ibu mereka seorang wanita Yemen dari keluarga Bathouq dari kabilah Bani Ahmad. Adapun saudaara beliau yaitu al-Habib Abdullah bin Abdul Rahman termasuk seorang tokoh wali yang terkenal, ia pernah melakukan berbagai latihan riadah dan mujahadah. Dan pergi berdakwah ke gunung Al Yafiโ€™ tempat Bani Yafiโ€™, setelah mendapat izin dari gurunya yang bernama al-Habib Hussein bin Abu Bakar bin Salim dengan disertai oleh pembantunya yang bernama Ali bin Ahmad Harharah Al Yafiโ€™i. Beliau menetap di desa Maโ€™zubah, sempat menikah di desa itu dan mempunyai anak cucu. Makam beliau dan anak-anaknya di desa itu banyak diziarahi orang dari berbagai tempat yang jauh. Mereka diberi berbagai karomah yang tidak sedikit jumlahnya, menurut al-Habib Ali bin Hassan al-Attas, anak cucu beliau, ada seratus orang lebih yang sempat dihitung di waktu Habib Ali masih hidup. Saudara Habib Umar yang bernama al-Habib Aqil dikenal sebagai seorang ulama yang selalu mengamalkan ilmunya. Al-Habib Aqil ini pernah berguru dari Syeikh Muhammad bin Umar al-Afif di desa al-Hajrain, hingga banyak orang yang menimba ilmu dari beliau setelah beliau kembali ke Huraidzah. Setiap harinya al-Habib Umar menyempatkan diri untuk menghadiri Majlis Taโ€™lim al-Habib Aqil setiap kali setelah beliau kembali dari makam ayahnya. Al-Habib Aqil wafat di kala Habib Umar masih hidup. Beliau meninggalkan beberapa putra dan putri. Setelah ayahnya wafat, maka Habib Umar mengasuh mereka dengan sebaik-baik asuhan. Setelah putra-putra Habib Aqil dewasa, maka al-Habib Umar mengawinkan dengan putri-putri beliau. Adapun Musyayakh termasuk seorang yang sholeh, beliau wafat di masa hidup al-Habib Umar, beliau meninggalkan seorang putri. Adapun Sholeh, ia mempunyai seorang putra bernama Hussein. Adapun saudaranya yaitu Maryam, telah menikah dengan Habib Syeikh bin Abdillah al-Musawa, dan mempunyai beberapa orang putra. Pindahnya al-Habib Umar ke kota Huraidhah Al-Habib Hussein bin Abu Bakar bin Salim sering berkata โ€œWahai keluarga Baโ€™alwi Huraidzah?โ€ Maka dikatakan kepada beliau bahwa tidak seorang pun dari keluarga Baโ€™alwi yang ada di desa itu, maka ia berkata โ€œKelak di desa itu akan didatangi keluarga Baโ€™alwi, wajah-wajah mereka bagaikan bulan, dan akan memberikan manfaat kepada orang banyak.โ€ Ketika al-Habib Umar mencapai usia akil baligh, maka guru beliau yang bernama al-Habib Hussein bin Syeikh Abu Bakar bin Salim menyuruh beliau untuk berdakwah ke desa al-Huraidzah. Demikian pula guru beliau yang bernama al-Habib Hamid bin Syeikh Abu Bakar juga menyuruh beliau untuk segera berdakwah di desa al-Huraidzah. Maka dengan bekal perintah dari kedua guru beliau, al-Habib Umar segera berdakwah ke Huraidzah. Al-Habib Ali bin Hussain al-Attas menyebut di dalam kitab Taajul Aโ€™raas juz 2 halaman 111 bahwa pada mulanya al-Habib Umar sering pulang pergi ke Huraidzah. Akhirnya beliau menetap di sana pada tahun 1040 H. Ketika al-Habib Umar tiba di Huraidzah untuk pertama kalinya, beliau diminta oleh Syeikh Najjaad Adz Dzibyani untuk menetap di rumahnya, dia sangat menghormati beliau dan mengatakan โ€œIni rumah-rumahmuโ€ Sehingga Syeikh Najjaad mendapat barokah yang luar biasa dari beliau. Di desa itu ada seorang wanita yang bernama Sholahah, ia bernazar untuk memberikan hartanya dan bagian dari rumahnya kepada Habib Umar, kemudian al-Habib Umar meminangnya sebagai imbalan atas kebajikannya itu. Selanjutnya, sebelum al-Habib Umar menetap di desa al-Huraidzah, maka beliau kembali ke desa Lisk lebih dahulu untuk mengajak ayahnya dan saudara-saudaranya untuk pindah ke Huraidzah. Pada mulanya ajakan al-Habib Umar untuk pindah ke desa Huraidzah ditolak ayah beliau, tetapi setelah keduanya minta pendapat dari al-Habib Hamid dan al-Habib Hussein, maka kedua guru beliau menyuruh al-Habib Abdul Rahman untuk mengikuti minat al-Habib Umar. Keduanya mengatakan โ€œWahai Abdul Rahman, pergilah bersama Umar, dan ikuti serta pegangi pendapatnya, sekalipun kau adalah ayahnya dan dia anakmuโ€. Sehingga al-Habib Abdul Rahman berkata kepada putranya โ€œWahai Umar, kalau sekarang kami mau mengikuti pendapatmu , maka lakukanlah apa saja yang terbaik bagi kamiโ€. Selanjutnya seluruh keluarga al-Habib Umar segera meninggalkan Lisk menuju ke desa al-Huraidzah. Ketika rombongan itu tiba di desa Manwab, maka al-Habib Umar berkata โ€œHendaknya kalian melanjutkan perjalanan sampai ke Huraidzah, sebab aku hendak singgah dulu di tempat istriku yang ada di desa iniโ€. Maka rombongan itu meneruskan perjalanannya ke desa al-Huraidzah, sedangakan al-Habib Umar singgah dan menetap di desa Manwab selama satu minggu. Al-Habib Abdul Rahman, ayah al-Habib Umar mulai merasa sakit setibanya beliau di desa Huraidzah, dan karena sakit setibanya beliau, maka beliau takut kalau ajalnya tiba, sedangkan Habib Umar tidak ada di sisi beliau, karena itu ketika al-Habib Umar tiba, maka beliau menegur al-Habib Umar, tetapi al-Habib Umar mengajukan alasannya dan mohon maaf sebesar-besarnya atas keterlambatannya itu, sehingga ayahnya mau memaafkannya. Dan sakitnya yang menyebabkan ajalnya tiba itu, al-Habib Abdul Rahman merasa takut kalau al-Habib Umar tidak memperhatikan saudara-saudaranya yang masih kecil dari ibu lain, sebab beliau tahu ibu tirinya al-Habib Umar tidak sayang padanya sebagaimana umumnya kaum wanita. Di saat ayahnya risaukan hal itu, maka al-Habib Umar yang mengetahuinya secara Khasaf, maka beliau mendekati ayahnya dan beliau berkata โ€œWahai ayahku, tenanglah jangan engkau fikirkan tentang keluargamu, aku Insya-Allah akan menyayangi saudara-saudaraku lebih dari menyayangi diriku sendiriโ€. Maka hati al-Habib Abdul Rahman menjadi gembira dan beliau mendoakan kebajikan bagi Habib Umar, apalagi di saat itu, beliau sedang menyaksikan alam akhirat, tentu doa seorang ayah yang sholeh bagi anaknya yang sholeh pula, akan sama dengan doa seorang Nabi buat umatnya, apalagi al-Habib Abdul Rahman waktu itu sedang sakit, Rasulullah pernah bersabda โ€œJika kalian mengunjungi orang yang sedang sakit, maka mintalah doa bagi kalianโ€. Al-Habib Umar memenuhi janjinya kepada ayahnya dan beliau sangat memperhatikan kebutuhan saudara-saudaranya, terutama dari segi pendidikan dan pemeliharaannya. Wafatnya ayahanda al-Habib Umar Beliau wafat setelah delapan hari tiba di desa al-Huraidzah. Al-Habib Umar sibuk mempersiapkan perawatan jenazah ayah beliau, kemudian beliau menyuruh pembantunya Mahmud an-Najar untuk memilih kubur bagi ayahnya. Ketika Mahmud masuk di perkuburan al-Huraidzah, maka ia dapatkan ada sebuah tanah yang disinari seberkas cahaya langit, maka di tempat itulah al-Habib Abdul Rahman dikuburkan. Al-Habib Umar rajin berziarah ke makam ayahnya, bahkan tidak seharipun beliau pernah melupakannya. Pada suatu hari al-Habib Umar berkata โ€œKetika aku tidak berziarah ke makam ayahku selama beberapa hari, maka aku lihat ayahku dalam mimpiku amat murka kepadaku kerana aku tidak menziarahi beliau selama beberapa hari, aku lihat jasad beliau menjadi besar, sehingga aku sulit untuk berjabat tangan dengan beliau dikarenakan tingginya jasad beliauโ€. Hubungan al-Habib Umar dengan Syeikh Abdullah bin Ahmad al-Afif Dulu sebelum al-Habib Umar tiba di desa al-Huraidzah, maka penduduknya sangat berkeyakinan kepada kewalian para sesepuh al-Masyaikh dari keluarga al-Afif. Pada suatu hari, penduduknya minta kepada Syeikh Abdullah bin Ahmad al-Afif, seorang wali dan sholeh yang terkemuka, untuk memohonkan air hujan bagi penduduk desa Huraidzah. Kemudian mereka keluar menuju ke suatu kubur wali, kebetulan pada saat itu al-Habib Umar masih baru di desa itu dan masih belum dikenal orang, sehingga penduduknya tidak memberitahu kepada beliau untuk berdoa bersama dengan mereka dan merekapun tidak memberitahu kepada Syeikh Abdullah al-Afif tersebut tentang keberadaan al-Habib Umar, sampai setelah mereka melakukan doa bersama untuk memohon air hujan, lalu terdapat pembicaraan sekitar keberadaan al-Habib Umar, maka Syeikh Abdullah berkata kepada mereka โ€œMengapa kalian tidak memberitahukan aku tentang keberadaan al-Habib Umar, mungkin doa kalian tidak akan diterima dan air hujan tidak akan turunโ€. Kemudian Syeikh Abdullah segera meninggalkan tempat itu, kemudian mendatangi Habib Umar untuk mohon maaf. Kata al-Habib Umar โ€œWahai Syeikh Abdullah, desa ini adalah desa kalian dan aku di desa ini hanya orang asing yang baru datangโ€. Kata Syeikh Abdullah โ€œBukan demikian wahai tuanku, bahkan desa ini adalah milikmu dan aku tidak mempunyai hak apapun setelah tuan ada di siniโ€. Al-Habib Isa bin Muhammad al-Habsyi berkata โ€œMemang, al-Habib Umar mempunyai hubungan yang erat dengan Syeikh Abdullah bin Ahmad al-Afif. Dan Syeikh Abdullah pernah berkata kepada beliau โ€œMemang, Huraidzah adalah desa kami, akan tetapi kami serahkan kepada kamuโ€. Disebutkan bahawa Syeikh Abdullah pernah minta pakaian Libas dari al-Habib Umar, maka kata beliau โ€œBesarnya rasa cintamu, hal itu sudah cukupโ€. Dalam juz kedua di dalam buku Taajul Aโ€™raas disebutkan, bahwa al-Habib Ahmad bin Hassan al-Attas pernah menyebutkan tentang kisah Syeikh Abdullah bin Ahmad al-Afif โ€œDi desa Huraidzah, Syeikh Abdullah al-Afif mempunyai sebuah kebun kurma, ketika al-Habib Umar tiba di desa itu, maka Syeikh Abdullah bernazar untuk memberikan kebun kurma itu kepada al-Habib Umar. Ketika hal itu diutarakan kepada al-Habib Umar, maka beliau berkata kepada penduduk Huraidzah โ€œWahai penduduk, bagaimanakah pendapat kalian tentang nazar Syeikh Abdullah?โ€ Jawab penduduk Huraidzah โ€œMenurut kami, nazar Syeikh Abdullah adalah benarโ€. Jawab Habib Umar โ€œKalau begitu, tanah ini aku terima tetapi aku hadiahkan kembali bagi kalian semua sebagai nazar dari aku, maka terimalah tanah itu dari akuโ€. Ada seorang di antara mereka yang berkata kepada beliau โ€œMengapakah engkau tidak memberikannya kepada keluargamu?โ€ Kata al-Habib Umar โ€œKelak anak cucuku akan memiliki desa ini semuanyaโ€. Guru-guru al-Habib Umar al-Attas Beliau berguru dari orang-orang yang pernah berguru dari Sayyidina Syeikh Abu Bakar bin Salim, terutama dari putra-putranya, yaitu al-Habib Muhdhor bin Syeikh Abu Bakar, al-Habib Hussein bin Syeikh Abu Bakar dan al-Habib Hamid bin Syeikh Abu Bakar. Al-Habib Umar juga pernah berguru dari Habib Muhammad bin Abdurrahman al-Hadi, dari Sayyid Umar bin Isa Barakwah as-Samarkandi al-Maghribi yang dimakamkan di desa al-Ghurfah. Demikian pula al-Habib Umar sering mengunjungi Syeikh al-Kabir Ahmad bin Shahal bin Ishaq al-Hainani. Selain itu, beliau sangat erat hubungannya dan selalu mengunjungi Habib Abu Bakar bin Abdurrahman bin Syihab dan Syeikh Abdullah bin Ahmad al-Afif dan Syeikh Ahmad bin Abdul Kadir Baโ€™syin, Shahib Rubath. Beliau pun sering mengunjungi Habib Abu Bakar bin Muhammad Balfaqih, Shahib Qaidun. Selain itu, beliau gemar mengunjungi orang-orang soleh dari Ahlul Bait maupun dari keluarga al-Masyaikh dan orang-orang yang soleh. Al-Habib Umar sangat mengagungkan dan menghormati guru beliau yang bernama al-Habib Hussein bin Syeikh Abu Bakar bin Salim. sampaipun, bila al-Habib Umar mendengar nama gurunya yang satu ini disebut orang, maka wajah beliau berubah kerana mengagungkan gurunya yang satu ini, bahkan adakalanya al-Habib Umar bercakap-cakap dengan al-Habib Hussein bin Syeikh Abu Bakar di tengah satu majlis, sedangkan ucapan keduanya tidak dapat dimengertikan orang lain. Syeikh Ali bin Abdillah Baraas berkata โ€œAl-Habib Umar berkata, pada suatu hari aku mendatangi al-Habib Hussein bin Syeikh Abu Bakar bin Salim dengan maksud untuk mudzakarah tentang tariqah Tasawwuf, kebetulan ketika itu al-Habib Hussein sedang berada di tengah anggota majlis taโ€™limnya. Kemudian beliau berkata โ€œWahai Umar, seseorang yang tidak mengerti suatu isyarat, maka ia tidak akan dapat mengambil manfaat dari ibarat yang terang dan siapa yang menjelaskan kata-kata yang sudah jelas dengan kata-kata yang lebih jelas, ada kalanya dapat menambah pendengarannya makin bertambah bingungโ€. Selanjutnya al-Habib Umar berkata โ€œTimbul rasa takut di hatiku bahwa tutur kata guruku setela kata-kata itu sengaja ditujukan bagikuโ€. Al-Habib Hussein bin Syeikh Abu Bakar bin Salim sangat menghormati al-Habib Umar, bahkan beliau lebih mengunggulkan al-Habib Umar dari saudara-saudaranya dan kawan-kawannya. Al-Habib Hussein tidak pernah berdiri untuk menghormati orang, seperti halnya untuk al-Habib Umar, hal itu tidak lain dikarenakan tingginya kedudukan Habib Umar. Pada suatu hari al-Habib Umar bersama sekelompok para tokoh Alawiyin datang ke tempat al-Habib Hussein bin Syeikh Abu Bakar bin Salim, pada waktu itu al-Habib Umar merupakan satu-satunya orang yang paling merendahkan diri dan memakai pakaian yang paling sederhana, ditambah lagi kedua matanya tidak dapat melihat. Ketika al-Habib Hussein melihat al-Habib Umar berada di paling belakang rombongan itu, maka al-Habib Hussein berubah wajahnya, kemudian beliau berkata kepada orang-orang yang terkemuka dari rombongan itu โ€œSesungguhnya kalian hanya lebih mengutamakan penampilan lahiriah, dan kalian tidak mau memuliakan orang yang paling mulia menurut kedudukan yang sepantasnya, andaikata kalian tahu kemuliaan lelaki ini, yaitu al-Habib Umar, pasti kedudukan kalian tidak ada artinya, leher-leher kalian akan menunuduk dan ruh serta jasad kalian akan rindu kepadanyaโ€. Kemudian beliau menyebutkan keutamaan-keutamaan al-Habib Umar yang menyebabkan mereka berasa betapa kecilnya dirinya masing-masingโ€. Silsilah isnad al-Habib Umar dalam menerima hirqah Al-Habib Umar menerima selendang hirqah dari al-Habib Hussein bin Syeikh Abu Bakar bin Salim, sedangkan beliau menerimanya dari saudaranya yaitu Syeikh Umar al-Muhdhor, beliau menerimanya dari ayah beliau, yaitu Syeikh Abu Bakar bin Salim, Shahib Ainat, beliau menerimanya dari Syeikh Syihabudin Ahmad bin Abdurrahman, beliau menerimanya dari ayah beliau, Syeikh Abdurrahman bin Ali, beliau menerimanya dari ayahnya, Syeikh Ali bin Abu Bakar, beliau menerimanya dari ayahnya, Syeikh Abu Bakar Sakran, beliau menerimanya dari ayahnya, Syeikh al-Kabir Abdurrahman as-Seggaf, beliau menerimanya dari ayahnya, yaitu Syeikh Muhammad Mauladawilah, beliau menerimanya dai ayahnya, Syeikh Ali bin Alawi, beliau menerimanya dari ayahnya, Syeikh Alwi bin Faqih al-Muqaddam, beliau menerimanya dari ayahnya, al-Ustadzul Aโ€™dzam al-Faqih al-Muqaddam Sayyidina Muhammad bin Ali Baโ€™alawi. Adapun sumber penisbatan al-Hirqah dan silsilah isnad bagi Syeikh al-Faqih al-Muqaddam berasal dua jalur, salah satu dari jalur ayah-ayah beliau yaitu beliau dididik dan menerimanya dari ayah beliau, Ali bin Muhammad dan dari paman beliau, Alawi bin Muhammad, keduanya menerima dari ayahnya Muahmmad Shahib Mirbath, beliau menerimanya dari ayahnya, Ali Khaliโ€™ Qasam, beliau menerimanya dari ayahnya, Alawi Shahib Samal, beliau menerimanya dari ayahnya, Ubaidillah, beliau menerimanya dari ayahnya, al-Imam Muhajir Ahmad bin Isa, beliau menerimanya dari ayahnya, Isa an-Naqib, beliau menerimanya dari ayahnya, Muhammad, beliau menerimanya dari ayahnya, Ali al-Uraidhi, beliau menerimanya dari ayahnya, al-Imam Jaโ€™far as-Shoddiq, beliau menerimanya dari ayahnya, al-Imam Muhammad al-Baqir, beliau menerimanya dari ayahnya, Ali Zainal Abidin, beliau menerimanya dari ayahnya, al-Imam al-Hussein dan dari pamannya al-Imam al-Hassan, keduanya menerima dari kakeknya Nabi Muhammad SAW, juga dari ayahnya al-Imam Ali bin Abi Thalib sedangkan Nabi SAW menerimanya dari Allah seperti yang beliau katakan โ€œAku dididik oleh Tuhanku dan ia mendidikku dengan sebaik-baik didikanโ€. Adapun jalur kedua yang diterima oleh Sayyidina al-Faqih al-Muqaddam Thoriqoh Syuโ€™aibiyah yaitu lewat Syeikh Syuโ€™aib Abu Madyan al-Maghribi dengan perantaraan Abdurrahman al-Muqโ€™ad dan Abdullah as-Shaleh. Sedangkan Syeikh Syuโ€™aib Abu Madyan menerimanya dari Syeikh Abu Yaโ€™izza al-Maghrabi, beliau menerimanya dari Syeikh Abul Hasan bin Herzihim atau yang dikenal dengan nama Abu Harazim, beliau menerimanya dari Syeikh Abu Bakar bin Muhammad bin Abdillah bin Arabi dan al-Ghadi al-Mughafiri. Sedangkan bin al-Arabi menerimanya dari Syeikh Imam Hujjatul Islam al-Ghozali, beliau menerimanya dari gurunya, yaitu Imam al-Haramain Abdul Malik bin Syeikh Abu Muhammad al-Juaini, beliau menerimanya dari ayahnya, Abu Muhammad bin Abdullah bin Yusuf, beliau menerimanya dari Syeikh Abu Thalib al-Makki, beliau menerimanya dari Syeikh Syibli, beliau menerimanya dari Syeikh al-Junaid, beliau menerimanya dari pamannya, yaitu as-Sirri as-Siqthi, beliau menerimanya dari Syeikh Maโ€™ruf al-Karkhi, beliau menerimanya dari gurunya, Syeikh Daud at-Thoโ€™i, beliau menerimanya dari Syeikh Habib al-โ€™Ajmi, beliau menerimanya dari Imam Hasan al-Basri, beliau menerimanya dai Imam Ali bin Abi Thalib, beliau menerimanya dari Rasulullah SAW, beliau menerimanya dari malaikat Jibril, dan beliau menerimanya dari Allah Taโ€™ala. Sanad penerimaan kalimat talqin bagi al-Habib Umar Al-Habib Umar menerimanya talqin kalimat Laa Ilaaha Illallah Muhammadar Rasulullah SAW dari Syeikh al-Arif Billah Assyarif Umar bin Isa Barakwah as-Samarqandi al-Maghrabi. Syeikh Ahmad bin Abdul Qadir Baโ€™syin Shahib Rubath berkata โ€œSyeikh Umar Barakwah menuturkan kepada kita bahwa talqin dzikirnya cabangnya sampai kepada Syeikh Abdul Qadir al-Jailani, sedangkan Syeikh al-Qadir al-Jailani menerima talqin dzikir dari empat ratus orang guru dan guru-guru beliau sanadnya bersambung sampai dengan Sayyidina Hussein bin Ali bin Abi Thalib, semua ahli talqin dzikir bersambung dengan Rasulullah SAW. Keadaannya sama dengan mata rantai yang terjalin erat antara yang satu dengan yang lainnya, sehingga jika mata rantai yang ada paling bawah digerakkan, maka mata rantai yang ada di paling ataspun akan bergerak, demikian pula sebaliknya. Hal itu adalah disebabkan eratnya keterkaitan antara yang satu dengan yang lainnya, sama halnya dengan keterkaitan nasab Ahlul Bait, satu sama lainnya saling terkait erat. Segala puji bagi Allah yang menjadikan mereka suri tauladan yang baik bagi kami dan keterkaitan kamipun dengan mereka masih eratโ€. Al-Hakim meriwayatkan dari Saddad bin Aus, ia berkata โ€œKetika kami berada di sisi Nabi SAW, maka beliau bersabda โ€œAngkatlah tangan-tangan kalian dan ucapkanlah โ€œLaa ilaha Illallaahโ€. Setelah kami melakukannya, maka Rasulullah SAW bersabda โ€œYa Allah, sesungguhnya Engkau mengutus aku untuk menyampaikan dan mengikrarkan kalimat Tauhid ini dan Engkau akan memberi Syurga kepada seorang yang mengucapkannya dan Engkau tidak akan memungkiri janji. Selanjutnya beliau bersabda โ€œBergembiralah kalian sebab Allah telah memberi ampun kepada kalianโ€. Budi pekerti al-Habib Umar al-Attas Al-Habib Umar al-Attas dikenal sebagai seorang Alim, Amil, Quthub, Ghauts, seorang tokoh sufi, suci, suka memenuhi janji, Murabbi, Rabbani, Daโ€™i, suka mengajak orang ke jalan Allah dengan pandangan yang bersih dan budi pekerti yang luhur, beliau himpun ilmu lahir dan batin. Beliau dikenal sebagai pelindung kaum fakir dan kaum janda serta anak-anak yatim. Beliau senantiasa menyambut dan menggembirakan orang-orang fakir, mereka dimuliakan dan didudukkan pada tempat yang mulia, sehingga mereka sangat mencintai beliau. Beliau dikenal baik oleh kalangan luas banyak sekali beristiqad dengan beliau, dan mempunyai kedudukan yang sangat tinggi, beliau amat tawadhuโ€™ dan merendahkan dirinya karena merasa diawasi oleh Allah. Beliau selalu menyuruh orang untuk bersabar, khususnya jika cobaan dan bencana sedang menimpa. Beliau sangat bersabar untuk menjalankan aktivitas ibadah. Beliau al-Habib Umar tidak pernah tidur pada bagian separuh terakhir di malam hari, beliau pernah menghabiskan waktu malamnya untuk mengulang-ulang bacaan doa Qunut. Beliau suka menyantuni orang-orang fakir dan para wanita yang tidak mampu. Beliau amat sabar dalam menghadapi berbagai krisis, beliau tidak pernah menyombongkan diri kepada seorangpun, beliau mau duduk di tempat mana saja tanpa membedakan tempat yang baik atau jelek dan beliau tidak pernah menempatkan dirinya di tempat yang lebih tinggi atau tempat yang menonjol, kalau beliau meninggalkan majlisnya karena ada hajat, maka ketika beliau kembali ke tempat duduknya dan beliau mendapati tempat duduknya telah diduduki orang lain, maka beliau akan mencari tempat duduk lain. Beliau tidak pernah mendekati kaum penguasa. Beliau senantiasa mengikut jejak perjalanan para sesepuh beliau yang terdahulu, para tokoh Baโ€™alwi seperti perjalanan yang ditempuh oleh Sayidina al-Faqih al-Muqaddam Muhammad ibnu Ali Baโ€™alwi, Syeikh as-Seggaf, Alaidrus, Syeikh Abu Bakar ibnu Salim dan tokoh-tokoh lainnya. Thoriqah mereka lebih mengutamakan menutup diri, tawadhuโ€™, tidak menuruti hawa nafsu, lemah lembut, tidak ingin dikenal apalagi menonjol diri, karena mereka merasa bahwa diri mereka tidak akan menjadi orang baik kecuali hanya dengan anugerah dan kemurahan Allah. Sifat ini tetap diikuti oleh anak cucu mereka, khususnya para wali yang mempunyai kedudukan, ilmu dan gemar beramal kebajikan dan beribadah. Pokoknya al-Habib Umar senantiasa mengikuti jejak para sesepuhnya yang sholeh, beliau selalu mengikuti budi pekerti yang mulia seperti budi pekerti Nabi yang pernah disebutkan Allah dalam satu firmannya โ€œDan sesungguhnya engkau di atas budi pekerti yang agungโ€. Jika beliau meningkatkan frekuensi ibadahnya yang wajib dan sunnah, maka beliau mengikuti apa yang disebutkan oleh Imam Ghazali di dalam Rubโ€™ul Ibadat di dalam kitab Ihyaโ€™. Demikian pula, jika beliau ingin mengikuti sunnah-sunnah dan memperbaiki niat dan motivasi, maka beliau mengikuti apa yang diterangkan oleh Imam Ghazali di dalam Rubโ€™ul Adat di dalam kitab Ihyaโ€™. Adapun jika beliau ingin menjauhi budi pekerti dan tindak tanduk yang tidak baik, maka beliau mengikuti apa yang diiterangkan oleh Imam Ghazali di dalam Rubโ€™ul Muhlikat di dalam kitabnya Ihyaโ€™. Adapun jika beliau ingin mengikuti akhlak yang diridhai oleh Allah, maka beliau akan mengikuti apa yang diterangkan oleh Imam Ghazali di dalam Rubโ€™ul Munjiyat di dalam kitab Ihyaโ€™ dan mencari tambahan keterangan lain dari buku-buku lain. Beliau senantiasa bergembira dan tersenyum kepada semua kalangan, baik terhadap anak-anak kecil maupun orang dewasa, sampai setiap orang merasa bahwa dirinya sebagai kaum kerabat beliau. Beliau senantiasa menyambut dengan baik semua orang menurut kebutuhannya masing-masing dan beliau bersabar meskipun menghadapi banyak persoalan dari mereka, semua orang disayangi dan disantuni oleh beliau, beliau suka berwasiat untuk menyenangkan anak-anak kecil, kata beliau โ€œKalau engkau tidak dapat menyenangkan anak kecil dengan memberi sesuatu, maka berikan kepada mereka meskipun sebuah batu kerikil berwarna merah, agar mereka bergembira.โ€. Beliau suka mengabulkan segala permintaan orang dan suka menanggung kesulitan orang dengan harapan agar dapat menyenangkan keluarga orang yang ditolongnya itu. Adakalanya beliau memaksa diri untuk mendatangi rumah-rumah mereka, sehingga ada dari murid beliau yang mengatakan kepada beliau, bahwa beliau sudah udzur, karena sudah lanjut usia dan hal itu cukup memberatkan tetapi beliau menjawabnya โ€œSesungguhnya kami mendatangi rumah-rumah mereka, untuk manfaโ€™at dan maslakhat mereka dan kami berharap dari Allah, agar setiap rumah yang kami masuki Allah akan memberi ampun kepada penghuni rumah tersebutโ€. Jika ada dua orang datang ke majlis al-Habib Umar, maka beliau bertanya kepada keduanya, siapa di antaranya yang lebih tua, setelah diberitahukan kepada beliau, maka beliau mempersilakan yang lebih tua duduk di sebelah kanan beliau sedang yang lebih muda dipersilakan duduk di sebelah kiri beliau agar beliau dapat menghormati munurut usianya masing-masing, selanjutnya keduanya disenangkan dan digembirakan dengan kegembiraan yang luar biasa, kemudian beliau berbicara dengan keduanya menurut kemampuan berfikir mereka masing-masing. Akhlak beliau yang seperti itu menyebabkan semua orang terpesona kepada beliau dan budi pekerti beliau sering disebut orang. Al-Habib Umar sering mengunjungi Wadi Amed dan al-Qasar untuk mengajak penduduknya ke jalan Allah dan untuk mempersatukan orang-orang yang bersengketa di antara mereka. Untuk kepentingan yang satu ini, beliau banyak mengorbankan hartanya dan tenaganya. Dan sangat bersabar kepada mereka yang berwatak keras, beliau hampir saja tidak pernah marah, kecuali larangan Allah diremehkan oleh seseorang, jika hal itu terjadi, maka beliau amat marah, sampai dapat dilihat dari wajah beliau. Al-Habib Umar senantiasa menganjurkan manusia untuk rajin mengerjakan amal-amal ibadah dan menghadiri sholat Jumโ€™at dan Jamaโ€™ah, beliau selalu menganjurkan perbuatan baik dan melarang perbuatan mungkar. Beliau tidak mau masuk ke dalam rumah yang pemiliknya suka berbuat kemungkaran dan tidak mau menghadiri undangan mereka, sampai mereka mau berubah kebiasaan mereka. Al-Habib Umar sering mengunjungi Wadi Douโ€™an, kebiasaan itu beliau lakukan sejak awal dan beliau tidak pernah meninggalkan kebiasaan itu kecuali di akhir hayatnya. Beliau pernah mengunjungi Wadi Douโ€™an berangkat dari al-Lisk dengan mengenderai unta dan dengan disertai al-Faqih Ahmad ibnu Muhammad Bajamal al-Asbuhi. Dalam satu kunjungannya ke Wadi Douโ€™an beliau pernah mengunjungi Syeikh Ahmad ibnu Ali ibnu Nuโ€™man al-Hajrain di desa Hajrain, maka Syeikh Ahmad ikut bersama beliau menuju Qaidun untuk berziarah ke makam Syeikh Saโ€™id ibnu Isa Alamudi. Dikarenakan banyaknya berpergian dan perjalanan yang ditempuh oleh al-Habib Umar al-Attas untuk berdakwah dan untuk mendamaikan orang, maka beliau berkata โ€œSesungguhnya aku di dunia adalah seorang yang asing, maka tidak diwajibkan atasku melakukan sholat Jumโ€™at di suatu desa pun. Beliau lebih suka mengenderai keledai di sebagian besar waktunya dan di dalam perjalanannya di tengah hari yang amat panas. Di setiap perjalanannya, beliau selalu membawa kitab ar-Risalah karya Imam al-Qusyairi di satu tangan, sedang di tangan yang lain memegang kitab Al awarifu Al Maarif maupun kitab-kitab yang semacamnya merupakan benteng bagi para tokoh Sufiโ€. Al-Habib Umar selalu menghabiskan waktunya untuk muzakarah segala cabang ilmu pengetahuan, untuk keperluan yang satu ini, beliau suka menghabiskan waktu satu malam penuh. Adakalanya tiba waktu fajar, sedangkan beliau masih menerangkan berbagai macam hakikat ketuhanan Hakaik kepada murid-murid beliau. Pokoknya tidak satu waktupun beliau lewatkan, kecuali beliau lewatkan dengan ibadah dan menimba ilmu atau mendengar suatu bacaan. Biasanya jika ada sekelompok orang duduk di malam hari bersama beliau, maka beliau melayani mereka, sampai ketika mereka bubar, maka beliau berkata kepada Syeikh Ali Baras โ€œWahai Ali, apakah masih ada orang lain selain kita?โ€. Jika dijawab tidak, maka beliau berkata โ€œAmbilkan kitab itu, untuk kita baca bersamaโ€. Al-Habib Umar tidak pernah mengkhususkan membaca atau mengajar suatu kitab tertentu. Al-Habib Hussein bin Umar al-Attas berkata โ€œPada suatu hari, aku pergi bersama ayahku, tanganku yang satu memegang tali kendali kenderaan beliau, sedangkan tanganku yang satu memegang sebuah kitab, sedangkan beliau menyampaikan kepada kita berbagai cabang ilmu lewat lisan beliau, hal itu bagaikan sebuah air yang mengalir dengan derasnya. Ketika kami katakan kepada beliau โ€œMengapa engkau tidak izinkan kami membaca atau belajar sebuah kitab kepadamu?โ€ Maka beliau berkata โ€œTerimalah sesukamu ilmu yang sedang mengalir dari satu wadah, meskipun tanpa sebuah kitabโ€. Beliau berkata kepada seorang guru โ€œAjarkan anak-anakku untuk membaca kitab karya tulis Syeikh Abu Amruโ€. Al-Habib Umar sangat peduli untuk mengajari saudara-saudaranya yang masih kecil yang ditinggal wafat oleh ayahnya. Di muka telah kami terangkan bahawa al-Habib Umar sangat peduli untuk mengajar dan mendidik saudara-saudaranya yang masih kecil, terutama untuk memahami al-Quran. Beliau menganjurkan mereka untuk gemar mencari ilmu dan menyuruh guru saudara-saudaranya untuk memukul mereka, jika mereka tidak memperhatikan pelajarannya. Bahkan beliau sendiri pernah memukul saudaranya dengan tangannya sendiri, sampai ia berhasil membaca al-Quran dengan baik. Beliau pernah mengirim saudara beliau al-Habib Aqil ke Hajrain untuk belajar dari Syeikh Muhammad ibnu Umar al-Afif, sampai akhirnya al-Habib Aqil mampu mengajar setelah beliau kembali ke desa Huraidzah. Setiap hari al-Habib Umar menghadiri majlis taโ€™lim al-Habib Aqil sekembalinya dari menziarahi kubur ayahnya. Ketika al-Faqih Syeikh Abdul Kabir ibnu Abdul Kabir Baqais mengunjungi beliau yang ketika itu beliau masih dalam usia belajar, maka beliau berkata โ€œHai, Abdul Kabir nama telah dihidupi, maka hidupkanlah ilmuโ€. Ucapan beliau menyuruh Abdul Kabir untuk rajin menuntut ilmu. Dengan anjuran beliau, maka Abdul Kabir berhasil menimba ilmu sebanyak-banyaknya sampai beliau disebut al-Faqih. Al-Habib Umar pernah memberitahukan akan lahirnya Syeikh Abdul Kabir yang ketika itu masih di dalam kandungan ibunya, sedang ayahnya meninggal dunia. Ketika keluarganya akan membagi harta waris ayahnya, di saat itu al-Habib Umar berkata โ€œSesungguhnya janin yang ada di dalam kandungan ibunya ini adalah anak laki-laki, maka simpanlah bagiannya dari harta warisannyaโ€. Ternyata apa yang dikatakan oleh al-Habib Umar adalah benar. Al-Habib Umar telah memberi isyarat kepada salah seorang pengikutnya, Muhammad ibnu Hishn al-Huraidzi untuk belajar membaca al-Quran meskipun usianya telah lanjut, dikarenakan telah mendapat barokah dari Habib Umar, maka ia diberi kemudahan oleh Allah. Ada seseorang jika menghadiri majlis taโ€™limnya al-Habib Umar al-Attas, maka ia banyak berbicara, sehingga majlis beliau terganggu, anehnya jika diadakan pembacaan suatu kitab, maka orang itu mengantuk sampai tidur. Karena itu, jika orang itu hadir, maka al-Habib Umar berkata kepada kawan-kawannya โ€œAmbilkan kitab dan mari kita membaca kitab itu, agar orang itu diam karena mengantukโ€. Al-Habib Umar pernah menyuruh untuk mengeluarkan zakat kurma Rutob sebelum kurma itu menjadi kering. Ketika dikatakan bahwa sebagian ulama mengatakan bahawa tidak sah mengeluarkan zakatnya kurma sebelum kurma itu menjadi kering, maka al-Habib Umar berkata Mereka itu ulama dan kami pun ulama, tanyakanlah kepada orang-orang miskin, kurma yang masih basah ataukah kurma yang sudah kering yang mereka sukaiโ€. Setelah dijawab, bahwa yang mereka sukai adalah kurma yang masih basah, maka pendapat al-Habib Umar diterima oleh mereka dan dilaksanakan oleh seluruh penduduk desa itu. Al-Habib Ali ibnu Hussein al-Attas menyebutkan dalam kitabnya Taajul Aโ€™raas juz 1 hal 708, bahwa al-Habib Umar ibnu Abdurrahman al-Attas telah berbeda pendapat dengan ahli Fiqih dalam tiga masalah. Pertama al-Habib Umar berpendapat untuk menaruh jenazah di ujung kepala liang lahad dan jika jenazah sedang diturunkan ke liang lahad hendaknya kedua kakinya diturunkan lebih dahulu. Kedua, al-Habib Umar berpendapat bahwa seseorang tidak harus berniat ketika ia menjadikan tangannya sebagai wadah untuk mengambil air hendak berwudhu niat Ightiraf meskipun menurut pendapat ahli Fiqih, orang itu diharuskan berniat kalau tidak maka airnya menjadi mustaโ€™mal. Adapun yang dipakai alasan oleh al-Habib Umar, seorang yang mengambil air ketika hendak berwudhu, maka ia tidak mencuci tangannya ke dalam tempat air, kerana itu tidak perlu berniat. Ketiga, al-Habib Umar berpendapat bahawa seseorang dibolehkan mengeluarkan zakatnya kurma ketika buah kurma itu masih basah rutob, meskipun para ulama tidak membolehkan cara yang demikian itu, alasannya Habib Umar adalah buah kurma yang masih basah lebih disenangi orang-orang miskin, daripada buah kurma yang sudah kering. Disebutkan juga al-Habib Umar menganjurkan orang melakukan solat Ghaib setelah selesai mengerjakan solat Jumโ€™at. Adapun waktunya adalah setelah imam menutup sholatnya dengan salam dan setelah berzikir, maka diumumkan untuk melakukan solat Ghaib bagi mereka yang telah meninggal dari segenap umat Islam. Tradisi macam ini tetap dilakukan penduduk desa Huraidzah dan desa-desa lainnya yang pernah mendengar fatwa al-Habib Umar. Al-Habib Umar suka mendengar qasidahnya al-Habib Abdullah ibnu Alwi al-Haddad, yang awal mula baitnya adalah Jika qasidah ini dikumandangkan oleh seseorang di depan Habib Umar, maka beliau suka menyuruh orang itu untuk mengulanginya, sebab beliau sangat menyayangi dan merasa kagum qasidah itu. Setelah al-Habib Umar wafat, maka al-Habib Abdullah ibnu Alwi al-Haddad menyuruh seseorang untuk berziarah ke makam al-Habib Umar dan menyuruhnya untuk membacakan qasidah yang disebutkan di atas tadi di sisi kubur al-Habib Umar. Ketika orang itu melaksanakan apa yang diperintahkan oleh al-Habib Abdullah ibnu Alwi al-Haddad, maka ia tertidur sejenak, maka tahu-tahu terdapat sepotong roti yang masih hangat di pangkuannya. Ketka ia terbangun ia terkejut dengan adanya dua potong roti dihadapnya, setelah diperiksa di sekelilingnya, ternyata tidak ada seorangpun yang ada didekatnya, sehingga ia yakin bahawa dua potong roti itu adalah karomah dari al-Habib Umar sebagai petanda bahawa qasidah yang dibacanya telah didengar oleh al-Habib Umar dan ziarahnya terkabul. Maka yang sepotong dimakan sedangkan yang sepotong lagi dibagikan kepada anak-anaknya. Al-Habib Umar dan guru beliau, al-Habib Hussein ibnu Syeikh Abu Bakar ibnu Salim melarang orang untuk menghisap rokok dan mengharamkannya. Al-Habib Umar suka menyuruh orang untuk memperbaiki cara pengairan sawah ladang. Beliau amat senang dengan orang-orang yang suka mengairi sawah ladangnya dan beliau selalu mendoakan kebajikan bagi mereka, tetapi beliau tidak senang terhadap orang-orang yang malas mengairi sawah ladangnya. Al-Habib Umar selalu menganjurkan orang untuk rajin menanam pohon kurma. Di desa Andal dan al-Qasar banyak menghasilkan buah kurma. dikarenakan seringnya al-Habib Umar menganjurkan orang untuk menanamnya. Biasanya beliau berpesan untuk memberi jarak sepuluh langkah atau lima belas langkah antara satu pohon kurma dengan lainnya. Banyak hadiah-hadiah yang mengalir kepada al-Habib Umar, tetapi beliau tidak mau menerimanya, kecuali hanya sebagian kecil daripadanya. Bahkan jika ada seseorang yang nadzar memberi pohon kurma kepada beliau, maka beliau ada kalanya menolaknya. Beliau tidak mau menerima pemberian seorang penguasapun, kalau ada seorang penguasa memberi hadiah atau bingkisan kepada beliau atau yang ada hubungannya dengan penguasa, maka beliau selalu menolaknya dengan cara yang manis dan halus. Al-Habib Umar selalu pasrah dan ridho terhadap apa saja yang dikehendaki oleh Allah. Al-Habib Umar selalu sederhana dalam cara berpakaiannya, makan minumnya dan tempat tinggalnya. Beliau suka memakai pakaian yang kasar berwarna putih, hasil tenunan dalam negeri, bukan buatan dari India. Beliau tidak pernah memakai pakaian yang berwarna hitam, selain ketika putera beliau wafat, tetapi beliau mengenakan juga pakaian putih dan berwarna merah untuk menampakkan beliau tidak susah atas kematian putranya. Ketika ditanyakan, mengapa beliau berpakaian demikian, maka beliau berkata โ€œSesungguhnya syaitan menyuruh kami untuk menampakkan rasa susah, tetapi kami menolaknya agar ia menjadi kecewaโ€. Biasanya jika al-Habib Umar diberi hadiah sehelai kain halus berwarna putih, maka beliau memakainya sebagai alas duduk di atas kenderaannya sampai kain itu tampak rusak. Biasanya jika beliau diberi hadiah sehelai baju terlalu panjang bagian tangannya, maka beliau memotongnya sampai sebatas telapak tangan. Hal itu adalah dikarenakan beliau meniru jejak hidup Imam Ali ibnu Abi Thalib yang selalu memotong bagian tangannya sampai batas telapak tangan. Jika al-Habib Umar hendak membangun rumah, maka beliau menyuruh arsiteknya untuk membangunkan kamar mandi di bagian depan rumahnya agar orang-orang yang melihatnya akan mengerti, betapa hinanya kehidupan dunia yang selalu mereka rebutkan itu. ketika arkiteknya telah selesai membangun tembok rumah beliau, maka beliau dipersilakan masuk ke dalam bangunan itu. Setelah beliau mengukur tinggi bangunannya dirasa telah cukup, maka beliau menyuruhnya untuk membangun atapnya. Letak rumah beliau di bagian atas desa. Ketika penduduk desa Huraidzah minta pertimbangan beliau, di manakah rumah beliau harus dibangun, maka beliau menyuruh mereka untuk membangun rumahnya di bagian atas desa itu di dekat rumah Syeikh Salamah ibnu Ali Basahil. Sebab beliau amat erat hubungannya dengan Syeikh Salamah yang dikenal sebagai wali yang waraโ€™, ahli ibadah dan amat dekat hubungannya dengan al-Habib Umar, sehingga al-Habib Umar sering mengunjunginya. Kata al-Habib Umar โ€œAndaikata aku tidak takut kebakaran, pasti aku lebih senang di sebuah gubugโ€. Beliau tidak terlalu memperhatikan masalah makanannya, beliau mau makan apa saja yang didapatnya dengan mudah, tidak jarang beliau menahan lapar jika tidak ada rezeki yang dimakannya. Disebutkan bahwa pada suatu malam isteri Hussein menantu beliau tidak menyediakan makan malam bagi al-Habib Umar, sebab ia mengira bahwa al-Habib Umar sudah makan malam di rumah Salim, puteranya. Demikian juga isteri Salim tidak menyiapkan makan malam bagi al-Habib Umar, sebab ia mengira bahwa al-Habib Umar telah makan di rumah Hussein. Kebetulan malam itu pembantunya keluar dengan membawa sepotong roti untuk makan sapinya, maka beliau mengambil sebagian seraya berkata โ€œIni adalah makan malamkuโ€. Al-Habib Umar hanya berkata โ€œKurma dan mentimun yang halal lebih baik dari bubur kambing harisah yang subhatโ€. Pada suatu hari ketika beliau berkunjung ke Wadi Amed, maka beliau singgah di rumah salah seorang pengikutnya yang ada di desa itu. Penduduk desa itu senang menerima kehadiran al-Habib Umar, sehingga mereka membikin bubur asidah bagi beliau. Ketika penduduk desa itu masih sibuk membuat bubur asidah, salah seorang puteri dari mereka datang dengan membawa sepiring makanan bagi beliau, beliau hanya menyuapnya sedikit. Tidak lama setelah bubur asidah yang dipersiapkan penduduk desa itu telah selesai, maka mereka menghidangkannya ke hadapan al-Habib Umar, tetapi beliau tidak menyuapkan sedikitpun dari bubur asidah itu, sehingga mereka minta beliau untuk mencicipinya, tetapi beliau menolaknya dengan halus, seraya berkata โ€œAda seorang puteri telah membawakan makanan buah bidara cina bagiku, aku telah memakannya sedikit dan hal itu aku telah rasa cukupโ€. Kisah ini merupakan salah satu bukti dari kesederhanaan al-Habib Umar dalam hal makanan. Sifat postur tubuh al-Habib Umar al-Attas Al-Habib Ali ibnu Hassan al-Attas pernah menyebutkan dari al-Habib Abu Bakar ibnu Muhammad Bafaqih, Shahib Qoidun, tentang sifat diri al-Habib Umar sebagai berikut โ€œTubuh al-Habib Umar berperawakan sedang, wajahnya tampan, janggutnya lebar, jika seorang melihat beliau, maka akan melihat kewibawaan beliau dan tercium bau harum dari beliauโ€. Al-Habib Umar gemar memakai parfum. Kata beliau โ€œDari besarnya kesukaannya kepada parfum, maka aku ingin dihadirkan sebuah bejana yang berisi parfum, kemudian aku akan memakainya semuaโ€. Dikarenakan besarnya kegemaran beliau mamakai parfum, maka keringat beliau tercium bau harum. Pada lambung kiri al-Habib Umar ada warna hitam sebentuk cincin. Al-Habib Umar sebagai seorang Syeikh dan Murabbi Al-Habib Umar adalah seorang Syeikh, seorang murabbi dan seorang daโ€™i kepada Allah di dalam tindak-tanduknya dan tutur katanya. Al-Habib Umar pernah berkata โ€œKetika aku ditawari menjadi seorang daโ€™i, maka aku menolaknya dengan berbagai alasanโ€. Kemudian dikatakan kepadaku โ€œKami akan menjadikan bagimu seorang pendamping dan membantu yang akan mendampingimu untuk menunaikan tugasmuโ€, seraya menunjuk kepada Syeikh Ali Baras. Maka aku menerima tugas itu dan Syeikh Ali Baras akan membantuku dan mendukungkuโ€. Al-Habib Umar berkata โ€œSesungguhnya sumber-sumber untuk mendapatkan cahaya Allah tidak berkurang sedikitpun bagi generasi yang ada di akhir masa, akan tetapi mereka datang membawa bejana-bejana yang berlubangโ€. Pada awal mulanya, Syeikh Ali Baras sibuk membantu al-Habib Umar dalam menyampaikan dakwahnya. Pada suatu hari ketika Syeikh Ali Baras duduk di sisi al-Habib Umar, maka beliau bertanya kepadanya โ€œBuku apa yang ada padamu?โ€ kata Syeikh Ali Baras โ€œBuku yang ada di tanganku adalah Bidayatul Hidayahโ€. Kata al-Habib Umar โ€œBacalah buku ituโ€. Maka Syeikh Ali Baras membaca dengan khutbahnya. Selanjutnya, al-Habib Umar berkata kepada Syeikh Ali Baras โ€œBerhentilah sampai di situ, aku telah memberimu ijazah di bidang Syariโ€™at, Tareqat dan Hakekat, ini adalah ijazah yang diberikan bertepatan pada saat terkabulnya semua doโ€™aโ€. Habib Isa ibnu Muhammad al-Habsyi berkata โ€œBiasanya jika ada seorang datang dengan niat yang baik kepada al-Habib Umar, maka beliau akan menerima segala pengaduannya serta menghormatnya dengan menampakkan keramatnya, sifat-sifat mulia seperti ini yaitu niat yang baik dan keyakinan yang kuat jarang dimiliki oleh tamu-tamu yang lain dan kekeramatan beliau jarang dilihat orang kecuali seorang yang benar-benar taโ€™at, bagus niatnya dan kuat aqidahnyaโ€. Syeikh Ali Baras pernah berkata kepada al-Habib Umar โ€œMeskipun engkau sering mengunjungi Wadi Amed dan desa-desa lainnya, tetapi anehnya tidak banyak yang mendapat petunjuk dengan sebenarnya dari engkau, padahal aku yakin bahawa jika seorang fakir bertemu dengan engkau pasti ia akan menjadi muslimโ€. Jawab al-Habib Umar โ€œAndaikata aku bertemu dengan seorang yang hatinya seperti engkau, tentunya aku dapat menyampaikan ia kepada Allah di dalam waktu yang paling singkat, akan tetapi aku mendapati orang-orang yang hanya membicarakan โ€œHabib akan pergi, habib akan datangโ€. Dengan kata lain tidak mempunyai persiapan dan keyakinan kepada beliauโ€. Disebutkan bahwa pada suatu hari ada seorang murid datang kepada beliau dengan niat untuk memohon keputusan dari beliau. Sebelum murid itu menyampaikan kepada beliau apa yang yang ada di hatinya, maka dengan cara kasyaf beliau menjawab apa yang akan ditanyakan oleh murid tersebut โ€œWahai orang yang kebanyakan manusia meninggalkan apa yang semestinya harus ia lakukan, tidak seorangpun yang datang kepadaku kecuali ingin menanyakan tentang masalah-masalah duniawi seperti meminta hujan, menginginkan anak atau meminta pendapat, padahal setiap murid yang datang kepadaku dengan niat yang baik untuk mendapatkan masalah-masalah yang mulia, pasti ia akan mendapatkan kebajikan yang ia inginkanโ€. Ada seorang sholeh dari penduduk sebuah desa Hadzyah yang bernama Ahmad ibnu Abdillah Bajusair, ia seorang guru ngaji bagi anak-anak kecil. Biasanya jika penduduk desa Syibam berziarah ke tempat al-Habib Umar al-Attas, maka mereka singgah di desa Hadzyah dan akan melewati rumah guru ngaji ini, demikian pula jika mereka pulang dari tempat beliau. Pada suatu kali, guru itu berkata kepada salah seorang yang didekatnya โ€œAku lihat penduduk Syibam yang pergi ke tempat al-Habib Umar dalam keadaan wajah tertentu, dan mereka pulang dengan wajah yang berlainan dari wajah yang sebelumnya. Mengapa demikian?โ€ Ketika ucapan guru ngaji itu disampaikan kepada al-Habib Umar, maka beliau berkata โ€œKatakanlah kepadanya, adakalanya manusia tugasnya sebagai guru ngaji seperti kamu, adakalanya seorang pendidik, apakah dia tidak mengerti bahwa saya seperti buaya, telurnya di darat dan ia tetap berada di laut dan memelihara telurnya cukup dengan pandanganโ€. Al-Habib Ahmad ibnu Hasyim al-Habsyi berkata โ€œDulunya aku dan as-Sayid Abdullah al-Haddad sering berkunjung kepada al-Habib Umar al-Attas, tidak lama, maka al-Habib Abdullah mendapat pancaran Ilahi Futuh sebelum aku mendapatkannya, sehingga minatku kepada beliau berkurang. Ketika aku adukan keadaanku kepada Habib Umar, maka beliau menghadap kepadaku dan mendoโ€™akanku untuk mendapatkan seperti yang didapati al-Habib Abdullah al-Haddad. Maka sejak saat itu akupun mendapat pancaran Ilahi. Al-Habib Abdurrahman ibnu al-Habib Umar al-Attas berkata โ€œKetika aku keluar dari desa Ahrum, maka aku bertemu dengan seorang Darwisy yang sedang mengembara. Waktu itu ia hendak menyeberang jalan. Ketika aku memberi salam kepadanya, maka ia berkata, selamat datang wahai fulan. Ia menyebut namaku dan ia menunjukkan kegembiraannya bersamaku meskipun aku belum pernah bertemu dengannya pada waktu sebelumnya. Aku bertanya kepadanya, bagaimana engkau tahu namaku, padahal engkau belum pernah berkenalan denganku?โ€ Jawab orang itu โ€œBagaimana aku tidak mengenalmu, pada hal engkau adalah putera guru kami, al-Habib Umar bin Abdurrahman al-Attas. Sesungguhnya ayahmu sering datang ke negeri kami secara ghaib dan nama beliau lebih dikenal di tempat kami daripada di tempat kamuโ€. Habib Ahmad ibnu Hussein ibnu Umar berkata โ€œAku pernah diberitahu oleh seorang yang aku tidak ragu akan kejujurannya bahwa ia pernah bertemu dengan seorang Darwisy dari negeri Sind di Afrika yang berkata โ€œSesungguhnya al-Habib Umar bin Abdurrahman al-Attas sering berkunjung ke negeri kami di Sind untuk mengajari kami Tasawwuf dan ilmu Tareqat dan beliau banyak dikenal di negeri kamiโ€. Syeikh Abdullah ibnu Abdurrahman Baโ€™ubad menuturkan bahwa ketika ia bersama Syeikh Ali Baras dan tiga belas orang sahabatnya datang ke tempat al-Habib Umar, maka yang pertama aku lihat adalah sinar wajah beliau yang amat cemerlang, sehingga aku tidak ingat lagi akan kehadiranku, sebab aku lihat diri beliau bagaikan mutiara yang berwarna putih cemerlang, dan wajah beliau memancarkan sinar yang terang, maka timbul keinginanku untuk tidak akan berpisah dari beliau sepanjang hidupku. Kami sempat menetap di tempat beliau selama beberapa hari. Ketika beliau memberi izin kami untuk pulang ke desa kami, maka beliau berkata kepadaku โ€œWahai puteraku, tempat dan sumber mata air serta perjalanan hanya ada satu macam, barang siapa yang ingin memisahkan antara aku dari Syeikh Ali Baras, maka ia tidak akan mendapat untungโ€. Al-Habib Abdullah ibnu Alwi al-Haddad berkata โ€œKetika aku mengunjungi al-Habib Umar al-Attas, maka aku lihat pada diri beliau, adanya sifat-sifat yang terdapat pada para sesepuh beliau hingga pada diri Nabi SAWโ€. Habib Isa ibnu Muhammad al-Habsyi dan para arif billah lainnya, banyak menuturkan bahwa keadaan pribadi al-Habib Umar al-Attas dan tindak lanjutnya jauh berbeda dengan para tokoh wali lainnya. Meskipun keadaan dan kedudukan beliau sangat tinggi, namun beliau lebih senang untuk rendah diri, lemah lembut, ramah tamah kepada semua orang dan akhlak yang sangat tinggi di mana sangat sedikit sekali orang berakhlak seperti beliau. Ketika menyebutkan sifat al-Habib Umar, Habib Ahmad ibnu Zein al-Habsyi berkata โ€œBanyak orang dari kawan-kawan beliau yang menerima kebajikan dari al-Habib Umar, banyak orang yang menjadi murid beliau dan banyak pula yang menerima talkin dzikir dan menerima khirqoh dari beliauโ€. Kitab-kitab yang dipesankan oleh Habib Umar al-Attas untuk dipelajari + Az Zubad karya tulis Syeikh Ibnu Ruslan. Habib Umar selalu menyuruh anak-anak kita untuk menghafal nadzom kitab Zubad. + Bidaayatul Hidaayah karya tulis Imam Ghozali. Syeikh Ali Baras pernah membaca mukadimah kitab Bidaayatul Hidaayah di hadapan Habib Umar, kemudian beliau memberi ijazah bagi Syeikh Ali Baras sehingga Allah membuka cabang-cabang maโ€™rifat baginya. + Al Minhaaj karya tulis Imam Nawawi. Syeikh Abdullah ibnu Umar Baโ€™ubaid berkata โ€œKetika aku berkunjung ke tempat Habib Umar, beliau berkata kepadaku โ€œAku pernah membaca kitab al-Irsyad, karya tulis Syeikh Ismail al-Muqriโ€. Maka beliau berkata kepada Syeikh Ali Baras โ€œWahai Ali, bacakan kepadanya kitab al-Minhaaj, karya tulis Imam Nawawi dan bacakan juga kitab itu kepada kawan-kawanmu, karena kitab tersebut membawa berkat dan memberi futuh, Insya-Allah, sebab penyusunnya seorang Wali Qutub dan ia berdoโ€™a bagi setiap pembacanya, semoga diberi barokahโ€. + Ar Risalah karya tulis Imam Qusyairi dan Awarifu al-Maโ€™arif karya tulis Imam al-Saharwurdi. Al-Habib Umar al-Attas selalu membaca kedua kitab itu ke mana saja beliau pergi. Kata beliau โ€œAr Risalah dan al-Awarif dan kitab-kitab sepertinya sangat penting untuk dibaca, sebab keduanya termasuk pemasok santapan rohani bagi para ahli Tasawwufโ€. Kewaraโ€™ an al-Habib Umar al-Attas Beliau dikenal sangat waraโ€™. Beliau tak mau pernah menerima pemberian apapun dari kaum penguasa, tidak pernah mau diajak makan minum, sampai pun sekedar minum kopi bersama kaum penguasa, bahkan beliau menolak arang bakar yang datangnya dari kaum penguasa. Kisah penolakkannya terhadap pemberian Sultan Badar ibnu Abdillah al-Katsiri ketika datang mengunjungi beliau, kelak akan saya sebutkan dalam fasal tersendiri. Beliau tidak mau makan dari pemberian orang-orang yang berbisnis dengan cara ribaโ€™. Pada suatu kunjungan beliau di Wadi Amed, maka beliau dipersilakan singgah di rumah seorang dari keluarga Basulaib, sedangkan mereka tidak mau memberikan bagian waris bagi anak-anak perempuan, maka beliau menolak untuk singgah dan beliau berkata โ€œBagaimana aku akan singgah di rumah seorang yang tidak mau memberikan waris bagi anak-anak perempuannya? Padahal Allah menyuruh memberikannya dalam al-Quran, Allah berfirman โ€œAllah mensyariโ€™atkan bagimu tentang pembagian waris untuk anak-anakmu, yaitu bagian seorang anak lelaki sama dengan bagian dua anak perempuanโ€. Kata lelaki itu โ€œMulai dari saat ini, aku akan memberikan waris bagi anak-anak perempuankuโ€. Maka Habib Umar mau singgah di rumah orang itu dan beliau berdoโ€™a bagi keluarga orang itu, sehingga mereka diberi barokah dan kebahagiaan hidupโ€. Pada suatu kali ketika beliau berkunjung ke rumah seorang dari keluarga Basuwaid yang ada di desa Anaq. Maka beliau disambut dengan sambutan yang luar biasa, dan beliau diberi labu. Beliau bertanya โ€œDari mana engkau peroleh buah labu ini?โ€ Jawab orang itu โ€œAku memetiknya dari sebuah kebun milik wakafโ€. Katanya beliau โ€œKalau begitu, kita tidak diperbolehkan makan dari kebun yang telah diwakafkan, sebab kebun yang telah diwakafkan itu adalah milik semua orang Islamโ€. Kata orang itu โ€œMulai sekarang aku tak mau lagi makan dari hasil kebun yang telah diwakafkan, lalu bagaimana hasil-hasilnya yang telah aku makan di masa-masa sebelumnya?โ€ Kata Habib Umar โ€œUntuk menebus dosanya yang lalu, maka rawatlah kebun itu, kemudian bagikan hasilnya bagi kaum musliminโ€. Maka sejak saat itu, kebun yang telah diwakafkan itu mulai sebaik mungkinโ€. Habib Umar tidak mau menerima harta wasiat dari seorang kecuali bila beliau telah memperjelaskan benar-benar tentang ridhanya ahli warisnya. Pada suatu kali ada seorang wanita yang mewasiatkan sebagian dari perhiasannya senilai tiga Uqiyah. Ketika wanita pemilik harta itu wafat, maka harta yang diwasiatkan itu diberikan kepada beliau, tetapi beliau tidak mau menerimanya sampai setelah memperjelas ridha ahli warisnya tentang harta wasiat ituโ€. Disebutkan oleh Syeikh Ali ibnu Salim al-Junaid, bahwa ayahnya yang bernama Salim pernah meminjam seekor keledai buat kenderaan bagi perjalanan habib Umar yang akan pergi ke desa Lahrum. Anehnya, sesampai di tengah perjalanan, keledai itu berhenti dan duduk di padang pasir, padahal waktu itu udaranya amat panas. Kata Syeikh Salim โ€œHampir aku pukul keledai ini, tetapi beliau melarangku seraya berkata bahwa pemilik keldai ini tidak mau keledainya dipukulโ€. Kemudian beliau berkata โ€œPeganglah kepalanya dan aku akan membantumu, agar ia berjalanโ€. Demikian pula ketika keledai itu mogok kembali, maka Salim hendak memukulnya, tetapi beliau menolaknya, dan beliau membantunya agar ia mau berjalanโ€. Rasa tawadhuโ€™ al-Habib Umar al-Attas Al-Habib Abdullah ibnu Alawi al-Haddad berkata โ€œItu orang al-Habib Umar yang pepohonnya ditanam atas dasar tawadhuโ€™ dan lemah lembut, sehingga tangkai-tangkainya seperti itu jugaโ€. Hal itu menunjukkan kedua sifat budi pekerti beliau. Al-Habib Abdullah ibnu Alawi al-Haddad berkata โ€œKetika kami berkunjung ke desa Huraidzah ke tempat Habib Umar, kami melihat Habib Umar bersikap amat tawadhuโ€™, tidak seorangpun dari orang-orang besar yang dapat mengikuti perangai beliau seperti itu. Begitu tawadhuโ€™nya perangai beliau, meskipun tingginya kedudukan beliau, sampai beliau tidak dapat dibedakan dengan kawan-kawan duduknya yang lain. Di tengah majlisnya, beliau tidak duduk di tempat yang khusus, tidak pakai pakaian khusus, sehingga beliau tidak berbeda dengan kawan-kawan duduk yang lain. Bila bangun karena ada hajat dan tempat duduknya ditempati orang lain, beliau tidak marah dan tidak menyuruh orang itu untuk pindah, bahkan beliau duduk di tempat lain, sampai aku pernah berkata โ€œAlangkah tidak sopannya kalian terhadap Imam iniโ€. Pada suatu kali, penduduk Syibam berebutan untuk berjabat tangan dengan beliau, ada seorang yang ketika itu melihat kesederhanaan pakaian Habib Umar dan ketawadhuโ€™annya, maka ia berkata โ€œSeorang yang seperti ini, kami di Tarim tidak mengajak berjabat tangan dengannyaโ€. Ketika ucapan itu didengar oleh Habib Umar, maka beliau berkata โ€œMemang pantas ucapannya itu, sebab yang ada di Tarim hanyalah orang-orang yang wajah-wajahnya bagaikan bulanโ€. Beliau mengulang-ulang berkali-kali. Pada suatu hari ketika orang-orang datang ke tempat Habib Umar untuk mengucapkan selamat atas lahirnya seorang anak beliau, sedangkan dari penduduk kota itu tidak ada yang datang, mereka adalah orang-orang yang berwatak keras dan meninggalkan solat berjamaah dan Jumโ€™at, maka ada seorang dari penduduk desa itu yang mendengar bahwa Habib Umar mempunyai anak, lalu dia mengatakan keldaiku mempunyai anak, suatu ucapan yang mengejek dan sangat tidak pantas. Mendengar ejekan orang itu, Habib Umar tidak marah, bahkan Habib Umar mendatangi rumah orang itu dengan tujuh kawan beliau. Kedatangan beliau menjadikan orang itu amat bergembira, sehingga ia menjadi amat kagum terhadap lemah lembut budi pekerti beliau. Kunjungan Habib Umar itu di pagi hari Jumโ€™at. Ketika Habib Umar hendak keluar, maka beliau bertanya kepada orang itu dan kawan-kawannya yang tidak mau menghadiri solat Jumโ€™at โ€œMengapa kalian tidak menghadiri solat Jumโ€™at, padahal mempunyai pakaian-pakaian yang bagus dan harum baunya?โ€ Jawab mereka โ€œApakah kami boleh menghadiri solat Jumโ€™at dengan memakai pakaian-pakaian yang bagus dan harum?โ€ Jawab Habib Umar โ€œBolehโ€. Maka mereka keluar bersama-sama untuk menghadiri solat Jumโ€™at dengan perasaan gembira dan puas karena akhlak dan perilaku Habib Umar. Kedermamawan al-Habib Umar al-Attas Habib Umar al-Attas dikenal sebagai seorang yang amat murah tangan, sehingga rumahnya selalu dibanjiri segala lapisan masyarakat yang membutuhkan bantuan beliau. Kedermawanan Habib Umar tidak pernah membedakan orang, semua orang disamakan pelayanannya, baik dia orang yang fakir atau pejabat tinggi. Habib Umar sangat peduli untuk memberi makan orang-orang, sehingga menyuruh pembantu-pembantunya untuk menyimpan sebagian hasil panen buat nanti bila datang musim paceklik. Sehingga kalau ada orang-orang yang membutuhkan pertolongan, pasti kebutuhan mereka dapat terpenuhi. Meskipun besarnya kedermawan Habib Umar, tetapi beliau tidak pernah menyombongkan diri di depan orang-orang lemah. Beliau senantiasa memberi pelayanan kepada orang-orang lemah dengan penuh kasih sayang, sehingga mereka tidak pernah rasa malu dengan beliau. Demikian pula, Habib Umar tidak pernah memaksa diri dalam menjamu tamu-tamunya, adakalanya tamunya orang miskin, beliau hidangkan daging bila beliau memilikinya. Adakalanya tamunya penguasa, beliau hidangkan seadanya, bahkan beliau lebih mengutamakan kaum lemah dari kaum penguasa. Hal itu terlihat pada perlakuan beliau terhadap Sultan Badar ibnu Muhammad al-Katsiri. Yang demikian itu sengaja beliau lakukan agar tidak terasa di hati Sultan bahwa beliau butuh bantuan dari Sultan atau ingin mendekatkan diri kepadanya. Adakalanya kalau ada orang-orang terpandang mengunjungi beliau, sedangkan beliau tidak mempunyai hidangan yang pantas buat dihidangkan kepada mereka. Tetapi beliau tidak segan mohon bantuan atau pinjaman untuk menyembelih seekor kambing bagi tamu-tamunya yang terpandang itu, agar mereka tidak kecewa bila penghormatannya atau hidangannya dirasa kurang cukup. Al-Habib Umar sebagaimana yang diceritakan oleh putranya yaitu al-Habib Abdullah selalu menyisakan atau menyimpan sebagian hasil panen tahunan untuk musim paceklik, meskipun kebanyakan orang tidak memperhatikan hal ini. Karena itu bila banyak orang-orang yang mohon bantuan bahan makanan di rumah beliau jika musim paceklik tiba, maka hal itu tidak mengherankan sebab beliau telah lama bersiap-siap menghadapi krisis pangan seperti itu. Di saat krisis pangan sedang melanda kaumnya, maka beliau menolong orang-orang yang membutuhkan bahan makanan. Di antara mereka, ada yang setiap saatnya diberi makan langsung di rumah beliau, tetapi ada pula yang dikirim bahan pangan ke rumah-rumah mereka, terutama bagi keluarga-keluarga yang tidak bisa mohon bantuan orang, tetapi masa paceklik yang memaksa mereka untuk cari bantuan dan juga untuk mempererat tali silaturahim. Adakalanya, ada sejumlah tamu yang datang ke rumah beliau di akhir malam, dan beliau menyambut mereka dengan ramah-tamah. Biasanya bila ada tamu di akhir malam hari, beliau membangunkan isterinya untuk menyiapkan makan malam buat tamu-tamu yang datang di akhir malam, adakalanya beliau menyimpan sebagian makan malamnya, persiapan barangkali ada tamu yang datang. Biasanya jika bahan makanan pokok menipis, maka beliau dan keluarganya tidak mau makan bahan pokok. Beliau dan keluarganya memilih bahan pangan pengganti, sedang bahan pangan yang pokok diberikan bagi orang lain yang membutuhkannya, terutama bagi para tamu yang datang ke rumah beliau. Kalau bahan pangan pokok benar-benar habis, maka beliau berikan bahan pangan berupa apa saja tanpa malu. Habib Umar tidak senang menonjolkan diri Habib Umar dikenal sebagai seorang yang selalu merahasiakan keistimewaan-keistimewaannya dan ketekunan beribadahnya. Demikian pula, Habib Umar selalu mewasiatkan hal itu bagi murid-muridnya. Habib Umar suka mengasingkan diri dari masyarakatnya. Kata beliau โ€œMenonjolkan diri merupakan penyakit yang tidak ada obatnyaโ€. Seorang murid beliau pernah melihat Habib Umar duduk di tempat sholatnya secara tersendiri. Ketika beliau ditanya โ€œMengapa beliau mengasingkan diri?โ€ Kata beliau โ€œAku mengasingkan diri sebab orang-orang itu selalu mendekati akuโ€. Habib Ali bin Hasan al-Attas meriwayatkan bahwa Thabarani menyebutkan bahwa Anas berkata โ€œAku datang ke tempat Rasulullah SAW dan aku dapatkan beliau mendorongkan sesuatu dengan kedua tangannyaโ€. Aku berkata โ€œWahai Rasulullah, kiranya apa yang tadi engkau dorongkan dengan kedua tangannya ini?โ€ Sabda beliau โ€œTadi aku didatangi dunia maka aku mengusirnya darikuโ€. Salah satu dari tanda ketidaksenangan Habib Umar untuk menampilkan diri dan tanda lemah lembutnya adalah jika beliau mengunjungi suatu desa dan beliau tinggal di desa itu selama tiga hari atau lebih atau kurang dari jumlah itu, tetapi kedatangan beliau itu hampir tidak diketahui oleh penduduk desa yang beliau kunjungi, kecuali hanya si pemilik rumah yang beliau singgahi dan tetangga-tetangga dekatnya. Pada umumnya beliau suka berjalan di saat panas matahari atau di waktu tengah hari yang sangat panas, dan beliau tidak senang ditemani orang lain, kecuali pembantunya. Jika beliau tiba di suatu desa, maka beliau sengaja memilih singgah di suatu rumah yang tidak akan dikenal orang banyak. Gerakan dakwah al-Habib Umar al-Attas Habib Umar pernah berkataโ€Ketika aku diminta untuk bergerak di bidang daโ€™wah, maka aku mengajukan berbagai alasan untuk menerangkan ketidakmampuan melakukannyaโ€. Maka diberitahukan kepadaku โ€œKami akan mendukungmu dalam melaksanakan tugas daโ€™wah ini dengan seorang yang amat mampu untuk melaksanakan tugas ini. Kemudian Syeikh Ali Baras diperbantukan kepadakuโ€. Dikarenakan seringnya perjalanan yang beliau lakukan untuk berdaโ€™wah dan mendamaikan orang, sampai beliau mengatakan โ€œDikarenakan banyaknya perjalanan yang aku lakukan untuk berdaโ€™wah, sampai aku menjadi orang pendatang asing sampai kewajiban sholat Jumโ€™at tidak diwajibkan bagikuโ€. Karena beliau selalu dalam keadaan musafir. Al-Habib Abdullah al-Haddad berkata โ€œSebenarnya kami ingin mengunjungi makam-makam dan negeri-negeri, akan tetapi kami terhalangi oleh kecintaan dan ketergantungan manusia kepada kami. Kami ingin sekali seperti Habib Umar ibnu Abdurrahman al-Attas, karena beliau banyak berkunjung ke berbagai tempat, untuk berdaโ€™wah dengan tidak ditemani orang lain. Al-Habib Abdullah al-Haddad berkata juga โ€œPada tahun 1071 H, tepatnya hari Isnin tanggal 21 Jamadil Akhir, ketika kami berkunjung ke tempat al-Habib Umar al-Attas, maka kami meminta untuk berdua dengan beliau tanpa diikuti orang lain. Ketika permintaanku itu dikabulkan oleh Habib Umar dan beliau merestui dengan segala yang aku lakukan, beliau menganjurkan aku untuk berdakwah secara khusus atau umum tanpa peduli ucapan orang banyakโ€. Habib Umar selalu giat berdaโ€™wah, menyuruh yang baik dan melarang yang mungkar dengan cara yang lemah lembut, dan bersifat mengayomi orang, sehingga banyak orang yang suka dan cinta dengan beliau. Tidak sedikit orang-orang yang membangkang dan berbuat dosa terpengaruh oleh lemah lembutnya daโ€™wah beliau, sehingga mereka bertaubat dan menjadi orang-orang yang taat kepada Allah. Beliau menggalakkan menghadiri sholat berjamaah dan sholat Jumโ€™at. Selain itu, berbagai cabang-cabang amal-amal soleh pun digalakkan di tengah masyarakatnya. Pada waktu beliau sampai di desa Huraidzah untuk pertama kalinya, beliau dapati masyarakatnya banyak yang bodoh, membangkang, kasar, tidak suka tolong-menolong dan tidak mau berjamaah dan berjumโ€™atan. Dengan tekun Habib Umar mengajak mereka ke jalan Allah. Habib Umar tidak pernah memaksa orang untuk berbuat baik, tetapi merayu mereka dengan cara-cara yang menarik, sehingga akhirnya penduduk desa Huraidzah menjadi manusia-manusia yang berbudi pekerti halus dan ramah-tamah. Salah satu dari cara-cara menarik yang dipakai Habib Umar dalam menarik hati masyarakatnya adalah sering mengunjungi rumah-rumah mereka dan bercengkrama di rumah-rumah mereka, sampai mereka cinta dengan cara yang dipakai oleh beliau. Meskipun demikian, beliau tidak segan menasihati mereka bila ada perbuatan-perbuatan terlarang yang dilakukan oleh mereka, misalnya cerita yang tertera di atas akan nasihat yang beliau berikan kepada seorang Basuid yang menyuguhkan buah labu yang timbul di kebun milik wakaf. Termasuk juga lemah lembut beliau terhadap orang yang mengatakan keledaiku juga mempunyai anak, sewaktu orang-orang mengucapkan selamat atas lahirnya anak beliau, yang mana mereka tidak mau melakukan solat Jumโ€™at. Sampai mereka mau menghadiri solat Jumโ€™at dan mereka tertarik dengan cara-cara yang menarik dari Habib Umar. Terhadap orang-orang yang terang-terangan menentang hukum Allah, maka beliau bersifat kasar terhadap mereka. Di antaranya adalah beliau tidak mau singgah ke rumah seorang dari keluarga Bashalib yang tidak mau memberikan waris bagi putri-putri mereka โ€œKetika mereka bertanya, maka beliau berkata โ€œBagaimana aku mau akan berkunjung ke rumah seorang yang tidak mau memberi hak waris bagi putri-putrinya?โ€ Maka dengan ketegasan Habib Umar itu, mereka menyatakan taubatnya, dan akhirnya beliau mau mengunjungi rumah mereka. Sedangkan terhadap orang-orang yang tidak ada gunanya dengan cara-cara yang lemah lembut, maka beliau bersifat kasar dan marah yang sangat marah. Hal itu dinampakkannya seperti tidak mau memasuki rumah mereka, tidak mau menghadiri undangan mereka, sehingga banyak yang bertaubat di tangan beliau. Disebutkan juga bahwa Habib Umar pernah menolak makan hidangan yang dihidangkan di rumah seorang yang tidak memisahkan antara harta dari hasil yang halal maupun yang haram, khususnya dari harta hasil ribaโ€™. Disebutkan bahwa pada suatu hari, Habib Umar diundang makan di suatu rumah yang pemiliknya sedikit banyak suka makan harta hasil ribaโ€™. Ketika hidangan makanan telah disuguhkan dan para tamu termasuk Habib Umar dan Syeikh Ali Baras dipersilakan makan. Ketika itu Habib Umar merasa bahwa hidangan itu ada undur haramnya. Maka beliau memberitahukan kepada Syeikh Ali Baras tentang hal itu. Kemudian keduanya meninggalkan jamuan makan tanpa menyantap sesuap pun dari makanan yang dihidangkan itu sehingga pemilik rumah bertanya-tanya tentang sebabnya. Kata Habib Umar โ€œDalam hidanganmu ada harta yang tidak halalโ€. Maka si pemilik rumah menangis dan berkata โ€œKalau orang-orang yang baik tidak mau makan makananku, maka aku adalah orang yang paling jelekโ€. Lalu menyatakan taubatnya di hadapan Habib Umar dan ia berjanji tidak akan memungut harta dari hasil ribaโ€™ lagi. Disebutkan bahwa pada suatu hari Habib Umar menghadiri majlis taโ€™lim Habib Aqil, saudara beliau, sepulangnya dari ziarah ayahnya. Ketika itu ada seorang yang kaya yang suka menerima harta ribaโ€™ memberi suguhan kopi susu kepada para jamaah. Ketika Habib Umar merasa bahwa dalam kopi yang disuguhkan itu ada unsur haramnya maka beliau berkata โ€œAngkatlah kopimu, kami tidak dapat meminumnya sebab engkau suka menerima harta ribaโ€. Habib Umar sangat marah terhadap orang itu maka lelaki itu berdiri sambil marah dan nenentang Habib Umar sehingga Habib Umar berdoa bagi orang itu. Denga izin Allah, lelaki itu sakit dan mati tidak lama setelah itu. Kata Habib Ali bin Hasan al-Attas โ€œKarena lelaki itu menampakkan diri menentang Allah dari dua sisi, yang satu dengan harta ribaโ€™ yang ia makan. Allah berfirman โ€œMaka ketahuilah Allah dan Rasulnya akan memerangimuโ€ Dan karena ia menentang wali Allah, seperti yang disebutkan dalam hadis Qudsi โ€œSeorang yang menentang wali-Ku maka Aku akan memeranginyaโ€ Di akhir usianya ketika Habib Umar solat Jumโ€™at di desa Nafhun, beliau duduk di pintu masjid. Maka beliau memberikan mauidhoh hasanah dan memperingatkan hadirin dari siksa Allah karena itu mereka diminta meningkatkan frekuensi ibadah mereka dan ketaqwaan mereka dan melarang dari apa yang menyebabkan kemurkaan Allah. Setelah itu beliau berkata โ€œApakah aku telah menyampaikan pesan-pesan Allah ini?โ€ Jawab para hadirin โ€œYaโ€. Maka beliau berkata โ€œYa Allah, saksikanlah kesaksian merekaโ€. Di saat itu ada seorang murid beliau yang bernama Syeikh Abdul Kabir Baqais yang berkata โ€œSeolah-olah Habib Umar memberikan nasihat yang terakhirโ€. Habib Umar gemar mendamaikan orang yang berselisih Habib Umar al-Attas suka mendamaikan orang-orang yang sedang berselisih demi untuk menjalankan ajaran Allah yang pernah disebutkan Allah dalam firmannya โ€œTiada kebaikan dalam sebagian besar bisik-bisik kalian kecuali seorang yang menyuruh bersedekah dan menyuruh berbuat kebajikan atau mendamaikan di antara manusia yang berselisih. Barang siapa yang mengerjakan hal itu karena berharap ridha Allah, maka akan kami berikan pahala yang besarโ€ Disebutkan bahwa suatu hari beliau mendamaikan di antara dua suku Kabilah Arab yang sedang bersengketa. Maka masing-masing suku berkeras kepala, sehingga beliau bertanya kepada mereka โ€œBagaimanakah pendapat kalian bila seseorang di antara kalian berada di suatu lembah, bisakah ia menjadikan lembah itu makmur atau bisakah ia menggali sumur seorang diri atau menolak serangan musih seorang diri?โ€ Jawab kedua suku itu โ€œTidak bisaโ€. Jawab Habib Umar โ€œKarena itu bersatulah kalian semua agar dapat menyelesaikan segala persoalan secara bersamaโ€. Berkat nasihat Habib Umar itu, maka mereka bersatu kembali dan saling memaafkanโ€. Dikisahkan oleh Syeikh Muhammad Ibnu Abdil Kabir Baqais โ€œPada suatu kali ketika Habib Umar menyeru perdamaian pada satu kabilah Arab dengan lemah-lembut, maka mereka menolaknya dengan cara kasar sehingga beliau melemparkan tasbihnya di antara mereka. Dengan kuasa Allah, tasbih itu berubah seakan-akan menjadi ular besar yang merayap di antara mereka sehingga mencari perlindungan di hadapan beliau. Maka mereka meminta maaf dari Habib Umar dan menerima seruan perdamaian. Disebutkan bahwa ada seorang yang berhutang dan si pemberi hutang mengadukan masalah keduanya kepada Habib Umar. Akhirnya setelah keduanya didamaikan oleh beliau, maka yang memberi hutang bersedia memaafkan sebagian hutangnya asalkan yang berhutang mau melunasi sebagiannya. Anehnya setelah keduanya keluar dari tempat Habib Umar, maka yang memberi hutang mengingkari perjanjian tadi sehingga yang berhutang memberitahukan Habib Umar. Maka Habib Umar marah pada si pemberi hutang seraya berkata โ€œNanti engkau akan terkena penyakit dan akan terkena sengatan api sebanyak bilangan uang yang engkau ingkari janji kemudian akan menjadikan engkau matiโ€. Nyatanya ucapan Habib Umar itu dikabulkan Allah, akhirnya si pemberi hutang mati setelah ia menderita sakit beberapa waktu. Disebutkan juga bahwa sebagian penduduk desa Huraidzah dipaksa menyerahkan tanah perkebunannya kepada kaum penguasa. Maka penduduk desa itu meminta bantuan dari Habib Umar untuk memaksa kaum penguasa itu agar membatalkan tuntutan mereka kepada penduduk Huraidzah. Ketika para penguasa mau menolak, maka Habib Umar mengancamnya akan mendoakan bagi mereka, maka mereka terpaksa membatalkan tuntutan mereka. Disebutkan ada dua bersaudara pemilik kebun dari keluarga Ghanim yang berbuat zalim kepada tetangganya tentang pengairan bagi kebunnya. Ketika kedua bersaudara itu dilaporkan kepada Habib Umar, maka keduanya dinasihati agar memberikan hak tetangganya, tetapi keduanya menolak bahkan menentang Habib Umar dengan penuh kurang ajar sehingga Habib Umar berkata pada mereka โ€œKalian akan kami masukkan ke dalam lautan yang tiada bertepiโ€. Akibat ucapan Habib Umar itu, maka salah satu dari kedua bersaudara itu ada yang berubah akalnya sehingga ia menyerang saudaranya, dan saudaranya ikut tak sadar sehingga keduanya saling hunus senjata tajam, akhirnya keduanya saling menikam hingga keduanya mati secara tidak terhormat. Habib Umar selalu berfikiran positif Dikenal oleh banyak orang bahawa Habib Umar selalu berfikiran positif dan pendapatnya dapat dijadikan petunjuk yang baik. Beliau melihat dengan mata hati. Karena itu banyak orang yang selalu mohon pendapat beliau. Bagi yang mengikuti pendapat dan kebijaksanaan beliau, maka ia akan senang. Sebaliknya bagi yang menyalahi pendapat beliau tidak sedikit yang menyesal dan rugi. Di antara pendapat beliau yang memberi manfaat adalah pendapat yang beliau berikan kepada Syeikh Muhammad ibnu Hussein al-Huraidhi untuk menghafal al-Quran. Sedangkan ia telah lanjut usia lalu diterimanya maka ia diberi kemudahan oleh Allah. Di antara pula pendapat beliau bagi Syeikh Muhammad al-Amiri an-Nahdi untuk menanam pohon kurma di salah satu tempat yang bernama Dhahirah, tetapi pendapat Habib Umar itu dianggap lemah oleh sebagian orang. Untungnya Syeikh Muhammad al-Amiri menjalankannya, sehingga ia berhasil mendapatkan untung besar. Disebutkan bahawa Syeikh Abdullah ibnu Said Bamika, pemilik masjid al-Aredh di kota Syibam termasuk salah satu dari orang-orang saleh yang gemar beribadah dan menjalin persahabatan yang erat dengan Habib Umar. Syeikh termasuk orang yang kaya, tetapi pada suatu masa kejayaannya menurun sampai ia jadi miskin. Ketika ia mengadukan kepada Habib Umar, maka beliau memberi petunjuk untuk melakukan suatu amal kebajikan. Syeikh Abdullah mengerti maksud petunjuk beliau itu, sehingga ia menggali sebuah sumur dan ia membangun sebuah masjid di tempat itu. Setelah itu, ia melaporkan apa yang ia lakukan kepada Habib Umar. Dengan restu Habib Umar, maka kekayaan Syeikh Abdullah kembali seperti sediakala. Ketika penduduk Syibam bertanya kepada Habib Abdullah al-Haddad, mana yang bagus solat di masjid Abdullah Bamika ataukah di masjid milik orang lain, maka Habib Abdullah al-Haddad menganjurkan orang untuk solat di masjid Abdullah Bamika sebab masjid tersebut dibangun atas petunjuk seorang wali Allah, yaitu Habib Umar al-Attas. Disebutkan juga bahwa ketika sebagian dari penduduk dari suku Nahdi datang kepada Habib Umar tentang lamanya musim panas di desa mereka, sampai kebun-kebun kurma mereka banyak yang kering. Habib Umar menganjurkan mereka untuk menetap bersabar di desa mereka, mereka dilarang untuk pindah ke tempat lain, semoga tidak lama Allah akan menurunkan hujan ke desa mereka. Akhirnya dengan mengikuti petunjuk Habib Umar dengan tetap bersabar, maka tidak lama kemudian Allah menurunkan air hujan bagi penduduk desa itu, sehingga pengairan bagi kebun-kebun kurma mereka berjalan lancar lagi seperti sediakala. Disebutkan bahwa Syeikh Umar bin Ahmad al-Hilabi al-Juaydi selalu berhubungan erat dan yakin sepenuhnya kepada Alhabib Umar, dan tidak pernah menyalahi pendapat beliau. Karena itu Habib Umar memohon kebaikan kepada Allah bagi Syeikh Umar al-Hilabi dan bagi anak cucunya. Pada suatu kali ketika Syeikh Umar ini singgah di tempat Habib Umar, maka ia disambut oleh beliau. Waktu itu baru menjelang musim panen. Ketika ia minta izin untuk meninggalkan tempat Habib Umar, maka beliau berkata โ€œHai Umar, jika engkau sampai di desamu, maka panenlah dan ambillah hasil pohon kurmamuโ€. Petunjuk Habib Umar itu dilaksanakan sebaik-baiknya oleh Syeikh Umar tanpa ragu-ragu lagi karena kuatnya itikadnya terhadap Habib Umar, padahal bila panen sekarang, maka hasilnya akan berkurang sampai penduduk desanya menegur dengan keras, bahkan di antara mereka ada yang menganggap Syeikh Umar sudah gila, untungnya ia tetap menghargai petunjuk Habib Umar. Tidak lama kemudian ketika pasukan belalang menyerbu pohon-pohon kurma penduduk desa itu, semua hasil yang akan dipanen oleh penduduk desa itu rusak sehingga mereka menyesali nasib mereka karena tidak mendapat hasil panen kurma pada musim panen itu, sedangkan Syeikh Umar telah memetik hasilnya sebelum pasukan belalang menyerbu tanamannya. Maka mereka sadar akan rahasia petunjuk Habib Umar dan faedah mengikuti pendapatnya. Disebutkan bahwa putra Syeikh Abdullah bin Muhammad bin Ahmad bin Afif sering ke desa Huraidzah untuk mengunjungi Habib Umar, karena ayah mereka adalah kawan dekat Habib Umar. Pada suatu kali, Syeikh Maโ€™ruf, putra Syeikh Abdullah menginap di rumah Habib Umar sebelum beberapa hari, ia tidak mau ke tempat lain kecuali jika sudah mendapat izin dari Habib Umar. Suatu hari ketika Syeikh Maโ€™ruf minta izin akan pulang, maka Habib Umar tidak mengizinkannya, setelah beberapa waktu ia minta pamit lagi, tetapi Habib Umar menolaknya, tetapi ia minta secara berkali-kali agar ia diberi izin. Setelah ia agak memaksa, maka Habib Umar berkata โ€œKami menahan anda untuk pulang agar anda terhindar dari tuduhan pencurian yang akan terjadi dituduhkan penduduk desamu kepada saudara-saudaramu dan keluargamuโ€. Maka apa yang dikatakan oleh Habib Umar itu memang terjadi, sehingga Syeikh Maโ€™ruf terhindar dari tuduhan pencurian. Tetapi tidak lamapun tuduhan pencurian itu ditarik oleh penduduk desa Hajraian, karena pencuri yang sebenarnya dapat segera ditangkap. Pada suatu hari ketika beliau berkumpul dengan tokoh-tokoh masyarakat dari kaumnya, maka beliau menasihati mereka untuk segera memperbaiki saluran-saluran air yang dipergunakan untuk mengairi kebun kurma mereka. Nasihat Habib Umar ini dilaksanakan oleh kaumnya meskipun bulan itu adalah bulan suci Ramadhan. Kebetulan setelah mereka selesai mengerjakannya, mereka pulang, maka tidak lama kemudian datang banjir, sehingga airnya melimpah ruah di tempat-tempat penampungan air yang telah mereka perbaiki. Disebutkan pula bahwa pada suatu hari musim panas dan di mana paceklik yang luar biasa, tiba-tiba ada seorang lelaki yang sudah lanjut usia minta izin untuk ke Yaman. Ia telah menyimpan bekal makanan di rumahnya, tidak seorang pun yang tahu apa yang ia telah lakukan. Kata Habib Umar โ€œMengapa engkau sore ini akan melakukan perjalanan ke tempat yang amat jauh dan perjalanannya pun amat berbahaya, padahal engkau masih menyimpan sejumlah bahan makanan di tempat yang amat rahasia sehingga tidak seorangpun yang mengetahuinya selain Allahโ€. Setelah mendengar nasihat dan pertanyaan dari Habib Umar, maka orang tua itu mengurungkan niatnya. Tidak lama dari kejadian itu, maka ia sakit dan wafat, sehingga sejumlah bahan makanan yang ia sembunyikan itu jadi hidangan para pelawat jenazah orang tua itu. Sikap Habib Umar tehadap para penguasa Habib Umar dikenal sebagai seorang yang tidak merasa takut terhadap kaum penguasa. Beliau suka menasihati mereka meskipun nasihat beliau adakalanya dirasakan pahit oleh kaum penguasa. Dan beliau selalu menolak pemberian maupun hidangan mereka, sampaipun kayu bakar dari mereka beliau tidak mau menggunakannya. Pada suatu hari, ketika utusan Sultan Badar al-Katsiri memberitahu bahwa Sultan Badar akan mengunjungi beliau di Huraidzah, maka beliau memberitahukan bahwa beliau yang akan mendatangi Sultan di mana ia berada, karena itu beliau minta akan Sultan tetap berada di mana ia sekarang berada. Kemudian Habib Umar segera berangkat dan beliau menyuruh pelayannya untuk membawa kopi, kayu bakar dan api, yang mana kopi itu untuk beliau minum di tempat Sultan, sebab beliau tidak mau minum apapun dari milik Sultan atau milik kaum penguasa. Setelah beliau berhadapan dengan Sultan Badar, maka beliau memberinya nasihat-nasihat yang berguna mengenai dunia dan akhiratnya. Pada saat itu, Sultan Badar menyuruh pelayannya membuat kopi yang dicampur dengan madu dan diminta untuk dihidangkan kepada Habib Umar dan rombongannya. Setelah dimasak dalam waktu yang lama, maka Sultan menyuruh pembantunya untuk segera menyuguhkannya ke hadapan Habib Umar. Ketika si pembantu melihat ke dalam tempat air yang sedang dimasak, ia menjadi terkejut sebab di tempat air itu, air dan madunya tidak ada sehingga ia segera melapor kepada Sultan Badar. Laporan dari si pembantu itu menjadikan Sultan Badar menyadari bahwa Habib Umar sangat tinggi rasa waraโ€™nya dan ia merasa bahwa air kopi itu habis dikarenakan besarnya karomah beliau. Akhirnya Sultan Badar segera minta maaf kepada Habib Umar. Kata Sultan Badar โ€œMengapa anda sampai kami ajak minum secangkir kopi dari kami saja anda tidak mau?โ€ Jawab Habib Umar โ€œMemang, kalau kami tidak menjaga diri, tentunya kami tak akan dapat berbuat seperti ituโ€. Biasanya jika penguasa minta pendapat dari Habib Umar, maka beliau memberi pendapat yang sejujurnya, walaupun pendapat beliau itu dirasa tidak menyenangkan hatinya. Disebutkan ketika ada seorang penguasa di Hadramaut berkata kepada Habib Umar โ€œKami selalu mengingatimu dan mengharap doamu wahai Habib Umarโ€. Jawab Habib Umar โ€œKami tidak takut kalian akan terkena gangguan dari warga barat dan timur, kecuali jika ada seorang yang teraniaya hak-haknya yang berdoa, sebab doa orang yang teraniaya akan segera dikabulkan oleh Allah. Di saat itu doaku tak dapat berguna bagi kalianโ€. Habib Umar al-Attas dikenal sebagai seorang yang tidak mau menerima pemberian apapun bentuknya dari kaum penguasa. Meskipun demikian setiap hadiah yang diberikan kepada Habib Umar maka beliau menerimanya dengan penuh karomah selanjutnya beliau memberikannya lagi kepada yang memberinya dengan cara yang penuh hormat sehingga yang memberi tidak merasa tersinggung atau disedekahkan kepada fakir miskin. Habib Umar sangat memperhatikan kepada para pengikutnya yang mencintainya Keterkaitan perasaan Habib Umar terhadap pengikut-pengikutnya yang mencintainya amat besar. Tentang masalah ini banyak dikenal orang. Di antaranya adalah sebagaimana yang dikisahkan oleh Syeikh Muhammad ibnu Ahmad Bamasymus berikut ini โ€œWaktu aku masih kecil, aku sempat menempuh perjalanan di padang pasir yang amat luas dan tandus bersama sekelompok rombongan. Ketika kami tiba di suatu tempat yang tidak ada airnya, maka kami merasa sangat haus, sehingga rombongan kami melarikan diri dan aku ditinggalkan seorang diri di tengah padang pasir yang tandus tidak dapat menyusul mereka. Kemudian tidak lama aku mendapatkan sebuah mata air sehingga aku minum airnya dengan sepuas-puasnya. Aku kira mata air itu adalah mata air lama yang biasa diambil airnya, kemudian aku melanjutkan perjalananku dan aku mendapatkan orang-orang yang meninggalkan aku tadi sedang berebut minum air di suatu mata air. Kemudian mereka merebahkan diri karena lelah dan haus. Ketika mereka melihat aku datang maka mereka menyilahkan aku minum di mata air itu, tetapi aku katakan bahwa aku telah minum di suatu mata air yang tadi kalian telah melewatinya. Mereka merasa heran akan perkataanku karena mereka merasa bahwa tidak mendapati mata air selain dari tempat mereka berada di saat itu. Setelah aku dewasa, ketika aku bertemu dengan Habib Umar, maka beliau bertanya kepadaku โ€œWahai Muhammad, ingatkah engkau ketika engkau berada di suatu tempat yang tandus dan engkau hampir mati dari kehausan, maka engkau segera mendapati mata air dan engkau meminum sepuas-puasnya?โ€ Ucapan Habib Umar itu mengingatkan aku bahwa hal itu suatu karomah dari beliauโ€. Disebutkan Syeikh Muhammad Bamasymus juga bahwa pada suatu hari ketika kami dan Syeikh Ali Baras dan rombongannya berkunjung ke desa Habib Umar di Huraidzah, maka beliau menyuruh kami untuk meneruskan perjalanan ke bagian bawah Hadramaut. Ketika kami tiba di kota Tarim, aku menderita sakit hingga tidak dapat mengikuti rombongan Syeikh Ali Baras. Lalu ia menyuruh , maka sewaktu aku sampai di desa Dhibiy, bertambah keras sakitku sampai aku pengsan. Di malam hari ketika aku dalam keadaan sakit-sakitan, aku mendengar Habib Umar sedang berdehem di rumahnya di Huraidzah sedangkan aku sekarang di Wadi Dhibi. Maka di saat itu hilanglah pengikutku dan kesihatanku telah pulih kembali. Hal itu tidak lain dikarenakan kekeramatan beliau. Dikisahkan oleh Syeikh Salim ibnu Abdul Qawi bahwa ayahnya yang bernama Abdul Qawi bin Muhammad Baqais, bahwa pada suatu hari Syeikh Abdul Qawi berjalan di suatu pergunungan bersama seorang kawannya. Ketika keduanya akan naik ke atas, maka keduanya mencari jalan yang dilewati agar dapat sampai ke atas. Singkat katanya, keduanya mendapati satu jalan sempit ke arah atas. Jalan itu hanya dapat dilewati seorang saja. Ketika kawannya naik lebih dahulu, tiba-tiba satu batu besar jatuh ke bawah. Kebetulan pada waktu itu Syeikh Abdul Qawi sedang naik ke atas sehingga batu besar yang melewati jalan yang sempit itu sehingga Syeikh Abdul Qawi merasa terancam dan ia terkejut. Untung pada saat itu ia ingat kepada Habib Umar sehingga ia berteriak memanggil nama Habib Umar al-Attas. Dengan izin Allah, maka batu itu sudah berada di belakangnya sampai ia terhindar. Tentunya kejadian itu adalah sebagai bukti adanya pertolongan Allah dan adanya kekeramatan Habib Umar al-Attas. Disebutkan bahwa Syeikh Salmin ibnu Umar dan kawan-kawannya pergi ke Yaman. Mereka naik kuda. Syeikh Salmin dikenal sebagai penunggang yang mahir. Ketika rombongan melewati suatu pantai, tiba-tiba kuda yang ditunggangi Syeikh Salmin berjalan di tepi laut. Kebetulan di saat itu ada gelombang yang menerjang kuda Syeikh Salmin, hingga kudanya Syeikh Salmin terseret ke tengah laut sampai kawan-kawannya sangat menyesalkan keadaan kawannya yang terseret ke tengah lautan itu. Mereka tidak dapat memberikan bantuan sedikitpun pada Syeikh Salmin. Kebetulan Syeikh Salmin yang sedang menghadapi maut itu ingat kepada Habib Umar sehingga ia berteriak menyebut nama Habib Umar dan ia bernazar jika ia diselamatkan Allah dari bahaya maut itu, maka ia akan memberikan harga kuda itu kepada Habib Umar. Dengan rahmat Allah, maka ia seolah-olah diselamatkan oleh seseorang yang sedang naik seekor kuda. Setelah ia selamat, maka ia menaiki kudanya yang tadi ikut terseret ke tengah lautan itu. Tidak lamapun ia dapat mengejar kawan-kawannya hingga mereka tercengang dan merasa gembira. Maka ia menceritakan apa saja yang ia dapati dan iapun memenuhi nazarnya bagi Habib Umar. Disebutkan juga bahwa Muhammad ibnu Hushin al-Huraidhi yang pernah diajarkan oleh Habib Umar al-Attas untuk menghafalkan Al-Quran meskipun usia sudah lanjut, dengan keyakinannya, maka ia melakukan anjuran Habib Umar dan akhirnya ia dapat menghafal Al-Quran di luar kepala. Pada suatu hari, Muhammmad ibnu Hushin al-Huraidhi ini bergadang bersama teman-temannya. Kebetulan pada waktu itu sedang musim belalang yang merosak tanaman. Mereka sepakat untuk membakar belalang mulai dari sarangnya yang ada di suatu gua di tempat yang bernama Gorgodah sebelah utara desa Huraidzah. Pada malam itu, mereka keluar dengan membawa api dan pelepah-pelepah pohon kurma menuju gua yang dimaksud. Sesampainya di dalam gua dari obor seorang di antara mereka menimbulkan api membara di tempat sekitarnya. Nampaknya api itu dianggap remeh oleh mereka, karena itu mereka tidak memperdulikannya. Setelah api makin membesar maka mereka tidak mendapat jalan keluar dari gua itu sehingga mereka yakin bahwa mereka akan binasa. Maka di saat itu mereka teringat terhadap Habib Umar, kemudian mereka memohon ampun kepada Allah dengan bertawasul kepada Habib Umar. Maka dengan balas kasih Allah salah satu dari celah gua itu terbuka sehingga terbentang jalan keluar bagi mereka dari gua itu. Itulah salah satu dari kesekian cerita dari kekeramatan Habib Umar. Kata Habib Ali ibnu Hasan al-Attas โ€ Kisah yang dialami Muhammad ibnu Hushin dan kawan-kawannya di dalam gua itu sangat mirip dengan kisah 3 lelaki Bani Israel yang terjebak dalam gua seperti yang disebutkan di dalam Hadith Bukhariโ€. Bahkan keadaan ini lebih menakutkan. Kasih sayang Habib Umar terhadap binatang Habib Umar amat sayang kepada binatang. Hal itu terlihat dari kejadian-kejadian berikut ini. Disebutkan beliau bila masuk ke rumahnya, maka ia minta diambilkan sejumlah makanan yang dimiliki keluarganya demi untuk keledainya yang baru beliau tunggangi. Disebutkan juga bahwa Habib Umar melarang Syeikh Salim al-Junaid untuk memukul keledainya yang mogok di suatu tempat yang amat panas. Beliau menyuruh Syeikh Salim untuk mengangkat leher keledainya dan Habib Umar ikut membantunya. Meskipun keledainya itu mogok berkali-kali, tetapi Habib Umar tetap melarang Syeikh Salim untuk memukulnya. Pada suatu kali, ada seorang dari Lahrum yang membawa ternaknya dengan memukuli ternaknya dengan keras. Maka ia datang kepada Habib Umar. Ketika ia hendak berjabat tangan dengan Habib Umar, maka Habib Umar menolak berjabat tangan dengannya. Jawab Habib Umar โ€œAku tidak mau berjabat tangan denganmu karena tanganku sakitโ€. Maka orang tadi bertanya โ€œKarena apa?โ€ Jawab beliau โ€œDari sakitnya pukulan tersebut ketika engkau memukuli binatang-binatang ternakmu tadiโ€. Ketika orang itu minta maaf kepada Habib Umar maka beliau menasihatinya dengan keras agar ia tidak mengulangi perbuatannya itu. Gangguan-gangguan yang menimpa Habib Umar al-Attas Seorang yang mempunyai tugas sebagai Daโ€™i sekaligus penegak kebenaran, maka gangguan-gangguannya tidak sedikit, bahkan beliau mendengar seorang yang berkata kepada beliau โ€œAlangkah enaknya anda wahai Habib Umar, sebab seorang semacam anda tidak akan ada orang yang berani membenci andaโ€. Maka beliau berkata โ€œKatakan kalimat Lailaaha illallah sebanyak orang-orang yang membenci Habib Umarโ€. Hal ini menunjukkan akan banyaknya orang-orang yang memusuhi beliau. Orang-orang yang mengganggu dan menyakiti Habib Umar itu bukan saja dari orang-orang luar, tapi dari orang dalam rumah beliau sendiri, yaitu dari isteri beliau sendiri. Adapun ceritanya sebagai berikut Pada suatu malam ada serombongan tamu datang ke rumah Habib Umar. Maka beliau membangunkan isterinya dan menyuruhnya membuatkan makanan malam bagi tamu-tamu beliau, tetapi isteri beliau menolaknya. Habib Umar memintanya dengan lemah lembut tetapi isteri beliau tetap menolaknya. Akhirnya Habib Umar terpaksa keluar rumah tetangganya minta tolong agar isterinya memasak buat makan malam tamu-tamu beliau. Maka isteri tetangga itu berkenan membuatkan makan malam bagi tamu-tamu Habib Umar. Yang menyakitkan Habib Umar tidak saja terjadi semasa Habib Umar masih hidup, tetapi setelah beliau wafatpun, tidak sedikit yang menghasut dan mencaci-maki beliau. Anehnya setelah orang-orang yang menghasut itu melihat kekeramatan Habib Umar, maka baru mereka menyesal dan mengakui besarnya kekeramatan beliau. Isyarat tentang dekatnya ajal beliau Disebutkan bahwa Habib Umar al-Attas pernah memberitahukan dekatnya ajalnya, adakalanya pemberitahuan itu berupa isyarat-isyarat yang dapat dimengeti, tetapi ada pula yang terang-terangan. Disebutkan bahwa ketika beliau ditanya oleh seorang pada umur berapa beliau akan wafat, maka beliau mengisyaratkan pada usia 80 tahun. Kenyataannya memang demikian. Berita tersebut pernah disampaikan oleh Habib Abdullah, putra beliau. Disebutkan pula, ketika beliau bertemu dengan tokoh-tokoh Baโ€™alawi seperti habib Abdullah al-Haddad, Habib Ahmad bin Hashim dan Habib Isa bin Muhammad al-Habsyi di desa Sadโ€™beh. beliau sempat memberi pesan-pesan terakhir bagi mereka dan beliau mengatakan โ€œMungkin saat ini adalah pertemuan terakhir dengan kalian di dunia, aku akan menemui kalian kelakโ€. Kemudian beliau meninggalkan desa Sadโ€™beh menuju desa Nafhun. Tidak lama setelah beliau tiba di desa Nafhun, beliau wafat. Di akhir hayat beliau, ketika beliau solat Jumโ€™at di masjid desa Nafhun, maka beliau duduk di depan pintu masjid sebagaimana tertera di atas. Beliau memberi nasihat-nasihat yang baik bagi pengikut-pengikutnya, kemudian beliau bertanya kepada mereka โ€œBukankah aku telah menyampaikan pesan-pesan Allah ini?โ€ Jawab pengikut-pengikut beliau โ€œYaโ€. Kemudian beliau berkata โ€œYa Allah, saksikanlah ucapan mereka, sesungguhnya Engkau sebaik-baik yang menyaksikanโ€. Setelah mendengar ucapan beliau yang terakhir itu, salah seorang pengikut beliau ada yang berkata kepada putra beliau, Habib Hussein โ€œUcapan ayahmu yang terakhir ini mengisyaratkan bahwa beliau akan meninggalkan kita, lalu memberikan bela sungkawa terhadap Habib Husseinโ€. Awal sakit beliau Disebutkan oleh Habib Isa bin Muhammad al-Habsyi, bahwa ketika beliau berkunjung ke tempat Habib Umar beserta murid-muridnya ke Huraidah tetapi Habib Umar berada di Sahrun. Habib Isa tidak diperkenankan masuk ke tempat Habib Umar dan beliau menyuruh untuk menunggu. Demikian pula ketika al-Habib Ahmad bin Hasyim al-Habsyi tiba di tempat itu dan ingin berkunjung Habib Umar, maka beliau pun ditolak menemui Habib Umar, sebelum diizinkan oleh beliau. Pada hari itu juga al-Habib Abdullah al-Haddad tiba bersama-sama murid-muridnya di tempat itu dan beliau disuruh menunggu di tempat itu. Tidak lama kemudian Habib Umar menemui ketiga tokoh Baโ€™alawi itu bersama rombongannya secara singkat. Dalam pertemuan itu, beliau berdoโ€™a dan beliau memberi libas kepadanya mengajak membaca surat al-Fatihah. Kemudian beliau berkata โ€œHari ini adalah hari pertemuan terakhir di dunia ini, semoga kita dapat bertemu lagi di sisi Allahโ€. Kemudian Habib Umar menyuruh kepada Habib Abdullah al-Haddad untuk pergi ke Haynan dan Habib Ahmad bin Hasyim untuk pergi ke Hajrain dan beliau juga memberikan libas kepadanya. Sedangkan Habib Isa bin Muhammad diajak ke desa Huraidzah bersama beliau. Setelah keduanya tiba di desa Andal maka keduanya menghadiri majlis pembacaan Maulud Nabi Selanjutnya pada keesokan harinya sewaktu sampai di desa Hunfur, Habib Isa diperintahkan ke desanya dan selanjutnya diminta pada malam Khamis untuk pergi ke desa Nafhun. Kata Habib Isa โ€œAku tiba di desa Nafhun pada malam Khamis dan aku dapatkan putra-putra Habib Umar dan kawan-kawan serta murid-muridnya yang datang dari berbagai tempat sedang berkumpul dengan beliauโ€. Di waktu menjelang saat wafatnya Habib Umar, beliau mengulang-ulang mengucapkan bait puisi โ€œWajah kekasihku adalah tatapanku, aku senantiasa menghadapkan wajahku kepada-Nya, cukuplah dia sebagai kiblatku dan aku pun pasrah diri kepada-Nyaโ€. Kedua bait puisi di atas adalah ucapan Habib Abu Bakar bin Abdullah al-Aidrus al-Adni. Al-Habib Hussein bin Umar al-Attas โ€œKetika saat menjelang kewafatannya, ayahku mengulang-ulangi bait-bait puisi al-Faqih Umar Bamahramah โ€œJika bukan dikarenakan besarnya harapan kepada Allah dan berkeyakinan yang baik terhadap orang-orang yang menghiasi masjid dengan yang selalu menghadiri sholat berjamaah, tentunya tak seorangpun di antara kami yang mengharapkan kesenangan pada sisa umur, sebab beristirahat di perkuburan adalah lebih baik dan lebih bermanfaat dari hidup di dunia, berada di antara orang-orang yang suka berbuat fitnah dan suka menghasutโ€. Dikatakan pula oleh al-Habib Hussein bahwa sebelum tiba saat kewafatannya, Habib Umar sempat mengulang firman Allah โ€œKatakan, hai hamba-hamba-Ku yang telah menzalimi dirinya, janganlah kalian berputus-asa dari rahmat Allah, sesungguhnya Allah berkenan memberi ampun seluruh dosa-dosa, sesungguhnya Dia Maha Pemberi Ampun dan Maha Penyayangโ€. Dikatakan pula bahawa Habib Umar sering membaca surat al-Fatihah kemudian beliau mengusap tangannya ke wajahnya. aku pernah bertanya kepada beliau โ€œMengapa aku sering melihatmu membaca al-Fatihah kemudian engkau mengusapkan tanganmu ke wajahmu?โ€ Jawab Habib Umar โ€œKira-kira mengapa aku melakukan hal itu?โ€ Kata Habib Hussein โ€œAku tidak tahuโ€. Kata Habib Umar โ€œApa yang dikatakan orang banyak?โ€ Jawab Habib Hussein โ€œMereka sering mengeluh tentang kesulitan merekaโ€. Kata Habib Umar โ€œSesungguhnya aku memperbanyak membaca al-Fatihah dengan harapan semoga mereka dijauhkan dari segala bencana dan diberi kebahagian sebab mereka peru diperhatikanโ€. Kata al-Habib Hussein bin Umar โ€œSelama dalam sakitnya, ayahku sering tidak sedarkan diri. Jika beliau sadar, maka beliau sering menanyakan keadaan para sesepuh ulama yang ada beliau. Ketika beliau ditanya tentang dimanakah beliau harus dikuburkan, maka beliau berkata โ€œMohonlah petunjuk kepada Allah, nanti Allah memberi petunjuk kepadamuโ€. Nyatanya setelah beliau wafat, maka banyak pertolongan-pertolongan yang datangnya dari berbagai tempat. Sebelum beliau menghembuskan nafasnya yang terakhir, beliau berwasiat kepada kami โ€œPerhatikanlah keadaan agama kalian, hendaknya kalian saling tolong-menolong dan bersabar, sebab besabar akan memberi hasil yang memuaskanโ€. Di saat itu pula beliau berdoโ€™a memohonkan pertolongan bagi orang-orang Islam agar diberi kesabaran bila mereka berpisah dengan beliauโ€. Di saat yang sekrisis itu, beliau bertanya tentang muridnya Syeikh Abbas bin Abdillah Bahafash, apakah ia sudah datang dari desa Huraidzah, sebab beliau minta dimandikan oleh Syeikh Abbas. Untungnya Syeikh Abbas tiba di malam harinya sebelum beliau wafat, sehingga beliau bergembira atas kedatangannya. Ketika sedang menghadapi saat-saat terakhir, maka beliau menyuruh orang-orang yang ada di sekitarnya untuk berzikir di sisinya dengan suara keras, sehingga terdengar seperti gaungnya Tawon. Beliau menghembuskan nafas terakhir dengan keadaan berzikir dan diiringi dengan suara zikir dari orang-orang yang ada di sekitarnya. Sebelum beliau menghembuskan nafasnya yang terakhir, beliau minta diwudhui. Maka Syeikh Abbas bin Bahafash mewudhui beliau. Ketika Syeikh Abbas lupa menyela-nyela janggut beliau, maka beliau mengingatkannya dengan gerakan tangan sebab pada waktu itu beliau sudah tak dapat berkata-kata, tentunya hal itu ada sebagai petanda bahwa beliau selalu mengikuti jejak sunnah Rasulullah Sekalipun di saat yang sangat krisis. Di saat itu, salah seorang murid beliau yang menyebut-nyebut kalimah Laa Ilaaha Illallah di sebelah telinga beliau sebagaimana yang disunnahkan Rasulullah meskipun orang itu telah diberitahu bahwa perbuatan semacam itu tidak perlu dilakukan terhadap Habib Umar yang telah menjadikan kalimat zikir telah menyatu dengan darah dan dagingnya. Habib Umar menghembuskan nafasnya yang terakhir di tengah malam , yaitu malam Khamis tanggal 23 Rabiโ€™ul Akhir 1072H. Wafatnya Habib Umar membuat murid-murid dan pengikut beliau merasakan kesedihan yang sangat mendalam baik kecil maupun besar. Beliau wafat di desa Nafhun , tetapi jenazah beliau dimakamkan di desa Huraidzah pada hari Khamis sore. Para pelawat jenazah beliau mengadakan pembacaan al-Quran dan mengkhatamkannya berkali-kali dan hal itu berlangsung delapan hari di sisi kubur beliau. Hal itu menunjukkan betapa besarnya karomah beliau. Tepat pada dikuburkannya Habib Umar, suasana di desa itu diliputi mendung dan hujan. Kepergian Habib Umar banya membangkitkan keinginan para penyair untuk menuangkan duka-cita mereka dalam bait-bait puisi yang indah. Di antara puisi al-Faqih Umar bin Qadim. Beberapa mimpi tentang keadaan Habib Umar setelah beliau wafat Tepat di malam wafatnya Habib Umar al-Attas, salah seorang saleh dari keluarga Baโ€™alawi di Tarim bermimpi seolah-olah bulan dan matahari terjatuh di tanah keluarga Baโ€™alawi, nyatanya ia mendengar khabar tentang wafatnya Habib Umar. Disebutkan oleh Syeikh Abdullah bin Syeikh Ali bin Abdullah Baras, katanya ketika Syeikh Ali telah wafat, maka Syeikh Muhammad bin Ahmad Bamasymus mimpi bertemu dengan Syeikh Ali Baras dan ia bertanya kepadanya โ€œDi manakah engkau bertemu dengan Habib Umar?โ€ Jawab Syeikh Ali Baras โ€œAku sempat berjabatan tangan dengan Habib Umar di dekat Arasy Tuhanโ€. Disebutkan oleh seorang keluarga Bawazir, bahwa ia bermimpi di suatu malam seolah-olah hari kiamat telah tiba. Pada saat itu seolah-olah manusia sedang berkumpul di padang Mahsyar, jumlah mereka amat banyak. Ketika mereka sedang berada di tengah-tengah padang Mahsyar, tiba-tiba ada api di bawah Hadraumaut, sedangkan Malaikat menggiring manusia dengan besi yang amat panjang. Ketika orang-orang itu melihat api dan rantai yang panjang, maka mereka berlarian ke sebuah tempat di Wadi Amed, maka aku lihat ada cahaya turun dari langit seperti awan putih yang mengumpal. Ketika aku tanyakan โ€œApa kejadian ini?โ€ Maka dikatakan โ€œIni adalah cahaya Tuhan Yang Maha Mulia yang hendak menghakimi manusia di padang Mahsyar. Di saat itu aku lihat Habib Umar berdiri di bawah pancaran cahaya itu, sedangkan Malaikat Ridwan berada di sebelah kanan beliau. Demikian pula Malaikat Malik hadir dengan wajah yang seram. Kemudian aku lihat Habib Umar memohon syafaat kepada Allah bagi umat Muhammad โ€œWahai Tuhan kami, mereka adalah umat Muhammad mereka datang kepada Engkau dengan menyaksikan bahwa tiada Tuhan selain Allah dan menyaksikan bahwa Muhammad utusan Allah, mereka mendirikan sholat, membayar zakat, berpuasa Ramadhan, beribadah Haji, bersedekah, menyambung tali kekerabatan, menegakkan Amar Maโ€™ruf dan Nahi Munkar, menjauhi perbuatan-perbuatan maksiat, karena takut kepada-Mu. Jika Engkau siksa mereka, maka mereka adalah hamba-hamba-Mu, dan jika Engkau mengampuni mereka, maka Engkau Maha Mulia lagi Maha Bijaksana. Ucapan Habib Umar itu dibantah oleh Malaikat Malik โ€œWahai Tuhan kami, mereka tidak seperti yang dikatakan oleh Habib Umar. Mereka meninggalkan sholat, tidak mau membayar zakat, tidak berpuasa dan tidak berhaji, dan mereka selalu melanggar larangan-larangan-Mu. Habib Umar mengulangi permohonannya sekali lagi dan Malaikat Malik pun mengulangi bantahannya pula, sampai akhirnya Allah berfirman โ€œDemi kemuliaan-Ku, Aku terima permohonan Habib Umar dan Aku berkenan mengampuni merekaโ€. Allah berfirman โ€œWahai Malaikat Ridwan, bukalah pintu Syurga dan ajaklah mereka masuk ke dalamnyaโ€. Maka Malaikat Ridwan bangkit dan bergembira dan melaksanakan perintah Allah kepadanya. Sedangkan Malaikat Malik terlihat amat geram. kata orang yang bermimpi itu โ€œPada saat itu, seolah-olah aku berdiri bersama mereka dengan memegangi baju Habib Umar dan aku merasa amat takut sehingga aku berkata kepada Habib Umar โ€œWahai Habib Umar, bicaralah kepada Malaikat Ridwan agar aku dimasukkan Syurga bersamanyaโ€. Kata Habib Umar โ€œPergilah engkau bersama mereka ke dalam Syurga kerana permohonanku telah diterima oleh Allah bagi umat iniโ€. Kataku โ€œBicarakanlah dengan Malaikat Ridwan untuk membawa ke dalam Syurga, sebab aku takut dengan dosa-dosaku yang amat banyakโ€. Kata Habib Umar โ€œWahai Malaikat Ridwan, bawalah orang ini ke dalam Syurgaโ€. Jawab Malaikat Ridwan โ€œBiarkan ia pergi bersamaโ€. Ketika Malaikat Ridwan memegangi tanganku dan mengajakku ke dalam Syurga, maka aku terbangun karena terasa amat senangโ€. Kata-kata mutiara dari Habib Umar al-Attas Habib Umar pernah berkata โ€œPerhatikan kebiasaan baik yang engkau inginkan wafat dalam kebiasaan itu, karena itu tetaplah engkau dalam kebiasaan seperti itu, dan perhatikanlah kebiasaan buruk yang tidak engkau inginkan wafat dalam kebiasaan seperti itu, kerana itu jauhilah kebiasaan ituโ€. Habib Umar berkata โ€œJika engkau melihat seorang selalu berkelakuan baik, maka yakinlah engkau orang itu teguh agamanyaโ€. Habib Umar berkata โ€œSumber-sumber ilmu tidak akan berkurang sedikitpun dari generasi terkemudian, akan tetapi pada umumnya mereka datang dengan membawa wadah yang bocor, sehingga tidak memperoleh ilmu kecuali sedikit.โ€ Habib Umar berkata โ€œSebagian orang yang datang dengan membawa benjana yang dapat mencukupinya dalam waktu sebulan, ada yang mencukupinya hanya 8 hari, ada juga yang mencukupinya sehari, tetapi ada juga yang dapat mencukupinya sepanjang hidupnyaโ€. Ketika beliau mendengar sabda Nabi โ€œSeseorang adakalanya beramal kebajikan-kebajikan sampai antara ia dengan Syurga hanya tinggal sejengkal, tetapi dalam ketentuan Illahi, ia ditetapkan sebagai penghuni Neraka, sehingga ia melakukan perbuatan-perbuatan amal penghuni Neraka, sampai ia masuk ke dalam Neraka. Seseorang adakalanya beramal kejahatan-kejahatan sampai antara ia dengan Neraka hanya tinggal sejengkal, tetapi dalam ketetapan Illahi, ia ditetapkan sebagai calon penghuni Syurga, sampai ia masuk ke dalam Syurgaโ€. Komentar Habib Umar โ€œSeseorang yang selalu mengerjakan amal-amal ahli Syurga, kebanyakkannya akan masuk ke dalam Syurga, sebab perbuatan lahiriyah adalah lambang perbuatan batiniyah. Jika ia sampai masuk ke dalam neraka, maka hal itu jarang sekali. Hal itu seperti seorang yang jatuh dari tempat yang tidak terlalu tinggi, tentunya orang itu tidak akan berbahaya. Demikian pula seorang yang melakukan amal-amal penduduk neraka, kebanyakannya ia akan masuk ke dalam neraka. Tetapi kalau ia masuk ke dalam Syurga, maka hal itu jarang terjadi sekali. Hal itu seperti seorang yang jatuh dari puncak gunung, kebanyakannya akan matiโ€. Habib Umar berkata โ€œSeorang yang melakukan amal kebajikan tetapi ia suka makan yang diharamkan, maka ia seperti seorang yang mengambil air dengan tempayan yang datar, alias tidak akan memperoleh pahala sedikitpunโ€. Habib Umar berkata โ€œDulu di antara manusia, ada yang datang membawa pelitanya lengkap dengan minyak dan koreknya yakni dengan persiapan yang lengkap, sehingga gurunya dapat menyalakan. Tetapi kini, banyak di antara yang datang kepada gurunya tetapi mereka tidak membawa apapun gurunya dapat menyalakanโ€. Habib Umar berkata โ€œBersabar itu akibatnya adalah positif. Allah akan selalu memberi akibat positif bagi seorang yang bersabar. Alhamdulillah apa yang dikehendaki Allah pasti akan ditentukan, dan apa yang akan dilaksanakan Allah, maka akan terlaksanaโ€. Habib Umar berkata pada sekelompok kaum petani โ€œApakah kaum petani akan tidur nyenyak di malam hari, bila di malam hari ada pembagian air untuk sawah-sawah mereka yang dapat mengairi sawah-sawah mereka?โ€ Jawab mereka โ€œTidak seorangpun akan tidur di antara kami.โ€ Kata Habib Umar โ€œHendaknya orang-orang yang menghendaki keselamatan di akhirat meninggalkan tidurnya, demi untuk mendapatkan siraman rahmat di tengah malam hariโ€. Ketika dibacakan bait puisi Syeikh Abdul Hadi Assudi โ€œSiapa yang mencinta Suad, hendaknya selalu tidak tidur di malam hariโ€. Habib Umar memberi komentarnya โ€œSiapa mencintai Huraidzah, maka ia tidak tidur di malam hari, artinya siapa yang mencintai seorang, maka ia harus mengikuti perjalanannya, sebab mengikuti perilaku seseorang sebagai tanda cinta kepadanyaโ€. Habib Umar berkata โ€œHendaknya kalian senantiasa menghadirkan hati kalian kepada Allah dan hendaknya kalian senantiasa menghadirkan hati kalian kepada Allah dan hendaknya kalian bertawakal kepada-Nya sepenuh hati, sebab Allah mengetahui di manapun kalian berada.โ€ Habib Umar berkata โ€œSyaitan dapat menggoda manusia dari sisi manapun yang tak pernah ia perkirakanโ€. Habib Umar berkata โ€œBuah kurma atau buah ketimun dari sumber yang halal lebih baik dari bubur daging dari sumber syubhatโ€. Habib Umar berkata โ€œJanganlah terlalu perduli kepada dunia dan penghuninya dan janganlah merasa iri pula dengan pakaian atau makanan yang dimiliki oleh penghuninyaโ€. Pada suatu hari, ketika banyak orang yang mengucapkan kata belasungkawa kepada Habib Umar atas wafatnya putranya beliau yang masih kecil, maka beliau berkata dengan ungkapan yang dipenuhi rasa hairan โ€œAlangkah entengnya musibah dalam agama menurut kalian, padahal kalian tidak pernah menyatakan belasungkawa andaikata aku terlambat sholat berjamaah artinya terlambat sholat berjamaah lebih pantas untuk disesali atas kewafatan seseorang anak kecilโ€. Ketika beliau mendengar kekaguman sebagian orang yang menyaksikan kekeramatan seseorang wali, maka beliau berkata โ€œSesungguhnya semua itu hanyalah kemurahan Allah yang memberikan kepada seorang hambaโ€. Ketika disebutkan kepada beliau โ€œMengapa dialek bahasamu tidak berubah, padahal engkau telah lama tinggal di bagian atas Hadramaut?โ€ Jawab Habib Umar โ€œSeorang yang merubah dialek bahasanya adalah seorang yang kurang akalnyaโ€. Habib Umar berkata โ€œDesa Huraidzah adalah wilayah kehormatan kami, adapun wilayah kehormatan Syeikh Abdul Qadir Djaelani ada di masa sebelum kami, barangsiapa yang melakukan perbuatan yang lahiriyahnya maka akan kami lakukan baginya perbuatan lahiriyah pula, demikian pula barangsiapa yang melakukan perbuatan batiniyah, maka kamipun akan melakukan hal serupa baginyaโ€. Ketika ada seorang berkata kepada Habib Umar โ€œWahai Habib Umar, kelak kami ingin dikubur bersebelahan dan berdekatan denganmuโ€. kata Habib Umar โ€œKami harap akan memberi syafaat bagi seluruh penduduk Huraidzah atau penduduk duniaโ€. Ketika ada sebagian orang berkata si fulan lebih baik dari si fulan, maka Habib Umar berkata โ€œYang dikatakan orang baik adalah seorang yang telah melewati pintu Syurga sampai masuk ke dalamnyaโ€. Habib Umar berkata โ€œAku beserta putra-putraku di mana saja mereka beradaโ€. Ditanyakan kepada beliau โ€œWahai Habib Umar, bagaimana mungkin engkau dan putra-putramu berada di tempat ini yang jauh dari kota-kota yang besar dan yang terkenal dengan wali-wali seperti kota-kota Tarim?โ€ Jawab Habib Umar โ€œHarumnya suatu tempat tergantung keharuman penduduknya, demikian pula kami akan mengharumi negeri kami sendiriโ€. Habib Umar berkata โ€œKezaliman kaum penguasa terhadap rakyatnya akan menambah kebajikan bagi rakyat negeri itu, baik di dalam masalah dunia maupun akhirat, yang sedemikian itu sama halnya dengan sebuah sumur, makin banyak diambil airnya maka sumur itu makin banyak memancarkan air, sebaliknya jika sumur itu tidak diambil airnya, maka tidak akan bertambah airnya sedikitpun, mungkin airnya akan menjadi busuk, karena air di dalamnya tidak pernah bergerakโ€. Ketika ada seorang dermawan yang mengeluh kepada Habib Umar bahawa ia tidak bisa mengerjakan sholat di awal waktunya, dikarenakan ia tidak mau menolak permintaan orang yang minta bantuan daripadanya meskipun telah tiba waktu sholat, maka Habib Umar berkata โ€œWahai saudaraku, bila waktu sholat telah tiba, tinggalkan semua kegiatanmu sebab Allah lebih pantas untuk diperhatikan daripada yang lainโ€. Beliau menganjurkan setiap orang yang telah mengkhatamkan bacaan al-Quran yang ditujukan bagi arwah-arwah orang-orang yang telah wafat, hendaknya ia membaca Tahlil yaitu mengucapkan Laa Ilaaha Illallah seberapa banyak yang ia kehendaki, kemudian dilanjutkan Subhaanallahi Wabihamdih beberapa banyak yang ia kehendaki, kemudian dilanjutkan dengan membaca Laa Ilaaha Illallah Muhammadur Rasulullah sebanyak 3 kali dengan memanjangkan bacaannya, kemudian hendaknya ia mengucapkan solawat sebanyak 3 kali yaitu Allahumma Solli Alaa Habibika Sayyidina Muhammadin Wa Alihi Wa Shohbihi Wasallim, kemudian hendaknya ia mengucapkan Ya Rasulullah Alaika Salam Ya Rasulullah Salamun Fi Salamin Alaika sebanyak 3 kali, setelah itu hendaknya membaca al-Fatihah sebanyak 1 kali, surat al-Ikhlas 11 kali, surat al-Falaq sebanyak 1 kali, surat an-Naas sebanyak 1 kali, ayat Kursi 1 kali, akhir surat al-Baqarah 1 kali dan surat al-Qadar 1 kali dengan niat menghadiahkan pahalanya kepada arwah yang ditujuโ€. Pernah Habib Umar menganjurkan muridnya membaca Istighfar dan Alhamdulillah sebanyak mungkin setelah seorang membaca Maulud. Habib Umar menganjurkan untuk memperbanyak membaca Istighfar dan Sholawat, sebab keduanya adalah sebaik-baik zikir yang dapat menolong kesulitan di masa kini. Habib Abdullah bin Alawi al-Haddad berkata โ€œJika engkau mengucapkan sebanyak 11 kali tiap kali kalimat-kalimat ini, berarti engkau telah menjalankan apa yang pernah diajarkan oleh Habib Umar al-Attas Disebutkan ada seorang pengikut Habib Umar berkata beliau โ€œAku lihat orang-orang yang berada di majlis ini Wali semuanyaโ€. Kata Habib Umar โ€œApa yang engkau katakan itu memang benarโ€. Ketika orang itu keluar dari Majlis Habib Umar, maka beliau ditanya oleh seorang yang hadir dari Majlis itu tentang maksud ucapan beliau kepada orang tersebut. Maka Habib Umar berkata โ€œSesungguhnya orang itu telah diangkat menjadi Wali Allah, sehingga melihat orang lain menurut cerminnya, sebab seorang mukmin menjadi cermin mukmin lainyaโ€. Kesaksian orang-orang mulia tentang kebesaran al-Habib Umar al-Attas Disebutkan ketika Habib Umar al-Attas dan sekelompok orang datang ke tempat Habib Husin bin Syeikh Abu Bakar bin Salim, maka Habib Umar berada di jajaran paling belakang di antara mereka dan pakaian beliau pun agak lusuh dan buta kedua matanya. Ketika Habib Husin melihat pada diri Habib Umar, maka beliau berkata kawan-kawan Habib Umar โ€œMengapa kalian lebih menonjolkan hal-hal yang nampak saja sampai kalian tidak mau memuliakan orang ini pada tempat yang semestinya. Andaikata kamu tahu kedudukan Habib Umar yang sebenarnya, pasti kalian akan tunduk kepadanya dan pasti kalian akan lebih memuliakan kepada beliauโ€. Ketika Habib Muhammad bin Alawi bin Abu Bakar bin Ahmad bin Syeikh Abdurrahman as-Seggaf, seorang wali yang berdomisili di kota Makkah menerima salam dari Habib Umar lewat Syeikh Salim bin Ali Baโ€™ubad, maka ia menundukkan kepalanya sejenak, kemudian ia berkata โ€œHendaknya setiap orang yang berkepala rela menundukkan kepalanya demi menghormati Habib Umar al-Attas dan demi menghormati kebesaran Allah, sesungguhnya aku mendengar suara gemerincing dari langit, demi untuk menghormati Habib Umar. Beliau juga mengatakan kini tidak seorangpun di kolong langit yang lebih mulia dari Habib Umar al-Attas. Habib Abdullah bin Alawi al-Haddad pernah menyatakan di sebuah suratnya yang ditunjukkan pada seorang muridnya bahwa di zaman itu tidak seorang walipun yang setara dengan Habib Umar al-Attas. Disebutkan oleh salah seorang murid Habib Abdullah al-Haddad, bahawa ketika aku berada di majlis Habib Abdullah al-Haddad, maka tergerak hatiku untuk menanyakan kepada beliau tentang sifat Habib Umar al-Attas. Maka secara spontan Habib Abdullah al-Haddad berkata โ€œSeorang yang mengenali Habib Umar al-Attas, maka ia akan dapati sifat Habib Umar al-Attas mirip dengan Sayyidina Abdurrahman as-Seggafโ€. Kata al-Habib Abdullah al-Haddad โ€œHabib Umar al-Attas adalah ibarat hati dan kebenaran yang dimiliki oleh seseorang dan orang itu tidak memiliki nafsu apapun.โ€ Ketika Habib Abdullah al-Haddad ditanya seseorang, apakah Habib Umar al-Attas meninggalkan karya tulis atau bait-bait puisi?โ€ Jawab Habib Abdullah โ€œYang ditinggalkan oleh Habib Umar adalah orang-orang seperti aku, Syeikh Ali Baras dan Syeikh Muhammad Bamasymusโ€. Ketika orang menyebut-nyebut sifat Habib Umar al-Attas di hadapan Habib Abdullah al-Haddad, maka beliau berkata โ€œItu orang al-Habib Umar yang pepohonnya ditanam atas dasar tawadhu dan lemah-lembut, sehingga tangkai-tangkainya seperti itu jugaโ€. Selanjutnya Habib Isa bin Muhammad al-Habsyi menyebutkan berbagai sifat yang dimiliki oleh Habib Umar al-Attas sebagai berikut Habib Umar al-Attas, sejak di usia kecil, beliau sudah gemar beribadah, zuhud dan menjaga dirinya baik-baik dari sifat buruk. Beliau sentiasa menghormati para Wali Allah, pengayom kaum Muslim, wanita-wanita janda dan anak-anak yatim. Habib Umar selalu menghibur mereka dengan berita-berita baik, sehingga mereka amat meyakini dan mencintai Habib Umar sepenuh hati. Di kalangan umum dan khusus, Habib Umar dikenal sebagai orang yang penuh kasih sayang. Habib Abdullah bin Alawi al-Haddad berkata โ€œAl-Habib Husin bin Syeikh Abu Bakar sangat sangat bangga dikarenakan Habib Umar menuntut ilmu dari beliauโ€. Habib Ali al-Attas berkata โ€œHabib Umar al-Attas sangat bangga dikarenakan Habib Abdullah al-Haddad menuntut ilmu dari beliauโ€. Habib Muhammad bin Abdurrahman Madihij selalu menganjurkan murid-muridnya untuk pergi ke kota Huraidzah bila mereka memohon ijazah ilmu dari beliau sebab ketika itu Habib Umar al-Attas masih hidup. Menurut beliau Habib Umar adalah tokoh semua keluarga Baโ€™alawi. Murid-murid yang pernah belajar dari Habib Umar al-Attas Di antara murid-murid yang pernah belajar dari Habib Umar adalah Putra-putra beliau, di antaranya adalah Habib Husin, Habib Salim, Habib Abdurahman, saudara-saudara beliau Habib Aqil, Habib Abdullah al-Haddad, Habib Isa bin Muhammad al-Habsyi, Habib Ahmad bin Hasyim al-Habsyi, Habib Abdullah bin Ahmad Balfaqih, Habib Muhammad bin Abdurrahman Madihij, Sayis Ali bin Umar bin Husein bin Ali bin Syeikh Abu Bakar, Syeikh Ali Baras, Syeikh Muhammad Bamasymus, Syeikh Muhammad bin Umar Alamudi yang dikenal dengan jolokan Ghozali di Budzah, Syeikh Abdullah bin Usman Alamudi, Syeikh Abdullah bin Ahmad Baโ€™afif Alamudi, Syeikh Aqil bin Amir bin Daghmusy, Syeikh Sahal bin Syeikh Ahmad bin Sahal Ishaq, Syeikh Abdul Kabir bin Abdurrahman Baqis, Syeikh Muhammad bin Abdul Kabir Baqis, Syeikh Alfaqih Ahmad bin Abdullah bin Syeikh Umar Syarahil Syeikh Umar bin Salim Badzib, Syeikh bin Salim Baubad, Habib Husein bin Syeikh Ali bin muhammad al-Aidrus, Habib Ahmad bin Umar al-Hinduan, Habib Zein bin Imron Baโ€™alawi, Syeikh Abbas bin Abdillah Bahafash, Syeikh Umar bin Ahmad al-Hilabi, Abu Said, Habib Abdullah bin Muhammad bin Basurah, Syeikh Muzahim bin Ali Bajabir, Syeikh Ali bin Sholeh, Qouzan Zahir, Al-Faqih Abdurrahim Bakatir, Syeikh Salim bin Abdurrahman Junaid Bawazir, Syeikh Abu Bakar bin Abdurrahman bin Abdul Maโ€™bud Wazir, Muhammad bin Umar Bawazir, Syeikh Abdullah bin Sad Bamika Syibami, Syeikh Ahmad bin Muhammad Bajamal, Syeikh Ali bin Toha as-Seggaf, Syeikh Umar bin Ali az-Zubaidi Al-Faqih Abdullah bin Umar Baโ€™ubad, Syeikh Ali bin Ahmad bin Wurud Bawazir, Habib Aqil bin Syeikh as-Seggaf, Habib Syeikh bin Abdurrahman al-Habsyi, Syeikh Ali bin Haulan, Syeikh Ali bin Kosim al-Udzri, Syeikh Mahmud Jummal an-Najar yang pernah bertemu dengan Hidzir tetapi tidak meminta doโ€™a karena merasa cukup dengan doโ€™a gurunya iaitu Habib Umar. Habib Umar bin Abdurrahman Albar pernah berkata kepada Habib Ali bin Hasan al-Attas โ€œWahai Ali, sesungguhnya seluruh penduduk Hadhramaut pernah berhubungan dengan kakekmu al-Habib Umar bin Abdurrahman al-Attas. Di antara mereka ada yang berhubungan dengan beliau dari satu jalur, ada yang berhubungan dengan beliau dari dua jalur, bahkan ada yang berhubungan dengan beliau dari tiga jalurโ€. Dipetik dari -Biografi al-Habib Umar bin Abdurrahman al-Attas, oleh Thohir bin Abdullah al-Kaf, terbitan Daar al-Muhajir -Ringkasan Sejarah al-Habib Umar ibn Abdurrahman al-Attas dalam rangka peringatan Haul yang ke-347 al-Imam al-Arif Billah al-Qutb Rabbani Tahyyibul Anfas al-Habib Umar bin Abdurrahman al-Attas -Kelebihan Ratib Huraian Ratib al-Habib Umar bin Abdul Rahman al-Attas, oleh Syed Hassan bin Muhammad al-Attas, Masjid Baโ€™alwi Singapura, terbitan Hamid Offset Service sumber

RotibAL athos adalah susunan dzikir yang disusun oleh Habib Umar bin Abdurrahman Al Athos. Beliau adalah seorang ulama besar yang lahir di Hadromaut, Yaman pada tahun 992 H atau 1572 M di kota Isnat. Ayah beliau bernama Al Habib Abdurrahman bin aqil dan Ibunya bernama syarifah Muznah binti Muhammad Al jufri. Silsilah NasabSilsilah Nasab Habib Umar bin Abdurrahman al-Atthas adalah Umar bin Abdurrahman bin Aqil bin Salim bin Abdullah bin Abdurrahman bin Abdullah bin Sayyidina Syaikh AI-Imam Al-Qutb Abdurrahman As segaf bin Syaikh Muhammad Maula Ad Dawilah bin Syaikh Ali Shahibud Dark bin Sayyidina Al-Imam Alwi Al-Ghuyur bin Sayyidina Al-Imam Al-Faqih Al-Muqaddammuhammad bin Sayyidina Ali bin Sayyidina Al-Imam Muhammad dan Shahib Mirbat. Nasabnya bersambung sampai Rasulullah dan Masa KecilHabib Umar bin Abdurrahman Al-Atthas lahir pada tahun 992 H/ 1572 M di desa Lisk, dekat kota Inat, Hadramaut. Beliau pula yang mula-mula mendapat gelar Al-Attas Orang yang bersin, yang kemudian digunakan sebagai nama sebuah marga. Dijuluki demikian karena dahulu ketika masih berada dalam kandungan sang ibunda Syarifah Muznah binti Muhammad Al-Jufri, beliau sering bersin. Itulah karamah pertama Habib Umar bisa bersin ketika masih berada dalam kecil beliau diasuh dan dididik oleh ayah beliau sendiri, Habib Abdurrahman bin Aqil. Meskipun matanya tidak dapat melihat sejak kecil, tetapi Allah SWT memberi beliau kecerdasan otak dan pandangan hati bashirah yang tajam, hingga beliau mudah menghafal apa saja yang didengar. Beliau termasuk rang yang tekun beribadah, buktinya beliau sering ke kota Tarim dengan berjalan dari desanya Lisk dan melakukan shalat dua rakaat di setiap masjid yang ada di kota Tarim, bahkan menimba air dari sumur untuk mengisi kolam-kolam di HuraidzahHabib Umar termasuk Sayyid dari marga al-Atthas yang pertama kali keluar untuk berdakwah di lembah Hadramaut. Hingga akhirnya beliau menetap di desa Huraidzah pada tahun 1040 H dan kini menjadi terkenal sebagai kampung halaman marga tiba di Huraidzah untuk pertama kali, Habib Umar diminta oleh Syaikh Najjaad Adz-Dzibyani untuk menetap di rumahnya, karena sangat menghormati dan mengharap barokah yang nampak keluar dari beliau. Dahulu di desa tersebut ada seorang wanita yang bernama Shalihah. Dia bernazar untuk memberikan harta dan bagian dari rumahnya kepada Habib dari wanita itu diterima oleh Habib Umar yang kemudian beliau meminangnya sebagai imbalan atas kebaikannya itu. Beliau pernah belajar pada Habib Muhdhar bin Syaikh Abu Bakar bin Salim, Habib Muhammad bi Abdurrahman Al-Hadi, dan dari Sayyid Umar bin Isa Barakwah as-Samarqandi. Beliau juga menerima sanad kalimat talqin La Ilaha illallah Muhammadur Rasulullah dari Syaikh al-Arif billah Asy-syarif Umar bin Isa Barakwah As Samarqandi al-Maghribi, yang cabangnya sampai kepada Syaikh Abdul Qadiral-Jailani, di mana sanadnya bersambung sampai derngan Rasulullah TarekatHabib Umar menimba sanad tarekat dan baju sufi dari gurunya, Imam Husain bin Abu Bakar bin Salim Shahib Inat. Sedangkan talqin dzikirnya beliau ambil dari Imam Umar Barakwah As Samarkandi yang dimakamkan di daerah Ghurfah. Adapun jabatan tangan beliau ambil dari Imam Muhammad Al Hadi bin Abdurrahman Bin Syihabuddin Ahmad bin Abdurrahman bin Abu Bakar dengan sanad yang sampai kepada Syeikh Ali bin Abu Bakar. Sanad Syeikh Ali ini telah disebutkan dalam kitabnya di antara murid-murid Habib Umar adalah Habib Abdullah bin Alwi al-Haddad, Sayid Ali bin Umar bin Husein bin Ali bin Syaikh Abu Bakar, dan Syaikh Ali bin Abdullah Ratib Al-AtthasHabib Umar bin Abdurrahman al-Atthas menggubah ratib yang diberi nama "Azizul Manalwa Fathu Babil Wishal" anugerah agung dan pembuka pintu tujuan yang terkenal juga dengan nama Ratibul Atthas. Ratib ini merupakan wirid yang banyak mendatangkan faedah bagi yang gemar membacanya, terutama bagi yang sedang mengalami Umar al-Attas sendiri berwasiat, "Rahasia dan hikmah telah kutitipkan di dalam Ratib itu.โ€Habib Umar bin Abdurrahman al-Atthas wafat pada tengah malam malam Kamis tanggal 23 Rabi'ul Akhir 1072 H/ 1652 M di desa Nafhun. Jenazah beliau dimakamkan di desa Huraidzah pada kamis sore. Disebutkan oleh Syaikh Abdullah bin Syaikh Ali bin Abdullah Baras, โ€œKetika Syaikh Ali Baras wafat, Syaikh Muhammad bin Ahmad Bamasymusy mimpi bertemu dengan Syaikh Ali Baras dan ia bertanya kepadanya, Dimanakah engkau bertemu dengan Habib Umar?โ€™Jawab Syaikh Ali Baras, Aku sempat berjabat tangan dengan Habib Umar di dekat arasy Allah SWT.โ€™โ€Kata MutiaraBerikut adalah beberapa kata-kata mutiara Habib Umar bin Abdurrahman al-Atthas Setiap orang akan diwafatkan dalam kondisi sesuai kebiasaan semasa hidupnya. Oleh karena itu perhatikanlah kebiasaan baik yang engkau menginginkan wafat dalam kondisi tersebut, dan jauhilah kebiasaan buruk yang engkau tidak ingin wafat dalam kebiasaan seperti ilmu tidak akan berkurang sedikit pun dari generasi terkemudian. Akan tetapi pada umumnya mereka datang dengan membawa wadah yang bocor, sehingga tidak memperoleh ilmu kecuali orang orang yang menghendaki keselamatan akhirat meninggalkan tidurnya, demi untuk mendapatkan siraman rahmat di malam kurma atau ketimun dari sumber yang halal, lebih baik dari bubur daging dari sumber yang membaca istighfar dan shalawat, karena keduanya adalah sebaik-baik dzikir yang dapat menolong kesulitan di masa sampai ke Desa Sapuro PekalonganKonon didalam Manaqibnya al-Imam Shahib Ratib al-Quthb al-Habib Umar bin Abdurrahman al-Athas pernah berucap, "ุดูุงุนุชูŠ ุชุจู„ุบูˆ ุฅู„ู‰ ุณููˆุฑุง" Syafaatku akan sampai hingga daerah SapuroPara Habaib dan Masyaikh yang hadir dan mendengarkan kalam beliau saat itu kebingungan dengan kata 'SAPURO' sebab beliau hidup dan berdakwah di Hadhramaut, Yaman Selatan. Mereka asing dengan daerah bernama lebih kurang 300 tahun kemudian para Habaib Hadhramaut kaget karena ada seorang dari keturunan beliau yang Hijrah dari Hadhramaut ke Indonesia, berdakwah ilallah menyebarkan ajaran datuknya, hingga menetap dan wafat di Desa SAPURO, Kota Pekalongan, Jawa adalah al-Imam al-Quthb al-Habib Ahmad bin Abdullah bin Thalib al-Athas Shahib Sapuro Pekalongan, seorang Ulama serta WaliAllah yang Luar Biasa dan sangat masyhur di Indonesia. Baik ketika beliau hidup selalu dikunjungi, maupun setelah wafatnya makamnya selalu ramai Haul wafatnya Habib Ahmad al-Athas setiap tahunnya dilaksanakan pada tanggal 14 Syaโ€™ban. Acara Haul ini selalu dihadiri oleh ribuan umat Islam dari berbagai daerah, bahkan tak sedikit yang juga berasal dari luar negeri seperti Yaman, Singapura, Malaysia, dan lain lengkap beliau adalah, al-Habib Ahmad bin Abdullah bin Thalib bin Ali bin Hasan bin al-Imam Ali Shahib Masyhad bin Hasan bin Abdullah bin Hussain bin al-Imam al-Quthb al-Habib Umar bin Abdurrahman bin Aqil al-Athas Shahib Ratib dan terus bersambung melalui rantai emas nasab mulia hingga NabiAllah al-Musthafa Muhammad bin Abdillah Allah meninggikan derajatnya di SurgaNya dan memberikan kita manfaat dengan keberkahannya di Dunia dan Akhirat, Aamiin. Menampilkanpostingan dari Mei, 2020 Tunjukkan semua DZIKIR SORE Al Habib Abdurrahman bin Muhammad Al Attas ๏ปฟSold out Original price $ - Original price $ Original price $ $ - $ Current price $ / Rizwana Sayed, translator Paperback The Ratib ul-Attas is the famous litany of the great Qutb Habib Umar bin Abd ar-Rahman al-Attas born 1583 CE. It is renowned for its numerous benefits, relief from difficulties, protection from tribulations, hardships and for the fulfilment of needs. The distinct benefit of this litany is an increase in sustenance and a long life. Despite its affiliation to the Bani Alawi tariqa, it can be recited by all people, as the invocations are from the Qur'an and the Sunna. This concise booklet is printed in full colour, with clear Arabic text, translation, transliteration, including the benefits of each invocation. Beliphoto al habib umar bin abdurrahman al atthas | a3+ terbaru di shopee. Hamad bin hamdan al nahyan, known as the rainbow sheik, is worth $20 billion and has an enormous amount of cars and large trucks. Tiga anak ( husein, abdurrahman dan ali ) ยท 3. . Silsilah nasab Habib Umar bin Abdurrahman al-Atthas adalah Umar bin Abdurrahman bin Aqil bin Salim bin Abdullah bin Abdurrahman bin Abdullah bin Sayyidina Syaikh AI-Imam Al-Qutb Abdurrahman As segaf bin Syaikh Muhammad Maula Ad Dawilah bin Syaikh Ali Shahibud Dark bin Sayyidina Al-Imam Alwi Al-Ghuyur bin Sayyidina Al-Imam Al-Faqih Al-Muqaddam muhammad bin Sayyidina Ali bin Sayyidina Al-Imam Muhammad dan Shahib Mirbat. Nasabnya bersambung sampai Rasulullah SAW. Habib Umar bin Abdurrahman Al-Atthas lahir pada tahun 992 H/ 1572 M di desa Lisk, dekat kota Inat, Hadramaut. Beliau pula yang mula-mula mendapat gelar Al-Attas Orang yang bersin, yang kemudian digunakan sebagai nama sebuah marga. Dijuluki demikian karena dahulu ketika masih berada dalam kandungan sang ibunda Syarifah Muznah binti Muhammad Al-Jufri, beliau sering bersin. Itulah karamah pertama Habib Umar bisa bersin ketika masih berada dalam kandungan. Sejak kecil beliau diasuh dan dididik oleh ayah beliau sendiri, Habib Abdurrahman bin Aqil. Meskipun matanya tidak dapat melihat sejak kecil, tetapi Allah SWT memberi beliau kecerdasan otak dan pandangan hati bashirah yang tajam, hingga beliau mudah menghafal apa saja yang didengar. Beliau termasuk rang yang tekun beribadah, buktinya beliau sering ke kota Tarim dengan berjalan dari desanya Lisk dan melakukan shalat dua rakaat di setiap masjid yang ada di kota Tarim, bahkan menimba air dari sumur untuk mengisi kolam-kolam masjid. Baca juga Sayyid Utsman Betawi dan Pengenalan Habaib di Nusantara Habib Umar termasuk Sayyid dari marga al-Atthas yang pertama kali keluar untuk berdakwah di lembah Hadramaut. Hingga akhirnya beliau menetap di desa Huraidzah pada tahun 1040 H dan kini menjadi terkenal sebagai kampung halaman marga al-Atthas. Ketika tiba di Huraidzah untuk pertama kali, Habib Umar diminta oleh Syaikh Najjaad Adz-Dzibyani untuk menetap di rumahnya, karena sangat menghormati dan mengharap barokah yang nampak keluar dari beliau. Dahulu di desa tersebut ada seorang wanita yang bernama Shalihah. Dia bernazar untuk memberikan harta dan bagian dari rumahnya kepada Habib Umar. Pemberian dari wanita itu diterima oleh Habib Umar yang kemudian beliau meminangnya sebagai imbalan atas kebaikannya itu. Beliau pernah belajar pada Habib Muhdhar bin Syaikh Abu Bakar bin Salim, Habib Muhammad bi Abdurrahman Al-Hadi, dan dari Sayyid Umar bin Isa Barakwah as-Samarqandi. Beliau juga menerima sanad kalimat talqin La Ilaha illallah Muhammadur Rasulullah dari Syaikh al-Arif billah Asy-syarif Umar bin Isa Barakwah As Samarqandi al-Maghribi, yang cabangnya sampai kepada Syaikh Abdul Qadiral-Jailani, di mana sanadnya bersambung sampai derngan Rasulullah SAW. Habib Umar menimba sanad tarekat dan baju sufi dari gurunya, Imam Husain bin Abu Bakar bin Salim Shahib Inat. Sedangkan talqin dzikirnya beliau ambil dari Imam Umar Barakwah As Samarkandi yang dimakamkan di daerah Ghurfah. Adapun jabatan tangan beliau ambil dari Imam Muhammad Al Hadi bin Abdurrahman Bin Syihabuddin Ahmad bin Abdurrahman bin Abu Bakar dengan sanad yang sampai kepada Syeikh Ali bin Abu Bakar. Sanad Syeikh Ali ini telah disebutkan dalam kitabnya Al-Burqah. Dan di antara murid-murid Habib Umar adalah Habib Abdullah bin Alwi al-Haddad, Sayid Ali bin Umar bin Husein bin Ali bin Syaikh Abu Bakar, dan Syaikh Ali bin Abdullah Baras. Menulis Ratib Al-Atthas Habib Umar bin Abdurrahman al-Atthas menggubah ratib yang diberi nama "Azizul Manalwa Fathu Babil Wishal" anugerah agung dan pembuka pintu tujuan yang terkenal juga dengan nama Ratibul Atthas. Ratib ini merupakan wirid yang banyak mendatangkan faedah bagi yang gemar membacanya, terutama bagi yang sedang mengalami kesulitan. Habib Umar al-Attas sendiri berwasiat, "Rahasia dan hikmah telah kutitipkan di dalam Ratib itu.โ€ Habib Umar bin Abdurrahman al-Atthas wafat pada tengah malam malam Kamis tanggal 23 Rabi'ul Akhir 1072 H/ 1652 M di desa Nafhun. Jenazah beliau dimakamkan di desa Huraidzah pada kamis sore. Disebutkan oleh Syaikh Abdullah bin Syaikh Ali bin Abdullah Baras, โ€œKetika Syaikh Ali Baras wafat, Syaikh Muhammad bin Ahmad Bamasymusy mimpi bertemu dengan Syaikh Ali Baras dan ia bertanya kepadanya, Dimanakah engkau bertemu dengan Habib Umar?โ€™Jawab Syaikh Ali Baras, Aku sempat berjabat tangan dengan Habib Umar di dekat arasy Allah SWT.โ€™โ€ Baca juga Sayyid Ahmad Zaini Dahlan Ahlul Bait Maha Guru Ulama Nusantara Berikut adalah beberapa kata-kata mutiara Habib Umar bin Abdurrahman al-Atthas Setiap orang akan diwafatkan dalam kondisi sesuai kebiasaan semasa hidupnya. Oleh karena itu perhatikanlah kebiasaan baik yang engkau menginginkan wafat dalam kondisi tersebut, dan jauhilah kebiasaan buruk yang engkau tidak ingin wafat dalam kebiasaan seperti itu. Sumber-sumber ilmu tidak akan berkurang sedikit pun dari generasi terkemudian. Akan tetapi pada umumnya mereka datang dengan membawa wadah yang bocor, sehingga tidak memperoleh ilmu kecuali sedikit. Hendaknya orang orang yang menghendaki keselamatan akhirat meninggalkan tidurnya, demi untuk mendapatkan siraman rahmat di malam hari. Buah kurma atau ketimun dari sumber yang halal, lebih baik dari bubur daging dari sumber yang syubhat. Perbanyaklah membaca istighfar dan shalawat, karena keduanya adalah sebaik-baik dzikir yang dapat menolong kesulitan di masa kini. Sekarangdikenal bermarga Al-Attas, Al-Haddad, Assegaf, Al-Habsyi, Alaydrus, Al-Jufri, Syihab, Syahab, dan masih banyak lainnya. Informasi dari Rabithah Alawiyah (lembaga pencatat keturunan Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wassallam), dari 100 lebih kabilah Alawiyah, kini hanya 68 marga keturunan Nabi yang tersisa. Identification and expression analysis of C2H2 zinc finger protein gene reveals their role in stress tolerance in Brassica napus Kaur K, Megha S, Wang Z, Kav NNV, Rahman H Genome. 2023 February; Early-stage responses to Plasmodiophora brassicae at the transcriptome and metabolome levels in clubroot resistant and susceptible oilseed Brassica napus Adhikary D, Kisiala A, Sarkar A, Basu U, Rahman H, Emery N, Kav NNV Molecular Omics. 2022 November; 18 Genome-wide identification of Biotin Carboxyl Carrier subunits of Acetyl-CoA Carboxylase in Brassica and their role in stress tolerance in oilseed Brassica napus Megha S, Wang Z, Kav NNV, Rahman H BMC Genomics. 2022 October; 23 107 Genome editing for the improvement of oilseed crops Sarkar A, Joshi R, Basu U, Rahman H, Kav NNV In Genome Editing Technologies for Crop Improvement" eds Kaijun Zhao, Rukmini Mishra, Raj Kumar Joshi, Springer Nature. 2022 August; Identification of QTL and alleles for agronomic and seed quality traits in Brassica C genome using an oilseed Brassica napus population diversified with B. oleracea Nikzad A, Kebede B, Megha S, Buchwaldt M, Parkin IAP, Rahman H Crop Science. 2022 August; 63 155-73 Genetic and molecular analysis reveals that two major loci and their interaction confer clubroot resistance in canola introgressed from rutabaga Wang Z, Megha S, Kebede B, Kav NNV, Rahman H The Plant Genome. 2022 May; Introgression of Resistance to Multiple Pathotypes of Plasmodiophora brassicae from Turnip Brassica rapa ssp. rapifera into Spring B. napus Canola Kawalpreet Kaur, Yingyi Liu, Habibur Rahman Agronomy. 2022 May; 12 A proteome-level investigation into Plasmodiophora brassicae resistance in Brassica napus canola Adhikary D, Mehta D, Uhrig RG, Rahman H and Kav NNV Front. Plant Sci.. 2022 March; 13 860393 Analysis of SNP and SSR markers for the estimates of genetic diversity by using two oilseed Brassica napus populations carrying genome contents of Brassica oleracea Jiang J, Kebede B, Rahman H Can J Plant Sci. 2022 January; 102 Analysis of SNP and SSR markers for the estimates of genetic diversity by using two oilseed Brassica napus populations carrying genome contents of Brassica oleracea Jiang J, Kebede B, Rahman H Can J Plant Sci. 2022 January; 102 Mapping clubroot resistance of Brassica rapa introgressed into Brassica napus and development of molecular markers for the resistance Hasan J, Shaikh R, Basu, U, Rahman H Crop Science. 2021 August; 61 64112-4127 Mapping of flowering time, seed quality and clubroot resistance in rutabaga ร— spring canola populations and their association 3. Hasan J, Shaikh R, Megha S, Herrmann DT, Kebede B, Rahman H. Euphytica. 2021 July; 217 160 Potential of rutabaga Brassica napus var. napobrassica gene pool for use in the breeding of hybrid spring Brassica napus canola Shiranifar B, Hobson N, Kebede B, Yang R-C, Rahman H Plant Breeding. 2021 April; 40 Comparative transcriptome analysis of canola carrying clubroot resistance from 'Mendel' or Rutabaga and the development of molecular markers Summanwar A, Farid M, Basu U, Kav N, Rahman H Physiological and Molecular Plant Pathology. 2021 March; 114 Clubroot in Brassica Recent advances in genomics, breeding and disease management Hasan J, Megha S, Rahman H Genome. 2021 March; 64 Inheritance of resistance to the newly evolved Plasmodiophora brassicae pathotypes in Brassica napus L. Shaikh R, Farid M, Rahman H Can J Plant Pathol. 2021 January; 43 2256-266 Evaluation of Brassica oleracea accessions for resistance to Plasmodiophora brassicae and identification of genomic regions associated with resistance Farid M, Yang R-C, Kebede B, Rahman H Genome. 2020 October; 63 Mapping of seed quality traits in the C genome of Brassica napus by using a population carrying genome content of B. oleracea and their effect on other traits Rahman H, Kebede B The Plant Genome . 2020 June; Identification of lncRNAs in response to infection by Plasmodiophora brassicae in Brassica napus and development of lncRNA-based SSR markers Summanwar A, Basu U, Kav N, Rahman H Genome. 2020 June; 63 Study of the genetic structure of a Brassica napus canola population derived from six interspecific crosses of B. napus ร— B. oleracea Nikzad A, Kebede B, Bhavikkumar J, Rahman H Can J Plant Sci. 2020 June; Non-coding RNAs as emerging targets for crop improvement a review Summanwar A, Basu U, Rahman H, Kav N Plant Science. 2020 May; 297 Potential of rutabaga Brassica napus var. napobrassica gene pool for use in the breeding of B. napus canola Shiranifar B, Hobson N, Kebede B, Yang R-C, Rahman H Crop Science. 2020 February; 60 Potential of the C genome of the different variants of Brassica oleracea for heterosis in spring B. napus canola Nikzad A, Kebede B, Pinzon J, Bhavikkumar J, Wang X, Yang R-C, Rahman H Front Plant Sci . 2020 January; 10 QTL mapping of root and aboveground biomass in the Brassica C genome using a B. napus population carrying genome content introgressed from B. oleracea Kebede B, Rahman H Molecular Breeding. 2019 December; 39 Potential of the C-genome of different variants of Brassica oleracea for the improvement of agronomic and seed quality traits of B. napus canola Nikzad A, Kebede B, Pinzon J, Bhavikkumar J, Yang R-C, Rahman H Crop Science. 2019 October; 59 Identification of lncRNAs responsive to infection by Plasmodiophora brassicae in clubroot-susceptible and resistant Brassica napus lines carrying resistance introgressed from rutabaga Summanwar A, Basu U, Rahman H, Kav N Molecular Plant-Microbe Interactions. 2019 May; 32 Fine mapping of the major QTL for seed coat color in Brassica rapa var. Yellow Sarson by use of NIL populations and transcriptome sequencing for identification of the candidate genes Zhao H, Basu U, Kebede B, Qu C, Li J, Rahman H PLoS ONE. 2019 February; 14 Association of fusarium wilt susceptibility with clubroot resistance of the winter Brassica napus canola cv. Mendel Rahman H, Franke C Can J Plant Path. 2019 January; 41 Introgression of allelic diversity from genetically distinct variants of Brassica rapa into Brassica napus canola and inheritance of the B. rapa alleles Attri R, Rahman H Crop & Pasture Sci . 2018 November; 69 Broadening the genetic base of Brassica napus canola by interspecific crosses with different variants of B. oleracea Iftikhar R, Wang X, Rahman H Euphytica. 2018 July; 314 Resynthesis of Brassica juncea for resistance to Plasmodiophora brassicae pathotype 3 Hasan MJ, Rahman H Breeding Science . 2018 July; 68 Molecular mapping of QTL alleles of Brassica oleracea affecting days to flowering and photosensitivity in spring Brassica napus Rahman H, Bennett RA, Kebede B PLoS ONE. 2018 January; 13 UA AlfaGold Clearfield herbicide-tolerant spring Brassica napus canola developed from winter ร— spring canola cross Rahman H Can J Plant Sci. 2017 July; 97 Mapping of days to flower and seed yield in spring oilseed Brassica napus carrying genome content introgressed from B. oleracea Rahman H, Bennett RA, Kebede B Molecular Breeding. 2017 January; 37 Patterns of heterosis in three distinct inbred populations of spring Brassica napus canola Rahman H, Bennett RA, Yang R-C, 2016 Crop Sci. 2016 August; 56 Genetics and molecular mapping of resistance to Plasmodiophora brassicae pathotypes 2, 3, 5, 6 and 8 in rutabaga Brassica napus var. napobrassica Hasan MJ, Rahman H Genome. 2016 June; 59 Mapping of the clubroot disease resistance in spring Brassica napus canola introgressed from European winter canola cv. Mendelโ€™ Fredua-Agyeman R, Rahman H Euphytica. 2016 June; 211 Oilseeds in North America McVetty PBE, Lukow OM, Hall LM, Rajcan I, Rahman H In Encyclopedia of Food Grains, 2nd Edition, Wrigley C, Corke H, Seetharaman K, Faubion J eds.. 2016 June; 1 Genome-wide identification of SSR markers in the Brassica A genome and their utility in breeding Hobson N, Rahman H Can J Plant Sci. 2016 May; 96 Down regulation of the IND gene causes male sterility in canola Brassica napus L. El-Mezawy A, Al-Forkan M, Wu L, Weselake RJ, Shah S, Rahman H Biocatalysis & Agric Biotech . 2016 February; 6 Broadening genetic diversity in Brassica napus canola Development of canola quality B. napus lines from B. napus ร— B. oleracea var. alboglabra interspecific cross Rahman H, Bennett RA, Ginette S-S Can J Plant Sci. 2015 January; 95 Development and characterization of low ฮฑ-linolenic acid Brassica oleracea lines bearing a novel mutation in a class aโ€™ FATTY ACID DESATURASE 3 gene Singer S, Weselake RJ, Rahman H BMC Genetics. 2014 August; 15 Quantitative trait loci QTL mapping of silique length and petal color in Brassica rapa Kebede B, Rahman H Plant Breed. 2014 January; 133 Genetic study and QTL mapping of seed glucosinolate content in the Brassica A-genome, B. rapa L Rahman H, Kebede B, Zimmerli C, and Yang R-C Crop Sci. 2014 January; 54 Genetics and breeding for clubroot resistance in Canadian spring canola Brassica napus L. Rahman H, Peng G, Yu F, Falk KC, Kulkarni M, Selvaraj G Can J Plant Path. 2014 January; 36 S1122โ€“134 Molecular cytogenetic identification of B genome chromosomes linked to blackleg disease resistance in Brassica napus ร— B. carinata interspecific hybrids Fredua-Agyeman R, Coriton O, Huteau V, Parkin IAP, Chรจvre A-M, Rahman H Theor Appl Genet. 2014 January; 127 Increasing seed oil content in Brassica species through breeding and biotechnology Rahman H, Harwood J, Weselake R Lipid Tech. 2013 January; 25 Review Breeding spring canola Brassica napus L. by the use exotic germplasm Rahman H Can J Plant Sci. 2013 January; 93 Development of low linolenic acid Brassica oleracea lines through seed mutagenesis and molecular characterization of the mutants Rahman H, Singer SS, Weselake RJ Theor Appl Genet. 2013 January; 126 Improvement of spring canola Brassica napus L. by use of winter canola. Rahman H, Kebede B J Oilseed Brassica. 2012 January; 3 Broadening genetic diversity in canola Brassica napus L. using the C-genome species B. oleracea Bennett RA, Sรฉguin-Swartz G, Rahman H Crop Sci. 2012 January; 52 Screening of Brassica germplasm for resistance to Plasmodiophora brassicae pathotypes prevalent in Canada for broadening diversity in clubroot resistance Hasan MJ, Strelkov SE, Howard RJ, Rahman H Can J Plant Sci. 2012 January; 92 Construction of genetic linkage map and mapping of QTL for seed color in Brassica rapa Kebede B, Cheema K, Greenshields DL, Li C, Selvaraj G, Rahman H Genome. 2012 January; 55 72P01 CL Clearfield herbicide tolerant spring canola Brassica napus L Rahman MH, Stringam GR, Degenhardt DF Can J Plant Sci. 2011 January; 91 Breeding for clubroot resistant spring canola Brassica napus L. for the Canadian prairies Can the European winter canola cv. Mendel be used as a source of resistance? Rahman H, Shakir A, Hasan MJ Can J Plant Sci. 2011 January; 91 Analysis of B-genome chromosome introgression in interspecific hybrids of Brassica napus ยด B. carinata Navabi ZK, Stead KE, Pires JC, Xiong Z, Sharpe AG, Parkin IAP, Rahman MH, Good AG Genetics. 2011 January; 187 Exploitation of the late flowering species Brassica oleracea L. for the improvement of earliness in B. napus L. โ€“ an untraditional approach Rahman MH, Bennett RA, Yang R-C, Thiagarajah MR Euphytica. 2011 January; 177 Improvement of open-pollinated spring rapseed Brassica napus L. through introgression of genetic diversity from winter rapeseed Kebede B, Thiagarajah MR, Zimmerli C, Rahman MH Crop Sci. 2010 January; 50 Brassica B-genome resistance to stem rot Sclerotinia sclerotium in a doubled haploid population of Brassica napus ร— Brassica carinata Navabi ZK, Strelkov SE, Good AG, Thiagarajah MR, Rahman MH Can J Plant Path. 2010 January; 32 Analysis of genotype-environment interactions from a genome-wide survey of quantitative trait loci in a barley population Ham BJ, Spaner D, Rahman MH, Yeh FC, Yang R-C Current Topics Genet. 2010 January; 4 Introgression of B-genome chromosomes in a doubled haploid interspecific population of Brassica napus ร— B. carinata Navabi ZK, Parkin IAP, Pires CJ, Xiong Z, Thiagarajah MR, Good AG, Rahman MH Genome. 2010 January; 53
amyotrophiclateral sclerosis, or als, is a disease that attacks the nerve cells in your brain an. habib umar bin abdurrahman alattas, satu sosok lagi yg menjadi tauladan ulama lainnya dimana hidupnya yg penuh dg sifat mulia diantaranya . "wahai abdul rahman, pergilah bersama umar, dan ikuti serta pegangi pendapatnya, sekalipun kau adalah ayahnya
Biografi Habib Umar Bin Abdurrahman al-atthas shohibur-Ratib Asal-usul penamaan Al Atthos Al Faqih Abdullah bin Umar Ba Abbad berkata, โ€œDigelari Al Atthos karena ia bersin dalam perut ibunya.โ€ Al Habib Ali bin Hasan Al Atthos berkata โ€œApa yang diungkapkan oleh Syekh Abdullah itu memang jelas dan benar adanya, dan berdasarkan riwayat yang kami temukan, orang yang pertama kali bersin dalam perut ibunya adalah Al Habib Aqil bin Salim. Tetapi kemudian yang lebih dikenal menyandang gelar itu adalah Al Habib Umar bin Abdurrahman dan para keturunannya. Adapun keturunan Al Habib Aqil bin Salim, mereka lebih dikenal dengan sebutan Al Aqil bin Salim saja.โ€ โ€ข Kelahiran dan Masa Kecil Shohiburrotib Al Habib Umar bin Abdurrahman bin Aqil Al Atthos bin Salim bin Abdullah bin Abdurrahman bin Abdullah bin Syekh Wajihuddin Abdurrahan As-Segaf bin Muhammad Maula Dawilah bin Ali bin Alwi bin Al Faqih Al Muqaddam Muhammad bin Ali bin Muhammad Shohibul Marbath bin Ali Kholiโ€™ Qasam bin Alwi bin Muhammad bin Alwi bin Ubaidillah bin Ahmad bin Isa Ar-Rumi bin Muhammad An-Naqib bin Ali Al Uraidhi bin Jaโ€™far Ash-Shadiq bin Muhammad Al Baqir bin Ali Zainal abidin bin Husein bin Fathimah Az-Zahro binti Rasulullah saw istri Imam Ali bin Abi Thalib, lahir di kota Lisik tidak jauh dari kota Tarim pada tahun 992 H. Ayahnya yaitu As Sayyid Abdurrahman bin Aqil Alโ€™Atthos adalah seorang arif billah, sekaligus ulama berpengetahuan luas. Ibundanya yaitu syarifah Muznah binti Muhammad bin Ahmad Al Jufri. Kakeknya As Sayyid Aqil bin Salim adalah saudara kembar fakhrul Wujud Syekh Abu Bakar bin Salim Shohib Inat. Beliau dibesarkan di bawah bimbingan ayahandanya dengan bimbingan yang sempurna dan beradab tinggi. Sejak kecil beliau telah kehilangan penglihatan kedua matanya. Namun ALLAH menggantinya dengan mata hati yang bercahaya dan terang benderang, disertai kecerdasan yang luar biasa sehingga beliau mampu menghafal semua yang beliau dengan dari guru-guru beliau. Ayah beliau berkata kepada Syekh Abdurrahman bin Abdullah Al Junaid โ€œHati-hati dengan anakku Umar, karena kedua matanya tidak dapat melihat.โ€ Syekh Abdurrahman Al Junaid berkata, โ€œKedua mata lahir Umar memang tidak dapat melihat, akan tetapi mata batinnya terang dan memancarkan cahaya. Sewaktu ibunda beliau mendatangi salah seorang Sholihin seraya berkata, โ€œAnak saya ini tidak bisa melihat, sedangkan ayahnya adalah seorang faqir yang tidak berharta.โ€ Orang Shalih itu berkata, โ€œEngkau tak perlu khawatir! Sesungguhnya anak ini kelak akan memiliki masa depan yang cemerlang dan keagungan maqom yang tak terbayangkan, dia akan memiliki keturunan yang sangat banyak seperti keluarga fulan bin fulan.โ€ โ€ข Hijrah ke Huraidhoh Al Habib Husain bin Syekh Abu Bakar bin Salim seringkali berkata, โ€œWahai keluarga Ba Alawi Huraidhoh.โ€ Orang-oangpun bertanya keheranan, โ€œBukankah tidak ada satu orangpun dari kalangan alawiyyin yang menetap di Huraidhoh?โ€ Al Habib Husain berkata โ€œMereka akan datang dan bermukim di Huraidhoh, tempat itu akan menjadi sebuah tempat yang ramai diziarahi, kubah-kubah dan masjid akan menghiasi kota itu.โ€ Sewaktu Al Habib Umar masuk usia remaja, Al Habib Husein bin Asy-Syekh Abu Bakr memerintahkannya untuk pergi ke Huraidhoh sebagai juru dakwah yang menyebarkan ajaran islam disana. Al Habib Umar pun bergegas untuk pergi berdakwah di Huraidhoh. Pada saat darang ke Huraidhoh, beliau disambut oleh Najad Adz-Dzibani yang kemudian memintanya untuk tetap tinggal di rumahnya selama beliau berada di kota itu. Ia berkata โ€œRumah ini adalah rumah anda sendiri wahai Al Habib.โ€ Al Habib Umar memutuskan untuk menetap di Huraidhoh, beliau kembali ke Lisik untuk membawa seluruh anggota keluarganya. Setibanya di Huraidhoh, sang ayah, Al Habib Abdurrahman Al Atthas jatuh sakit dan meninggal dunia. Inna lillahi wa inna ilaihi rojiโ€™un. Setelah Al Habib Umar menetap di Huraidhoh, Syekh Abdullah bin Ahmad Al Afif seorang wali besar bernazar untuk mempersembahkan bagian dari kebun kurmanya untuk Al Habib Umar. Tetapi setelah beliau terima, beliau menyerahkan pemberian itu kepada penduduk setempat. โ€œItulah nazar saya unruk kalian, maka terimalah nazar itu.โ€ โ€œKenapa tidak engkau tinggalkan untuk anak dan keluargamu?โ€ kata sebagian orang. Al Habib Umar menjawab, โ€œAnak-anak saya kelak akan menguasai seluruh negeri ini.โ€ Dan benar saja, anak cucu keturunan Al Habib Umar Al Atthas sangat banyak dan menyebar di seluruh penjuru negeri. โ€ข Guru-guru besar Al Habib Umar dan sanad-sanadnya Shohiburrotib Al Habib umar mengembil libas khirqoh dari Syekh Husein bin Syekh Abu bakar bin salim dan saudaranya Syekh Umar Muhdhor. Mereka berdua mengambilnya dari ayah mereka, Syekh Abu Bakar bin Salim, Shohib Inat. Syekh Abu Bakar mengambilnya dari Syekh Syihabuddin Ahmad bin Abdurrahman, dari ayahnya Syekh Abdurrahmab bin Ali, dari ayahnya Syekh Ali bin Abu Bakar, dari ayahnya SYekh Abu Bakr Assakran, dari ayahnya Asy-Syekh Al Kabir Abdurrahman Assegaf. Asy-Syekh Al Kabir Abdurrahman Assegaf mengambil libas khirqoh dari Muhammad Maula Dawilah, dari ayahnya Ali, dari ayahnya Al Faqih Al Muqaddam Muhammad binโ€™Ali Baโ€™Alawi. Al Faqih Al Muqaddam Muhammad binโ€™Ali Baโ€™Alawi mengambil libas khirqoh jalur kakek-kakek beliau dan jalur biasa. Berkaitan dari jalur kakek-kakeknya, Al Faqih Al Muqaddam Muhammad binโ€™Ali Baโ€™Alawi mengambil dari Ali bin Muhammad Shohibul Mirbath, dari Ali Khaliโ€™ Qasam, dari Ali bin Muhammad Shohibul Shaumaโ€™ah, dari alwi Shohibul Sumul, dari Ubaidillan ibn Ahmad AL Muhajir, dari Isa Arrumi, dari Muhammad Annaqib, dari Al Imam Ali Al Uaidhi, dari Al Imam Jaโ€™far Ash-shodiq, dari Al Imam Muhammad Al Baqir, dari al Imam Ali Zainal Abidin, dari ayah dan pamannya, Al Imam Husein dan Al Imam Hasan bin Ali bin Abi tholib. Keduanya mengambil dari Rasulullah saw. Sedangkan Rasulullah saw memperoleh pendidikan dari ALLAH SWT melalui Malaikat Jibril. Rasulullah saw berkata, โ€œTuhanku mendidik aku, dan didikan-NYA padaku sangat baik.โ€ Sedangkan melalui jalur biasa, Al Faqih Al Muqaddam mengambil libas khirqoh shufiyyah dari Syuโ€™aib Abu Madyan at-Tilimsani Al Maghribi, melalui Syekh Abdurrahman Al muqโ€™ad dan Syekh Abdullah Ash-Shaleh, dari Syekh Abu Yaโ€™za Al Maghribi, dari Syekh Abul Hasan bin Harzam Abu Harzam, dari Syekh Abu Abu Bakar bin Muhammad bin Abdullah bin al Arabi dan Al Qadhi Al Maghafiri, dari Syekh Hujjatul Islam al Imam Ghazzali, dari Imam Haramain Abdul Malik bin Asy-Syekh Abu Abdillah bin Yusuf al Juwaini, dari ayahnya, dari Abu Thalib Al Makki, dari Asy-Syekh Al Ustadz Asy-Syibli, dari SAayyidut-Thaโ€™ifah Al Junaid, dari Dawud Ath-Thaโ€™I, dari Habib Al Ajmiโ€™, dari hasan Al Bashri, dari Al Imam Ali bin bin Abi Thalib. Selanjutnya Imam Ali mengambil dari Rasulullah saw dan Rasulullah memperoleh pendidikan dari ALLAH SWT melalui Jibril. โ€ข Murid-murid dan Thoriqoh Al Habib Umar Di antara murid Al Habib Umarialah As-Sayyid Al habib Abdullah bin Alwi Al Haddad. Dan murid-murid lainnya adalah Al habib Ahmad bin Zein Al Habsyi, As-Sayyidul Jalil Ahmad bin Hasyim Al Habsyi, As-Sayyidul Jalil Ali bin Umar bin Husein bin Asy-syekh Ali, putera-putera Al habib Umar sendiri dan masih banyak lagi murid-murid beliau lainnya, khususnya yang berasal dari Wadi Dauโ€™an dari keturunan Al Amudi dan keturunan para sayyid keluarga Al Barr, seperti Al Habib Umar bin Abdurrahman Al Barr. โ€ข Karangan-karangan Al Habib Umar Tidak pernah kita dengar bahwa Al Habib Umar memiliki karya tulis selain Ratibul Atthas. Pernah ada seseorang bertanya kepada Al Habib Abdullah bin Alwi Al Haddad apa saja karya Al Habib Umar Al Atthas. Dengan tegasnya Al Habib Abdullah bin Alwi Al Haddad berkata, โ€œaku adalah salah satu karya besar Al Habib Umar bin Abdurrahman Al Atthas.โ€ Al Habib Umar bin Abdurrahman Al Atthas wafat pada malam Kamis tanggal 23 Rabiโ€™uts Tsani tahun 1072 H di rumah kediaman beliau di kota Nafhun, setelah sebelumnya beliau menderita sakit selama 7 hari. Jenazah beliau diantar ke Huraidhoh untuk dikebumikan di sana. Usai penguburan jasad beliau, Huraidhoh dibasahi oleh rintik-rintik hujan gerimis pertanda turunnya keberkahan pada kota Huraidhoh dan sekitarnya. Semoga kelak kita semua dapat mengikuti jejak beliau dan semoga kita semua dibangkitkan dan dikumpulkan bersama beliau dan kakek-kakeknya sampai ke Rasulullah saw, Amiin. dikutip dari Tanwirul Qulub wal Hawas, Riwayat hidup singkat Al Habib Umar bin Abdurrahman Alโ€™Atthas, dikutip dari kitab Al Qirthas ==== REFF NU Online
Sanadkeilmuan Guru Mulia Al Musnid Al Habib Umar bin Hafidz, disampaikan oleh beliau secara langsung di Auditorium Universitas Islam Sultan Agung, Semarang, Jawa Tengah, Rabu, 25 September 2019. 7. dari Imam Al Habib Umar bin Abdurrahman Al Attas. 8. dari Habib Husein bin Syekh Abu Bakar bin Salim. 9. dari Ayahnya yaitu Syaikh Abu Bakar
Ilustrasi Dzikir Ratib Al Attas. Foto Al Attas adalah bacaan doa dan wirid karya Al Habib Umar bin Abdurrahman Al Attas. Ratib ini berisi doa-doa mustajab yang berasal dari Alquran dan hadist nabi Muhammad SAW. Bacaan dzikir ini cukup dikenal dan banyak diamalkan oleh masyarakat dari buku Amalan Sehari-hari oleh Pesantren Al Khairaat, Al Habib Umar bin Abdurrahman Al Attas merupakan kiai asal Yaman yang lahir di Hadramaut pada tahun 992 H. Al Habib Umar bin Abdurrahman Al Attas terkenal sebagai pribadi yang khumul tertutup dan tidak terlalu menonjolkan diri. Salah satu karyanya yang terkenal dan diwarisi hingga kini adalah Ratib Al Attas adalah salah satu amalan Thariqah Awaliyyah yang menjadi bagian dari rutinitas pengikut habib saat ini. Ratib ini merupakan amalan induk marga Al Attas yang diamalkan secara turun temurun, serta disebarluaskan oleh para habib saat berkunjung ke berbagai tempat banyak keutamaan yang bisa didapat seorang Muslim yang membaca dzikir Ratib Al Attas. Untuk mengetahuinya, simak penjelasan Ratib Al AttasIlustrasi Dzikir Ratib Al Attas. Foto ini disebutkan dalam kitab Al Qirthas Syarah Rattib Al Attas, antara lain1. Diberikan Kelapangan dan Keberkahan oleh Allah satu manfaat Ratib Al Attas yang disebutkan secara eksplisit dalam kitab Al Qirthas Syarah Rattib Al Attas adalah bahwa bacan ini dapat membawa keberkahan dan kelapangan bagi setiap umat yang mengamalkannya.โ€œSayyid al-Imam Isa bin Muhammad al-Habsyi berkata Diriwayatkan dari Tuanku Umar penyusun Ratib al-Attas perkataan yang cukup banyak tentang keutamaan Ratib ini. Pernah suatu ketika datang kepada Sayyid Umar orang-orang yang berkeluh kesah tentang sengsara dan sulitnya mencari biaya hidup, lalu beliau memerintahkan pada mereka untuk membaca ratib ini dan membaca bacaan tauhid Lรข ilรขha illa Allรขh setelahnya. Mereka pun melakukan perintah itu, tak lama kemudian Allah memberikan kelapangan pada mereka lantaran keberkahan Ratib al-Attas."2. Menjaga Suatu Perkampungan dari PetakaTidak hanya memiliki fadhilah bagi pribadi, Ratib Al Attas disebut-sebut dapat membawa keberuntungan bagi suatu perkampungan atau daerah. Ratib ini bisa menjaga penghuninya dari segala malapetaka yang menghampiri mereka.โ€œTelah sampai padaku riwayat dari Syekh Ali bin Abdillah Baraโ€™as bahwa Roti ini ketika dibaca di perkampungan atau di sebuah daerah maka penghuni perkampungan atau daerah tersebut akan aman dari petaka dan Ratib ini menjaga mereka serta melindungi mereka dari petaka, layaknya dijaga 70 penunggang kuda, hal ini sudah tidak diragukan lagiโ€ Sayyid Ali bin Hasan bin Abdillah al-Attas, Al-Qirthas Syarah Ratib al-Attas, hal. 9.3. Diampuni Dosa-dosanyaSayyidโ€™Isa berkata โ€œTelah mengkhabarkan kepadaku orang yang terpercaya, ia meriwayatkan dari Syekh Ali bin Abdullah Baraโ€™as, murid dari Sayyid Umar bahwa ia melihat tulisan yang didalamnya tercatat Barang siapa yang tekun mengamalkan ratib ini, maka dosa-dosanya diharapkan dapat diampuniโ€™,โ€ Sayyid Ali bin Hasan bin Abdillah al-Attas, Al-Qirthas Syarah Ratib al-Attas, hal. 8.Cara Mengamalkan Ratib Al AttasIlustrasi mengamalkan dzikir ratib al dari buku Amalan Sehari-hari oleh Pesantren Al Khairaat, cara mengamalkan Ratib Al Attas dapat dilakukan dengan membacanya secara samar atau pelan-pelan tatkala seseorang membaca dzikir ini sendirian. Sedangkan saat membaca secara berjamaah, maka dibaca dengan suara sedang, tidak terlalu pelan tapi juga tidak terlalu ulama berkata, Sayyid Umar senang membaca ratib ini dengan suara yang pelan. Beliau tidak menyukai membaca dengan lantang dan keras. Selain itu, membaca samar lebih dekat untuk mencapai Al Attas Dibaca Kapan?Sejatinya, Ratib Al Attas bisa dibaca kapan saja. Namun, kitab Al Qirthas Syarah Rattib Al Attas menyebutkan waktu membaca Ratib Al Attas yang disarankan, yakni setelah sholat Isya.โ€œTelah menjadi tradisi bagi para sesepuh kami, khususnya tradisi dari al-Habib Husein bin Umar membaca Ratib al-Attas adalah setelah solat Isyaโ€™. Kebiasaan itu dilakukan oleh Habib Husein beserta pengikut-pengikutnya secara turun-temurun kecuali di bulan Ramadhan.โ€Di bulan Ramadhan, Ratib Al Attas lebih dianjurkan untuk dibaca sebelum sholat Isya. Ada pula yang lebih gemar membacanya di pagi dan sore hari, sebab dalam hadits-hadits Nabi SAW ada beberapa kalimat dzikir yang disunnahkan dibaca di waktu-waktu Ratib Al AttasSetelah mengetahui keutamaan dan waktu membacanya, amalkan sunnah tersebut dengan membaca bacaan Ratib Al Attas dalam bahasa Arab dan latinnya berikut Al Attas ArabุงูŽู„ู’ููŽุงุชูุญูŽุฉู ุงูู„ูŽู‰ ุญูŽุถู’ุฑูŽุฉู ุงู„ู†ูŽู‘ุจููŠูู‘ ู…ูุญูŽู…ูŽู‘ุฏู ุตูŽู„ูŽู‘ู‰ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุขู„ูู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ูŽู‘ู…ูŽ, ุงูŽุนููˆุฐูุจูุงู„ู„ู‡ู ู…ูู†ูŽ ุงู„ุดูŽู‘ูŠู’ุทูŽุงู†ู ุงู„ุฑูŽู‘ุฌููŠู’ู…ู ุจูุณู’ู…ู ุงู„ู„ู‡ู ุงู„ุฑูŽู‘ุญู’ู…ูŽู†ู ุฑูŽุจูู‘ ุงู„ู’ุนูŽุงู„ูŽู…ููŠู’ู†ูŽโ€ฆ ุงู„ุฎุฑุณููˆู’ุฑูŽุฉู ุงู„ู’ููŽุงุชูุญูŽุฉ3x ุงูŽุนููˆู’ุฐูุจูุง ู„ู„ู‡ู ุงู„ุณูŽู‘ู…ููŠู’ุนู ุงู„ู’ุนูŽู„ููŠู’ู…ู ู…ูู†ูŽ ุงู„ุดูŽู‘ูŠู’ุทูŽุง ู†ู ุงู„ุฑูŽู‘ุฌููŠู’ู…ูู„ูŽูˆู’ุงูŽู†ู’ุฒูŽู„ู’ู†ูŽุง ู‡ูŽุฐูŽุง ุงู„ู’ู‚ูุฑู’ุขู†ูŽ ุนูŽู„ูŽู‰ ุฌูŽุจูŽู„ู ู„ูŽุฑูŽุงูŽูŠู’ุชูŽู‡ู ุฎูŽุงุดูุนู‹ุง ู…ูุชูŽุตูŽุฏูู‘ุนู‹ุง ู…ูู†ู’ ุฎูŽุดู’ูŠูŽุฉู ุงู„ู„ู‡ู ูˆูุชูู„ู’ูƒูŽ ุงู’ู„ุงูŽู…ู’ุซูŽุงู„ู ู†ูŽุถู’ุฑูุจูู‡ูŽุง ู„ูู„ู†ูŽุงุณู ู„ูŽุนูŽู„ูŽู‘ู‡ูู…ู’ ุงู„ูŽู‘ุฐููŠู’ ู„ุงูŽุงูู„ูŽู‡ูŽ ุงูู„ุงูŽู‘ ู‡ููˆูŽุนูŽุงู„ูู…ู ุงู’ู„ุบูŽูŠู’ุจู ูˆูŽุงู„ุดูŽู‘ู‡ูŽุงุฏูŽุฉู ู‡ููˆูŽุงู„ุฑูŽู‘ุญู’ู…ูŽู†ู ุงู„ุฑูŽู‘ุญููŠู’ู…ูู‡ููˆูŽุงู„ู„ู‡ู ุงู„ูŽู‘ุฐููŠู’ ู„ุข ุงูู„ูŽู‡ูŽ ุงูู„ุงูŽู‘ ู‡ููˆูŽุงู’ู„ู…ูŽู„ููƒู ุงู’ู„ู‚ูุฏูู‘ูˆู’ุณู ุงู„ุณูŽู‘ู„ุงูŽู…ู ุงู’ู„ู…ูุคู’ู…ูู†ู ุงู’ู„ู…ูู‡ูŽูŠู’ู…ูู†ู ุงู’ู„ุนูŽุฒููŠู’ุฒูุงู’ู…ุฌูŽุจูŽุงุฑู ุงู’ู„ู…ูุชูŽูƒูŽุจูู‘ุฑู ุณูุจู’ุญูŽุงู†ูŽ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู…ูŽู‘ุงูŠูุดู’ุฑู ูƒููˆู’ู†ูŽู‡ููˆูŽุงู„ู„ู‡ู ุงู’ู…ุฎูŽุงู„ูู‚ู ุงู’ู„ุจูŽุงุฑูุฆู ุงู’ู„ู…ูุตูŽูˆูู‘ุฑูู„ูŽู‡ู ุงู’ู„ุงูŽุณู’ู…ูŽุงุกู ุงู’ู…ุญูุณู’ู†ูŽู‰ ูŠูุณูŽุจูู‘ุญู ู„ูŽู‡ู ู…ูŽุงููู‰ ุงู„ุณูŽู‘ู…ูŽูˆูŽุงุชู ูˆูุงู’ู„ุงูŽุฑู’ุถู ูˆูŽู‡ููˆูŽ ุงู„ู’ุนูŽุฒููŠู’ุฒูุงู’ู…ุญูŽูƒููŠู’ู…ู3x ุงูŽุนููˆู’ุฐูุจูุงู„ู„ู‡ู ุงู„ุณูŽู‘ู…ููŠู’ุญู ุงู’ู„ุนูŽู„ููŠู’ู…ู ู…ูู†ู’ ุงู„ุดูŽู‘ูŠู’ุทูŽุงู†ู ุงู„ุฑูŽู‘ุฌููŠู’ู…ู3x ุงูŽุนููˆู’ุฐู ุจููƒูŽู„ูู…ูŽุงุชู ุงู„ู„ู‡ู ุงู„ุชูŽู‘ุง ู…ูŽู‘ุงุชู ู…ูู†ู’ ุดูŽุฑูู‘ู…ูŽุง ุฎูŽู„ูŽู‚ูŽ3x ุจูุณู’ู…ู ุงู„ู„ู‡ู ุงู„ูŽู‘ุฐููŠู’ ู„ุงูŽูŠูŽุถูุฑูู‘ู…ูŽุนูŽ ุงุณู’ู…ูู‡ู ุดูŽู‰ู’ุกูŒ ููู‰ ุงู’ู„ุงูŽุฑู’ุถู ูˆูŽู„ุงูŽููู‰ ุงู„ุณูŽู‘ู…ูŽุงุกู ูˆูŽู‡ููˆูŽ ุงู„ุณูŽู‘ู…ููŠู’ุนู ุงู„ู’ุนูŽู„ููŠู’ู…ู3x ุจูุณู’ู…ู ุงู„ู„ู‡ู ุงู„ุฑูŽู‘ุญู’ู…ูŽู†ู ูˆูŽู„ุงูŽ ู‚ููˆูŽู‘ุฉูŽ ุงูู„ุงูŽู‘ุจูุงู„ู„ู‡ู ุงู„ู’ุนูŽู„ููŠูู‘ ุงู„ู’ุนูŽุธููŠู’ู…ู ุนูŽุดู’ุฑู‹ุง ุจูุณู’ู…ู ุงู„ู„ู‡ู ุงู„ุฑูŽู‘ุญู’ู…ูŽู†ู ุงู„ุฑูŽู‘ุญููŠู’ู…ู3x ุจูุณู’ู…ู ุงู„ู„ู‡ู ุชูŽุญูŽุตูŽู‘ู†ูŽู‘ุง ุงู„ู„ู‡ู ุชูŽูˆูŽูƒูŽู‘ู„ู’ู†ูŽุง ุจูุง ู„ู„ู‡ู3x ุจูุณู’ู…ู ุงู„ู„ู‡ู ุขู…ูŽู†ูŽู‘ุงุจูุงู„ู„ู‡ู. ูˆูŽู…ูŽู†ู’ ูŠูุคู’ ู…ูู†ู’ ุจูุงู„ู„ู‡ู ู„ุงูŽุฎูŽูˆู’ููŒ ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู3x ุณูุจู’ุญูŽุงู†ูŽ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽุฒูŽู‘ุงู„ู„ู‡ู. ุณูุจู’ุญูŽุงู†ูŽ ุงู„ู„ู‡ู ุฌูŽู„ูŽู‘ ุงู„ู„ู‡ู3x ุณูุจู’ุญูŽุงู†ูŽ ุงู„ู„ู‡ู ุงู„ู„ู‡ู ุงู„ู’ุนูŽุธููŠู’ู…ู3x ุณูุจู’ุญูŽุงู†ูŽ ุงู„ู„ู‡ู ูˆูŽุงู„ู’ุญูŽู…ู’ุฏูู„ูู„ูŽู‘ู‡ู ูˆูŽู„ุข ุงูู„ูŽู‡ูŽ ุงูู„ุงูŽู‘ ุงู„ู„ู‡ู ูˆูŽุงู„ู„ู‡ู ุงูŽูƒู’ุจูŽุฑู ุงูŽุฑู’ุจูŽุนู‹ุง ูŠูŽุงู„ูŽุทููŠู’ูู‹ุง ุจูุฎูŽู„ู’ู‚ูู‡ู ูŠูŽุงุนูŽู„ููŠู’ู…ู‹ุง ุจูุฎูŽู„ู’ู‚ูู‡ู ูŠูŽุงุฎูŽุจููŠู’ุฑู‹ุง ุจูุฎูŽู„ู’ู‚ูู‡ู. ุงูู„ู’ุทููู’ ุจูู†ูŽุงูŠูŽุงู„ูŽุทููŠู’ูู,ูŠูŽุงุนูŽู„ููŠู’ู…ู ูŠูŽุงุฎูŽุจููŠู’ุฑู‹ 3x ูŠูŽุง ู„ูŽุทููŠู’ูู‹ุง ู„ูŽู…ู’ ูŠูŽุฒูŽู„ู’. ุงูู„ู’ุทููู’ ุจูู†ูŽุงูููŠู’ู…ูŽุงู†ูŽุฒูŽู„ู’ ุงูู†ูŽู‘ูƒูŽ ู„ูŽุทููŠู’ููŒ ู„ูŽู…ู’ ุชูŽุฒูŽู„ู’. ุงูู„ู’ุทููู’ ุจูู†ูŽุงูˆูŽ ุงู„ู’ู…ูุณู’ู„ูู…ููŠู’ู†ูŽ3x ู„ุข ุงูู„ูŽู‡ูŽ ุงูู„ุงูŽู‘ ุงู„ู„ู‡ู ุงูŽุฑู’ุจูŽุนููŠู’ู†ูŽ ู…ูŽุฑูŽู‘ุฉู‹ ู…ูุญูŽู…ูŽู‘ุฏูŒ ุฑูŽุณููˆู’ู„ู ุงู„ู„ู‡ูŽ ุตูŽู„ูŽู‘ู‰ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุขู„ูู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ูŽู‘ู…ูŽ. ุญูŽุณู’ุจูู†ูŽุง ุงู„ู„ู‡ู ูˆูŽู†ูุนู’ู…ูŽ ุงู„ู’ูˆูŽูƒููŠู’ู„ู ุณุจุนุง ุงูŽู„ู„ูŽู‘ู‡ูู…ูŽู‘ ุตูŽู„ูู‘ ุนูŽู„ูŽู‘ู‰ ู…ูุญูŽู…ูŽู‘ุฏู. ุงูŽู„ู„ูŽู‘ู‡ูู…ูŽู‘ ุตูŽู„ูู‘ ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ูู‘ู…ู’10x ุงูŽุณู’ุชูŽุบู’ููุฑูŽุงู„ู„ู‡ูŽ ุงุง ู…ูŽุฑูŽู‘ุฉู‹. ุชูŽุงุฆูุจููˆู’ู†ูŽ ุงูู„ูŽู‰ ุงู„ู„ู‡ู3x ูŠูŽุงุงูŽู„ู„ู‡ู ุจูู‡ูŽุง ูŠูŽุงุงูŽู„ู„ู‡ู ุจูุญูุณู’ู†ู ุงู’ู„ุฎูŽุงุชูู…ูŽุฉู3x ุบููู’ุฑูŽุง ู†ูŽูƒูŽ ุฑูŽุจูŽู‘ู†ูŽุง ูˆูŽุงูู„ูŽูŠู’ูƒูŽ ุงู’ู„ู…ูŽุตููŠู’ุฑู ู„ุงูŽูŠููƒูŽู„ููู ุงู„ู„ู‡ู ู†ูŽูู’ุณู‹ุง ุงูู„ุงูŽู‘ ูˆูุณูุนูŽู‡ูŽุง ู„ูŽู‡ูŽุง ู…ูŽุง ุงูƒูŽุณูŽุจูŽุชู’ ูˆูŽุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ูŽุง ู…ูŽุง ุงูƒูŽุชูŽุณูŽุจูŽุชู’ ุฑูŽุจูŽู‘ู†ูŽุง ู„ุงูŽ ุชูุคูŽุง ุฎูุฐู’ู†ูŽุง ุงูู†ู’ ู†ูŽุณููŠู’ู†ูŽุง ุงูŽูˆู’ุงูŽุฎู’ุทูŽุฃู’ ู†ูŽุง ุฑูŽุจูŽู‘ู†ูŽุง ูˆูŽู„ุงูŽ ุชูŽุญู’ู…ูู„ู’ ุนูŽู„ูŽูŠู’ู†ูŽุง ุงูุตู’ุฑู‹ุง ูƒูŽู…ูŽุง ุญูŽู…ูŽู„ู’ุชูŽู‡ู ุนูŽู„ูŽู‰ ุงู„ูŽู‘ุฐููŠู’ู†ูŽ ู…ูู†ู’ ู‚ูŽุจู’ู„ูู†ูŽุง ุฑูŽุจูŽู‘ู†ูŽุง ูˆูŽู„ุงูŽ ุชูุญูŽู…ูู‘ู„ู’ู†ูŽุง ู…ูŽุง ู„ุงูŽ ุทูŽุง ู‚ูŽุฉูŽู„ูŽู†ูŽุง ุจูู‡ู ูˆูŽุงุนู’ูู ุนูŽู†ูŽู‘ุง ูˆูŽุงุบู’ููุฑู’ู„ูŽู†ูŽุง ูˆูŽุงุฑู’ุญูŽู…ู’ู†ูŽุง ุงูŽู†ู’ุชูŽ ู…ูŽูˆู’ู„ุงูŽ ู†ูŽุง ููŽุงู†ู’ุตูุฑู’ู†ูŽุง ุนูŽู„ูŽู‰ ุงู’ู„ู‚ูŽูˆู’ู…ู ุงู’ู„ูƒูŽุง ุงูู„ูŽู‰ ุฑููˆู’ุญู ุณูŽูŠูู‘ุฏูู†ูŽุงูˆูŽ ุญูŽุจููŠู’ุจูู†ูŽุงูˆูŽ ุดูŽูููŠู’ุนูู†ูŽ ุฑูŽุณููˆู’ู„ู ุงู„ู„ู‡ู ,ู…ูุญูŽู…ูŽู‘ุฏู ุจูู†ู’ ุนูŽุจู’ุฏูุงู„ู„ู‡ู , ูˆูŽุงูŽู„ูู‡ู ูˆูŽุงูŽุตู’ุญูŽุงุจูู‡ู ูˆูŽุงูŽุฒู’ูˆูŽุงุฌูู‡ู ูˆูŽุฐูุฑูู‘ูŠูŽู‘ุชูู‡ู , ุงูŽู†ูŽู‘ ุงู„ู„ู‡ูŽ ูŠูุนู’ู„ู‰ู ุฏูŽุฑูŽุฌูŽุงุชูู‡ูู…ู’ ููู‰ ุงู’ู„ู’ุฌูŽู†ูŽู‘ุฉู ูˆูŽ ูŠูŽู†ู’ููŽุนูู†ูŽุง ุจูุงูŽุณู’ุฑูŽุงุฑู ู‡ูู…ู’ ูˆูŽุงูŽู†ู’ูˆูŽุงุฑูู‡ูู…ู’ ูˆูŽุนูู„ููˆู’ู…ูู‡ูู…ู’ ููู‰ ุงู„ุฏูู‘ ูŠู’ู†ู ูˆูŽุงู„ุฏูู‘ู†ู’ูŠูŽุง ูˆูŽุงู’ู„ุข ุฎูุฑูŽุฉู ูˆูŽูŠูŽุฌู’ุนูŽู„ูู†ูŽุง ู…ูู†ู’ ุญูุฒู’ ุจูู‡ูู…ู’ ูˆูŽูŠูŽุฑู’ุฒู ู‚ูู†ูŽุง ู…ูŽุญูŽุจูŽู‘ุชูŽู‡ูู…ู’ ูˆูŽูŠูŽุชูŽูˆูŽููŽู‘ุงู†ูŽุง ุนูŽู„ูŽู‰ ู…ูู„ูŽู‘ุชูู‡ูู…ู’ ูˆูŽูŠูŽุญู’ุดูุฑูู†ูŽุงููู‰ ุฒูู…ู’ุฑูŽ ุชูู‡ูู…ู’ . ููู‰ ุฎูŽูŠู’ุฑู ูˆูŽ ู„ูุทู’ูู ูˆูŽุนูŽุงูููŠูŽุฉู , ุจูุณูุฑูุงู„ู’ููŽุง ุชูุญูŽุฉู’ ุงูŽู„ู’ููŽุงุชูุญูŽุฉู ุงูู„ูŽู‰ ุฑููˆู’ุญู ุณูŽูŠูู‘ุฏูู†ูŽุง ุงู„ู’ู…ูู‡ูŽุง ุฌูุฑู’ ุงูู„ูŽู‰ ุงู„ู„ู‡ูุงูŽุญู’ู…ูŽุฏู’ ุจูู†ู’ ุนููŠู’ุณูŽู‰ ูˆูŽุงูู„ูŽู‰ ุฑููˆู’ุญู ุณูŽูŠูู‘ุฏูู†ูŽุงุงู’ู„ุงู ุณู’ุชูŽุงุฐู ุงู’ู„ุงูŽุนู’ุธูŽู…ู ุงูŽู„ู’ููŽู‚ููŠู’ู‡ู ุงู„ู’ู…ูู‚ูŽุฏูŽู‘ู…ู , ู…ูุญูŽู…ูŽู‘ุฏู ุจู’ู†ู ุนูŽู„ููŠู‘ ุจูŽุงุนูŽู„ูŽูˆููŠู’ ูˆูŽุงูุตููˆู’ู„ูู‡ูู…ู’ ูˆูŽููุฑููˆู’ุนูู‡ูู…ู’ , ูˆูŽุฐูŽูˆูู‰ู’ ุงู„ู’ุญูู‚ููˆู’ู‚ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ูู…ู’ ุงูŽุฌู’ู…ูŽุนููŠู’ู†ูŽ ุงูŽู†ูŽู‘ ุงู„ู„ู‡ูŽ ูŠูŽุบู’ููุฑู ู„ูŽู‡ูู…ู’ ูˆูŽูŠูŽุฑู’ ุญูŽู…ูู‡ูู…ู’ ูˆูŽูŠูุนู’ู„ููŠู’ ุฏูŽุฑูŽุฌูŽุงุชูู‡ูู…ู’ ููู‰ ุงู„ู’ุฌูŽู†ูŽู‘ุฉู , ูˆูŽูŠูŽู†ู’ููŽุนูู†ูŽุง ุจูุงูŽุณู’ุฑูŽุงุฑูู‡ูู…ู’ูˆูŽุงูŽู†ู’ูˆูŽุงุฑูู‡ูู…ู’ ูˆูŽุนูู„ููˆู’ ู…ูู‡ูู…ู’ ููู‰ ุงู„ุฏูู‘ ูŠู’ู†ู ูˆูŽุงู„ุฏูู‘ู†ู’ูŠูŽุงูˆูŽุงู’ู„ุงูŽุฎูุฑูŽุฉู . ุงูŽู„ู’ููŽุง ุชูุญูŽุฉูุงูŽู„ู’ููŽุงุชูุญูŽุฉู ุงูู„ูŽู‰ ุฑููˆู’ุญู ุณูŽูŠูู‘ุฏูู†ูŽุง ูˆูŽุญูŽุจููŠู’ุจูู†ูŽุง ูˆูŽุจูŽุฑูŽูƒูŽุงุชูู†ูŽุง ุตูŽุงุญูุจู ุงู„ุฑูŽู‘ุงุชูุจู ู‚ูุทู’ุจู ุงู’ู„ุงูŽู†ู’ููŽุงุณู ุงูŽู„ู’ุญูŽุจููŠู’ุจู ุนูู…ูŽุฑู’ ุจูู†ู’ ุนูŽุจู’ุฏูุงู„ุฑูŽู‘ุญู’ู…ูŽู†ู ุงู„ู’ุนูŽุทูŽู‘ุงุณู’ , ุซูู…ูŽู‘ ุงูู„ูŽู‰ ุฑููˆู’ุญู ุงู„ุดูŽู‘ูŠู’ุฎู ุนูŽู„ููŠูู‘ ุจู’ู†ู ุนูŽุจู’ุฏู ุงู„ู„ู‡ู ุจูŽุงุฑูŽุงุณู’ , ุซูู…ูŽู‘ ุงูู„ูŽู‰ ุฑููˆู’ุญู ุงูŽู„ู’ุญูŽุจููŠู’ุจ ุนูŽุจู’ุฏูุงู„ุฑูŽู‘ุญู’ู…ูŽู†ู ุจูู†ู’ ุนูŽู‚ููŠู’ู„ ุงูŽู„ู’ุนูŽุทูŽู‘ุงุณู’ , ุซูู…ูŽู‘ ุงูู„ูŽู‰ ุฑููˆู’ุญู ุงูŽู„ู’ุญูŽุจููŠู’ุจ ุญูุณูŽูŠู’ู† ุจูู†ู’ ุนูู…ูŽุฑู’ ุงูŽู„ู’ุนูŽุทูŽู‘ุงุณู’ ูˆูŽุงูุฎู’ูˆูŽุงู†ูู‡ู ุซูู…ูŽู‘ ุงูู„ูŽู‰ ุฑููˆู’ุญู ุนูŽู‚ููŠู’ู„ ูˆูŽุนูŽุจู’ุฏู ุงู„ู„ู‡ู ูˆูŽุตูŽุง ู„ูุญู’ ุจูู†ู’ ุนูŽุจู’ุฏูุงู„ุฑูŽู‘ุญู’ู…ูŽู†ู ุงูŽู„ู’ุนูŽุทูŽู‘ุงุณู’ ุซูู…ูŽู‘ ุงูู„ูŽู‰ ุฑููˆู’ุญู ุงูŽู„ู’ุญูŽุจููŠู’ุจ ุนูŽู„ููŠูู‘ ุจู’ู†ู ุญูŽุณูŽู†ู’ ุงูŽู„ู’ุนูŽุทูŽู‘ุงุณู’ ุซูู…ูŽู‘ ุงูู„ูŽู‰ ุฑููˆู’ุญู ุงูŽู„ู’ุญูŽุจููŠู’ุจ ุงูŽุญู’ู…ูŽุฏู’ ุจูู†ู’ ุญูŽุณูŽู†ู’ ุงูŽู„ู’ุนูŽุทูŽู‘ุงุณู’ ูˆูŽุงูุตููˆู’ู„ูู‡ูู…ู’ ูˆูŽููุฑููˆู’ุนูู‡ูู…ู’ ูˆูŽุฐูŽูˆูู‰ ุงู„ู’ุญูู‚ููˆู’ู‚ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ูู…ู’ ุงูŽุฌู’ู…ูŽุนููŠู’ู†ูŽ ุงูŽู†ูŽู‘ุงู„ู„ู‡ูŽ ูŠูŽุบู’ููุฑู ู„ูŽู‡ูู…ู’ ูˆูŽูŠูŽุฑู’ ุญูŽู…ูู‡ูู…ู’ ูˆูŽูŠูุนู’ู„ูู‰ ุฏูŽุฑูŽุฌูŽุง ุชูู‡ูู…ู’ ููู‰ ุงู„ู’ุฌูŽู†ูŽู‘ุฉู ูˆูŽูŠูŽู†ู’ููŽุนูู†ูŽุง ุจูุงูŽุณู’ุฑูŽุงุฑูู‡ูู…ู’ูˆูŽุงูŽู†ู’ูˆูŽุงุฑูู‡ูู…ู’ ูˆูŽุนูู„ููˆู’ ู…ูู‡ูู…ู’ ูˆูŽู†ูŽููŽุญูŽุง ุชูู‡ูู…ู’ ููู‰ ุงู„ุฏูู‘ ูŠูู†ู ูˆูŽุงู„ุฏูู‘ู†ู’ูŠูŽุงูˆูŽุงู’ู„ุขุฎูุฑูŽุฉู ุงูŽู„ู’ููŽุง ุชูุญูŽุฉู’ุงูŽู„ู’ููŽุงุชูุญูŽุฉู ุงูู„ูŽู‰ ุงูŽุฑู’ูˆูŽุญู ุงู’ู„ุงูŽูˆู’ุงู„ููŠูŽุงุกู ูˆูŽุงู„ุดูู‘ู‡ูŽุฏูŽุงุกู ูˆูŽุงู„ุตูŽู‘ุง ู„ูุญููŠู’ู†ูŽ . ูˆูŽุงู’ู„ุงูŽ ุฆูู…ูŽู‘ุฉู ุงู„ุฑูŽู‘ุงุดูุฏู ูŠู’ู†ูŽ ูˆูŽุงูู„ูŽู‰ ุงูŽุฑู’ูˆูŽุงุญู ูˆูŽุงู„ูุฏููŠู’ู†ูŽุง ูˆูŽู…ูŽุดูŽุง ูŠูุฎูู†ูŽุง ูˆูŽุฐูŽูˆูู‰ุงู„ู’ุญูู‚ููˆู’ู‚ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู†ูŽุง ูˆูŽุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ูู…ู’ ุงูŽุฌู’ู…ูŽุนููŠู’ู†ูŽ , ุซูู…ูŽู‘ ุงูู„ูŽู‰ ุงูŽุฑู’ูˆูŽุงุญู ุงูŽู…ู’ูˆูŽุงุชู ุงูŽู‡ู’ู„ู ู‡ูŽุฐูู‡ู ุงู„ู’ุจูŽู„ู’ุฏูŽุฉู ู…ูู†ูŽ ุงู„ู’ู…ูุณู’ู„ูู…ููŠู’ู†ูŽ ูˆูŽ ุงู„ู’ู…ูุณู’ู„ูู…ูŽุงุชู ุงูŽู†ูŽู‘ ุงู„ู„ู‡ูŽ ูŠูŽุบู’ููุฑูู„ูŽู‡ูู…ู’ ูˆูŽูŠูŽุฑู’ุญูŽู…ูู‡ูู…ู’ ูˆูŽูŠูุนู’ู„ูู‰ ุฏูŽุฑูŽุฌูŽุงุชูู‡ูู…ู’ ููู‰ ุงู„ู’ุฌูŽู†ูŽู‘ุฉู ูˆูŽูŠูุนููŠู’ุฏู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู†ูŽุง ู…ูู†ู’ ุงูŽุณู’ุฑูŽ ุงุฑูู‡ูู…ู’ ูˆูŽุงู†ู’ูˆูŽ ุงุฑูู‡ูู…ู’ ูˆูŽุนูู„ููˆู’ ู…ูู‡ูู…ู’ ูˆูŽุจูŽุฑูŽูƒูŽุงุชูู‡ูู…ู’ ููู‰ ุงู„ุฏูู‘ ูŠู’ู†ู ูˆูŽุงู„ุฏูู‘ ู†ู’ูŠูŽุง ูˆูŽุงู’ู„ุข ุฎูุฑูŽุฉู . ุจูุงู„ู’ู‚ูŽุจููˆู’ู„ู ูˆูŽุชูŽู…ูŽุงู…ู ูƒูู„ูู‘ ุณููˆู’ู„ู ูˆูŽู…ูŽุฃู’ู…ููˆู’ู„ู ูˆูŽุตูŽู„ุงูŽุญู ุงู„ุดูŽู‘ุฃู’ู†ู ุธูŽุง ู‡ูุฑู‹ุง ูˆูŽุจูŽุง ุทูู†ู‹ุงููู‰ ุงู„ุฏูู‘ูŠู’ู†ู ูˆูŽุงู„ุฏูู‘ู†ู’ูŠูŽุง ูˆูŽุงู’ู„ุขุฎูุฑูŽุฉู ุฏูŽุงููุนูŽุฉู‹ ู„ููƒูู„ูู‘ุดูŽุฑูู‘ุฌูŽุงู„ูุจูŽุฉู‹ ู„ููƒูู„ูู‘ ุฎูŽูŠู’ุฑู , ู„ูŽู†ูŽุง ูˆูŽู„ููˆูŽ ุงู„ูุฏููŠู’ู†ูŽุง ูˆูŽุงูŽูˆู’ู„ุงูŽุฏูู†ูŽุงูˆูŽุงูŽุญู’ุจูŽุง ุจูู†ูŽุง ูˆูŽู…ูŽุดูŽุง ุฆูุฎูู†ูŽุง ููู‰ ุงู„ุฏูู‘ ูŠู’ู†ู ู…ูŽุนูŽ ุงู„ู„ูู‘ุทู’ูู ูˆูŽุงู„ู’ุนูŽุง ูููŠูŽุฉู ูˆูŽุนูŽู„ูŽู‰ ู†ููŠูŽู‘ุฉู ุงูŽู†ูŽู‘ ุงู„ู„ู‡ูŽ ูŠูู†ูŽูˆูู‘ุฑู ู‚ูู„ููˆู’ ุจูŽู†ูŽุง ูˆูŽู‚ูŽูˆูŽ ุงู„ูุจูŽู†ูŽุง ู…ูŽุนูŽ ุงู„ู’ู‡ูุฏูŽู‰ ูˆูŽุงู„ุชูŽู‘ู‚ูŽู‰ ูˆูŽุงู„ู’ุนูŽููŽุงูู ูˆูŽุงู„ู’ุบูู†ูŽู‰ . ูˆูŽุงู„ู’ู…ูŽูˆู’ุชู ุนูŽู„ูŽู‰ ุฏููŠู’ู†ู ุงู’ู„ุงูุณูŽู„ุงูŽู…ู ูˆูŽุงู’ู„ุงู ูŠู’ู…ูŽุงู†ู ุจูู„ุงูŽ ู…ูุญู’ู†ูŽุฉููˆูŽู„ุงูŽ ุงูู…ู’ุชูุญูŽุงู†ู , ุจูุญูŽู‚ูู‘ ุณูŽูŠูู‘ุฏู ู†ูŽุงูˆูŽู„ูŽุฏู ุนูŽุฏู’ ู†ูŽุงู†ู , ูˆูŽุนูŽู„ูŽู‰ ูƒูู„ูู‘ ู†ููŠูŽู‘ุฉู ุตูŽุงู„ูุญูŽุฉู .ูˆูŽุงูู„ูŽู‰ ุญูŽุถู’ุฑูŽุฉู ุงู„ู†ูŽูู‘ุจูŠูู‘ ู…ูุญูŽู…ูŽู‘ุฏู ุตูŽู„ูŽู‘ู‰ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุขู„ูู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ูŽู‘ู…ูŽ ุงูŽู„ู’ููŽุงุชูุญูŽุฉู’ุจูุณู’ู…ู ุงู„ู„ู‡ู ุงู„ุฑูŽู‘ ุญู’ู…ูŽู†ู ุงู„ุฑูŽู‘ ุญููŠู’ู…ู. ุงูŽู„ู’ุญูŽู…ู’ุฏู ู„ูู„ูŽู‘ู‡ู ุฑูŽุจูู‘ ุงู„ู’ุนูŽุง ู„ูŽู…ููŠู’ู†ูŽ ุญูŽู…ู’ุฏู‹ุง ูŠููˆูŽุงููู‰ ู†ูุนูŽู…ูŽู‡ู ูˆูŽูŠููƒูŽุงููู‰ุกู ู…ูŽุฒููŠู’ุฏูŽู‡ู, ูŠูŽุง ุฑูŽุจูŽู‘ู†ูŽุง ู„ูŽูƒูŽ ุงู„ู’ุญูŽู…ู’ุฏู ูƒูŽู…ูŽุง ูŠูŽู†ู’ุจูŽุบูู‰ู’ ู„ูุฌูŽู„ุงูŽู„ู ูˆูŽุฌู’ู‡ููƒูŽ ูˆูŽุนูŽุธููŠู’ู…ู ุณูู„ู’ุทูŽุง ู†ููƒู’, ุณูุจู’ุญูŽุง ู†ูŽูƒูŽ ู„ุงูŽ ู†ูุญู’ุตููŠู’ ุซูŽู†ูŽุง ุกู‹ ุนูŽู„ูŽูŠู’ูƒูŽ ุงูŽู†ู’ุชูŽ ูƒูŽู…ูŽุง ุงูŽุซู’ู†ูŽูŠู’ุชูŽ ุนูŽู„ูŽู‰ ู†ูŽูู’ุณููƒูŽ, ููŽู„ูŽูƒูŽ ุงู„ู’ุญูŽู…ู’ุฏู ุญูŽุชู‰ูŽู‘ ุชูŽุฑู’ุถูŽู‰, ูˆูŽู„ูŽูƒูŽ ุงู„ู’ุญูŽู…ู’ุฏู ุงูุฐูŽุงุฑูŽุถููŠู’ุชูŽ, ูˆูŽู„ูŽูƒูŽ ุงู„ู’ุญูŽู…ู’ุฏู ุจูŽุนู’ุฏูŽ ุงู„ุฑูู‘ุถูŽู‰. ุงูŽู„ู„ูŽู‘ู‡ูู…ูŽู‘ ุตูŽู„ูู‘ ูˆูŽุณูŽู„ูู‘ู…ู’ ุนูŽู„ูŽู‰ ุณูŽูŠูู‘ุฏูู†ูŽุง ู…ูุญูŽู…ูŽู‘ุฏู ููู‰ ุงู’ู„ุงูŽูˆูŽู‘ู„ููŠู’ู†ูŽ ูˆูŽุตูŽู„ูู‘ ูˆูŽุณูŽู„ูู‘ู…ู’ ุนูŽู„ูŽู‰ ุณูŽูŠูู‘ุฏูู†ู‘ุง ู…ูุญูŽู…ูŽู‘ุฏู ููู‰ ุงู’ู„ุข ุฎูุฑููŠู’ู†ูŽ ูˆูŽุตูŽู„ูู‘ ูˆูŽุณูŽู„ูู‘ู…ู’ ุนูŽู„ูŽู‰ ุณูŽูŠูู‘ุฏูู†ูŽุง ู…ูุญูŽู…ูŽู‘ุฏู ููู‰ ูƒูู„ูู‘ ูˆูŽู‚ู’ุชู ูˆูŽุญููŠู’ู†ู, ูˆูŽุตูŽู„ูู‘ ูˆูŽุณูŽู„ูู‘ู…ู’ ุนูŽู„ูŽู‰ ุณูŽูŠูู‘ุฏูู†ูŽุง ู…ูุญูŽู…ูŽู‘ุฏู ููู‰ ุงู„ู’ู…ูŽู„ูŽุฅู ุงู’ู„ุงูŽ ุนู’ู„ูŽู‰ ุงูู„ูŽู‰ ูŠูŽูˆู’ู…ู ุงู„ุฏูู‘ูŠู’ู†ู, ูˆูŽุตูŽู„ูู‘ ูˆูŽุณูŽู„ูู‘ู…ู’ ุนูŽู„ูŽู‰ ุณูŽูŠูู‘ุฏูู†ูŽุง ู…ูุญูŽู…ูŽู‘ุฏู ุญูŽุชู‰ูŽู‘ ุชูŽุฑูุซูŽ ุงู’ู„ุงูŽุฑู’ุถูŽ ูˆูŽู…ูŽู†ู’ ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ูŽุง ูˆูŽุงูŽู†ู’ุชูŽ ุฎูŽูŠู’ุฑู ุงู„ู’ูˆูŽุงุฑูุซููŠู’ู†ูŽ. ุงูŽู„ู„ูŽู‘ู‡ูู…ูŽู‘ ุงูู†ูŽู‘ุง ู†ูŽุณู’ุชูŽุญู’ููุธููƒูŽ ูˆูŽู†ูŽุณู’ุชูŽูˆู’ ุฏูุนููƒูŽ ุงูŽุฏู’ูŠูŽุง ู†ูŽู†ูŽุง ูˆูŽุงูŽู†ู’ููุณูŽู†ูŽุง ูˆูŽุงูŽู…ู’ูˆูŽ ุงู„ูŽู†ูŽุง ูˆูŽุงูŽู‡ู’ู„ูŽู†ูŽุง ูˆูŽูƒูู„ูŽู‘ ุซูŽูŠู’ุกู ุงูŽุนู’ุทูŽูŠู’ุชูŽู†ูŽุง. ุงูŽู„ู„ูŽู‘ู‡ูู…ูŽู‘ ุงุฌู’ุนูŽู„ู’ู†ูŽุง ูˆูŽุงููŠูŽู‘ุง ู‡ูู…ู’ ููู‰ ูƒูŽู†ูŽูููƒูŽ ูˆูŽุงูŽู…ูŽุงู†ููƒูŽ ูˆูŽุนููŠูŽุงุฐููƒูŽ, ู…ูู†ู’ ูƒูู„ูู‘ ุดูŽูŠู’ุทูŽุงู†ู ู…ูŽุฑููŠู’ุฏู ูˆูŽุฌูŽุจูŽู‘ุงุฑู ุนูŽู†ููŠู’ุฏู ูˆูŽุฐูู‰ู’ ุนูŽูŠู’ู†ู ูˆูŽุฐููŠู’ ุจูŽุบู’ูŠู ูˆูŽุฐููŠู’ ุญูŽุณูŽุฏู ูˆูŽู…ูู†ู’ ุดูŽุฑูู‘ ูƒูŽู„ูู‘ ุฐููŠู’ ุดูŽุฑูู‘, ุงูู†ูŽู‘ูƒูŽ ุนูŽู„ูŽู‰ ูƒูู„ูู‘ ุดู‘ูŠู’ู‰ุกู ู‚ูŽุฏููŠู’ุฑู. ุงูŽู„ู„ูŽู‘ู‡ูู…ูŽู‘ ุฌูŽู…ูู‘ู„ู’ู†ูŽุง ุจูุงู„ู’ุนูŽุง ูููŠูŽุฉู ูˆูŽุงู„ุณูŽู‘ู„ุงูŽ ู…ูŽุฉู, ูˆูŽุญูŽู‚ูู‚ู’ู†ูŽุง ุจูุงุงุชูŽู‚ู’ูˆูŽู‰ ูˆูŽุงู’ู„ุงูุณู’ุชูู‚ูŽุงู…ูŽุฉู ูˆูŽุงูุนูุฐู’ู†ูŽุง ู…ูู†ู’ ู…ููˆู’ ุฌูุจูŽุง ุชู ุงู„ู†ูŽู‘ุฏูŽุง ู…ูŽุฉูููู‰ ุงู’ู„ุญูŽุงู„ู ูˆูŽุงู’ู„ู…ูŽุงู„ู, ุงูู†ูŽู‘ูƒูŽ ุณูŽู…ููŠู’ุนู ุงู„ุฏูู‘ุนูŽุงุกู. ูˆูŽุตูŽู„ูู‘ ุงู„ู„ูŽู‘ู‡ูู…ูŽู‘ ุจูุฌูŽู„ุงูŽู„ููƒูŽ ูˆูŽุฌูŽู…ูŽุงู„ููƒูŽ ุนูŽู„ูŽู‰ ุณูŽูŠูู‘ุฏูู†ูŽุง ู…ูุญูŽู…ูŽู‘ุฏู ูˆูŽุนูŽู„ูŽู‰ ุขู„ูู‡ู ูˆูŽุตูŽุญู’ุจูู‡ู ุงูŽุฌู’ู…ูŽุนููŠู’ู†ูŽ, ูˆูŽุงุฑู’ุฒูู‚ู’ู†ูŽุง ูƒูŽู…ูŽุงู„ูŽ ุงู’ู„ู…ูุชูŽุง ุจูŽุนูŽุฉู ู„ูŽู‡ู ุธูŽุง ู‡ูุฑู‹ุง ูˆูŽุจูŽุง ุทูู†ู‹ุง ูŠูŽุง ุงูŽุฑู’ุญูŽู…ูŽ ุงู„ุฑูŽู‘ุงุญูู…ููŠู’ู†ูŽ, ุจูููŽุถู’ู„ู ุณูุจู’ุญูŽุงู†ูŽ ุฑูŽุจูู‘ูƒูŽ ุฑูŽุจูู‘ ุงู’ู„ุนูุฒูŽู‘ุฉู ุนูŽู…ูŽู‘ุง ูŠูŽุตููููˆู’ู†ูŽ. ูˆูŽุณูŽู„ุงูŽู…ู ุนูŽู„ูŽู‰ ุงู’ู„ู…ูุฑู’ุณูŽู„ููŠู’ู†ูŽ ูˆูŽู„ู’ุญูŽู…ู’ุฏูู„ูู„ูŽู‘ู‡ู ุฑูŽุจูู‘ ุงู’ู„ุนูŽุงู„ูŽู…ููŠู’ู†ูŽRatib Al Attas Latin dan ArtinyaAlfatehah ilaa hadlroti nabbiyi musthofa sayyyidina rosulillahi shollallahu alahi wassalam wa aalihi wa ash ha bihi wa azwaa jihi wa dzurriyyaatihi wa ahli baytihi wa mau ilaa ruhi Habib Umar bin Abdurrohman Al Athos Shohibirrotib qutbil anfas Wa Syaih ali bin Abdullah baaros. Alfatehah Baca Surat Al FatihahAโ€™udzubillahis sami il alim minasysyaithonirrojim 3xAku berlindung pada Allah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui dari godaan Syethan yang terkutukLau angsalna haa dzal qurโ€™aan alaa jabalil laro aitahu khosyiam mutashoddiโ€™am min khosy yatillah watilkal amtsaalu nadlribuhaa linnaasi laโ€™allakum ya tafakkarun.Andaikata Kami turunkan Qurโ€™an ini di atas gunung, niscaya kamu akan melihatnya tunduk dan terpecah-pecah kerena sangat takut kepada Allah. Dan perumpamaan-perumpamaan itu Kami buat untuk manusia, agar supaya mereka berpikirHuwallaahulladzi Laa ilaaha illa huwa aalimul ghoibi wasy syahadah. Huwarrohmaanurrohim.Dialah Allah, yang tiada Tuhan kecuali Dia. Yang Maha Mengetahui yang samar dan yang nyata. Dialah Yang Maha Pengasih lagi PenyayangHuwallaahulladzi Laa ilaaha illa huwal malikul qudduusus salaamul mukminul muhaiminul aziizul jabbaarul mutakabbir.Dialah Allah yang tiada Tuhan kecuali Dia Raja yang Maha suci,yang maha sejahtera, yang mengaruniakan keamanan, yang Maha memelihara, Yang maha Perkasa, Yang maha kuasa. Yang memiliki segala keagunganSubhaanallaahi ammaa yusyrikun .Huwallaahul kholiqul baariul mushowwiru lahul asma ul husana. Yusab bihu lahuu maa fissamaa waati wal ardh wahuwal aziizul hakim.Maha suci Allah dari segala apa yang mereka sekutukan. Dialah yang menciptkan,Yang mengadakan, Yang membentuk rupa, yang mempunyai nama-nama yang bagus. Bertasbih kepada-Nya apa yang ada dilangit dan dibumi, dan Dialah yang Maha Perkasa dan Maha bijaksana.Aโ€™udzubillahis sami il alim minasysyaithonirrojim 3xAku berlindung pada Allah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui dari godaan Syethan yang terkutukAโ€™udzu bikalimatillaahittammati ming syarrimaakholaq 3xAku berlindung dengan kalimat-kalimat Allah Yang sempurna dari kejelekan sesuatu yang diciptakan.Bismillaahilladzi laa yadluru maโ€™asmihi syaiun fil ardli walaa fissama-I wahuwas samii ul alim 3xDengan nama Allah tidak akan bisa mencelakakan apa-apapun di bumi dan di langit bersama nama-Nya. Dia Maha Mendengar dan Maha MelihatBismillaahir rohmaanir rohiim walaa haula walaa quwwata illaa billaa hil aliyil adhim 10xDengan nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Tiada daya dan tiada kekuatan kecuali dari Allah Yang Maha Tinggi lagi Maha AgungBismillaahir rohmaanir rohiim 3xDengan nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.Bismillaahi tahash shona billahi bismillaahi tawakkalna billlah 3xDengan nama Allah aku berlindung dengan Allah, Dengan nama Allah aku berserah diri kepada Allah.Bismillaahi amanna billahi wamayyukmimbillahi Laa khaufun alaih 3xDengan nama Allah aku beriman kepada Allah. Barang siapa yang beriman kepada Allah maka tiada takut azzallahi Subhaanallahi jallallh Baca 3 kaliMaha suci Allah, Maha Mulia Allah,Maha suci Allah Maha Agung AllahSubhaanallahi wabihmamdihi Subhaanallaahil adhim Baca 3 kaliMaha suci Allah dan memuji kepada-Nya, Maha suci Allah yang Maha AgungSubhaanallahi walahamdu lillahi walaa ilaa ha illallahu waallahu akbar Baca 4 kali Maha suci Allah dan segala puji bagi Allah dan Tiada Tuhan kecuali Allah, dan Allah Maha AgungYaa lathifan bikholqihi Yaa aliman bikholqihi Yaa Khobiron bikholqihi ulthuf binaa Yaa lathif Yaa alim Yaa khobir 3xWahai yang Maha Pengasih dengan Makhluk-Nya wahai yang mengetahui dengan makhluk-Nya wahai yang maha waspada dengan makhluk-Nya, kasihanilah kami wahai yang Maha Pengasih, wahai yang Maha Mengetahui wahai yang maha waspadaYaa lathiifal lam yazal ulthuf binaa fiimaa nazal innaka lathiful lam tazal ulthuf bina wal muslimin Baca 3 KaliWahai yang Maha Pengasih yang tiada putus, kasihanilah kami dan orang-orang islamLaa ilaa ha illallah Baca 40x atau, 80 x ,atau 100xTiada tuhan yang disembah kecuali AllahMuhammaadur rosuulullah 1xHasbunallahi waniโ€™mal wakil 7xYang mencukupi kami adalah Allah dan sebaik-baik zat yang dipasrahiAllahumma sholli ala Sayyidina Muhammad, Allahumma sholli alaihi wasallim 10x.Wahai Allah berilah rahmat atas Junjungan kami Muhammad, Yaa Allah limpahkan rahmat kepadanya dan sejahteraAllahumma sholli ala Sayyidina Muhammad, Yaa Robbi sholli alaihi wasalim 1xWahai Allah berilah rahmat atas Junjungan kami Muhammad, Yaa Allah limpahkan rahmat kepadanya dan sejahteraAku mohon ampun kepada AllahTaa ibuu na Ilallaah 3xSemoga aku termasuk golongan orang-orang yang bertobat kepada AllahYaa Allah biha Yaa Allah biha Yaa Allah bihusnil Khotimah 3xWahai Allah dengan kalimatMu, Wahai Allah dengan kalimatMu,Wahai Allah dengan kebaikan di akhir hayatGhufraanaka Rabbanaa wa ilaikal mashiir, Laa yukallifullahu nafsan Illa wusโ€™ahaa, lahaa maa kasabat wa alaihaa maktasabat, Robbana Laa tu โ€“aakhidzna in nasiinaa au akh thoknaa Robbana waala tahmil alaina ishrong kamaa hamaltahu alal lasdzina ming qoblina Robbana walaa tuhammillnaa maa laa thoqotolanaa bih Waโ€™fu annaa waghfir lanaa warhamnaa anta maulaanaa fangsurnaa alal qaumil kaafiriin. 1xAku mohon ampunan-Mu wahai Tuhan kami, dan kepada-Mu lah tempat kembali. Tiada memaksa Allah kepada seseorang kecuali kadar kemampuanya, baginya apa yang dikerjakan,dan baginya siksa sesuatu dikerjakan/dilakukan Wahai Tuhan kami janganlah Engkau siksa aku bila mana aku lupa atau aku Tuhan kami janganlah Engkau bebankan pada kami beban yang berat sebagimana Engkau bebankan pada orang-orang sebelum kami, Wahai Tuhan kami janganlah Engkau pikulkan pada kami, apa yang tak sanggup kami memikulnya, maafkanlah kami dan ampunilah kami dan Rahmatilah kami, Engkau penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir.
kkoTqyq.
  • 7u37qp5hvq.pages.dev/204
  • 7u37qp5hvq.pages.dev/90
  • 7u37qp5hvq.pages.dev/238
  • 7u37qp5hvq.pages.dev/100
  • 7u37qp5hvq.pages.dev/172
  • 7u37qp5hvq.pages.dev/150
  • 7u37qp5hvq.pages.dev/4
  • 7u37qp5hvq.pages.dev/383
  • 7u37qp5hvq.pages.dev/169
  • habib abdurrahman al attas